III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber data utama berasal dari Statistik Industri Besar dan Sedang dalam bentuk
buku, Ditjen Bea Cukai, jurnal-jurnal ilmiah, serta literatur-literatur terkait. Data yang digunakan adalah data time series dari tahun 1991-2008. Data-data yang
diambil dalam penelitian ini terdiri dari: 1 jumlah perusahaan; 2 PCM; 3 CR4; 4 MES; 5 PCM; serta 6 X-eff. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel dan Eviews 6.
3.2. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua pendekatan. Pertama, pendekatan deskriptif dengan SCP untuk menganalisis
struktur, perilaku, dan kinerja industri rokok. Kedua adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan salah satu model ekonometrika, yaitu Ordinary Least
Square OLS. Pendekatan ini digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja dari industri rokok kretek maupun industri rokok putih.
3.2.1. Analisis Struktur
Struktur industri di Indonesia dicirikan dengan tingginya tingkat konsentrasi pada beberapa perusahaan oligopolistik. Struktur industri juga
menunjukkan atribut pasar yang mempengaruhi persaingan dalam industri. Struktur pasar biasanya dinyatakan dalam ukuran distribusi perusahaan pesaing.
MES
O O
Ukuran tersebut dapat diketahui melalui analisis konsentrasi rasio dari perusahaan terbesar serta hambatan masuk pasarnya Kuncoro, 2007.
a. Konsentrasi Pasar
Indikator konsentrasi yang umumnya digunakan adalah metode CR4. CR4 merupakan persentase pangsa perusahaan relatif terhadap pangsa total industri.
Struktur oligopoli memiliki 3 tingkatan yaitu: 1 oligopoli ketat, yaitu jika empat perusahaan terbesar memiliki pangsa pasar 60 persen sampai dengan 100 persen;
2 oligopoli sedang, yaitu jika empat perusahaan terbesar memiliki pangsa pasar 40 persen sampai dengan 60 persen: 3 oligopoli longgar, yaitu jika empat
perusahaan terbesar memiliki pangsa pasar di bawah 40 persen Jaya, 2001.
b. Hambatan Masuk Industri
Selain menggunakan ukuran konsentrasi, struktur industri juga dapat diidentifikasi melalui hambatan masuk pasarnya. Alat analisis yang digunakan
dalam hal ini adalah Minimum Efficiency Scale MES. Nilai MES didapatkan dari hasil pembagian antara output perusahaan terbesar dengan total output industrinya
Muslim dan Wardhani, 2008. x
...................................................... 3.1 3.2.2.
Analisis Kinerja
PCM diidentifikasikan sebagai persentase keuntungan dari kelebihan penerimaan atas biaya langsung. Semakin tinggi nilai tambah, maka efisiensi
kinerja industri semakin meningkat sehingga keuntungan yang didapat akan semakin besar Muslim dan Wardhani, 2008.
PCM = ....................................................... 3.2
Efisiensi internal X-eff menunjukkan kemampuan perusahaan dalam suatu industri untuk menekan biaya produksi Putri, 2004. Secara umum, nilai
efisiensi internal adalah antara 0-100 persen. Namun demikian, terdapat beberapa kasus yang menyebabkan efisiensi dapat mencapai angka di atas 100 persen. Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti sifat dari industri itu sendiri. Industri yang bersifat mass production merupakan industri yang
berorientasi terhadap keberadaan tenaga kerja dalam proses produksinya. Industri ini cenderung bersifat padat karya dan menggunakan sistem jasa upah daripada
jasa bulanan. Artinya, upah yang akan diberikan tergantung dari seberapa banyak tenaga kerja tersebut dapat menghasilkan barang. Industri yang bersifat mass
production memiliki kecenderungan nilai tambah yang sangat besar. Hal ini
terjadi karena nilai output yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan nilai inputnya. Efisiensi internal didapatkan dengan cara membagi nilai tambah dengan
nilai input suatu industri Jaya, 2001. X-eff =
................................................................ 3.3 Variabel lain yang digunakan adalah pertumbuhan nilai output Growth.
Growth ditentukan dengan cara membagi selisih antara nilai output pada tahun ke-
1 dengan nilai output pada tahun sebelumnya Sunengcih, 2009. Growth =
....................................... 3.4
3.2.3. Analisis Perilaku
Perilaku industri rokok dalam penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif. Analisis tersebut lebih ditekankan pada strategi apa saja yang
digunakan industri rokok untuk mendapatkan pangsa pasarnya. Adapun strategi- strategi tersebut terdiri dari strategi harga dan strategi promosi.
a. Strategi Harga
Setiap perusahaan dalam lingkup industri tentu memiliki strategi yang berbeda dalam hal penetapan harga. Struktur pasar yang memiliki kecenderungan
oligopoli, akan menciptakan perilaku saling ketergantungan antara perusahaan yang kurang mendominasi terhadap perusahaan lain yang lebih mendominasi
Kuncoro, 2007. Kesepakatan dalam hal penetapan harga terkadang dipengaruhi pula oleh kebijakan pemerintah, seperti halnya dalam industri rokok.
b. Strategi Promosi
Promosi digunakan sebagai salah satu upaya perusahaan untuk meningkatkan penjualan. Setiap perusahaan akan mengalokasikan anggaran yang
berbeda-beda untuk mempromosikan produknya. Hal demikian sangat terkait dengan ukuran dari perusahaan dalam industri Kuncoro, 2007. Semakin besar
ukuran suatu perusahaan, maka kemampuan untuk mengalokasikan dana untuk promosi akan semakin besar pula. Tingkat kreativitas dan inovasi pun akan sangat
menentukan, sehingga produk dapat diterima masyarakat.
3.3. Hubungan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja