Tabel 5.6. Golongan Pengusaha Pabrik Hasil Tembakau
No. Urut
Pengusaha Pabrik Batasan Jumlah Produksi Pabrik
Jenis Golongan
1 SKM I
Lebih dari 2 miliar batang II
Tidak lebih dari 2 milyar batang 2 SPM
I Lebih dari 2 miliar batang
II Tidak lebih dari 2 milyar batang
3 SKT I
Lebih dari 2 miliar batang II
Lebih dari 500 juta batang tetapi tidak lebih dari 2 milyar batang
II Tidak lebih dari 500 juta batang
Sumber : Peraturan Menteri Keuangan No. 203PMK. 0112008
5.3.2. Strategi Promosi
Industri rokok merupakan salah satu industri yang berkontribusi besar terhadap pendapatan negara. Melihat potensi tersebut, akhirnya pemerintah
berupaya untuk tetap mempertahankan industri ini. Berbagai cara dilakukan, agar industri rokok semakin berkembang. Hal tersebut telah menjadi kesepakatan
antara pemerintah, produsen rokok, biro iklan, maupun rumah tangga. Berbagai aturan yang ditetapkan pemerintah dalam industri rokok,
menyebabkan pihak produsen dan biro iklan rokok harus cerdas dalam menetapkan strategi promosi. Strategi promosi diterapkan melalui desain dan
simbol-simbol yang menarik, sementara bahasa iklan dibuat sepersuasif mungkin. Hal ini dimaksudkan untuk mengajak konsumennya berimajinasi terhadap jenis
produk yang ditawarkan. Strategi promosi kemudian diwujudkan dalam bentuk komunikasi
langsung melalui papan iklan, iklan media cetak dan elektronik, poster, aksesoris, gerai warna, maupun logo pada kemasan. Tampilan visual dari iklan rokok pada
dasarnya ditujukan untuk membentuk pencitraan pada produk
16
. Iklan Rokok Gudang Garam misalnya, memiliki beragam varian yaitu Gudang Garam Merah,
Gudang Garam Filter, Gudang Garam Surya Pro, dan beberapa varian lain. Masing-masing mempunyai nama dasar yang sama namun terdapat penambahan
frasa yang berbeda untuk memberikan citra pada produk tersebut. Pencitraan ini menggambarkan tentang suatu kegiatan, dimana ketika orang merokok tidak
hanya sekedar menghirup dan mengeluarkan asap, tapi juga menciptakan gaya hidup yang bisa meningkatkan gengsi.
Berdasarkan Tabel 5.7., khusus pada tahun 2009 penggunaan iklan rokok melalui media televisi menempati posisi pertama dengan belanja iklan sebesar
Rp. 1,33 Trilyun. Posisi kedua ditempati oleh iklan rokok melalui media cetak, sebesar Rp. 0,73 Trilyun, sedangkan sisanya ditempati oleh media lain.
Sumber : Nielsen Media Research. httpwww.nielsen.net. [20 Juni 2011]
Tabel 5.7. Belanja Iklan Rokok di Seluruh Media Massa, Tahun 2009
Jenis Media Belanja Iklan
Trilyun Rupiah Persentase
Televisi 1,33 62
Media Cetak 0,73 34
Media Lainnya 0,08 4
Total 2,15 100
Adapun jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, belanja iklan rokok cenderung meningkat, meskipun pada pertengahan tahun sempat
mengalami penurunan. Berdasarkan data AC Nielsen Advertising Services, belanja iklan rokok pada tahun 1999 mencapai angka sebesar Rp. 0,31 Trilyun.
Tujuh tahun berikutnya yaitu pada tahun 2006, belanja iklan rokok sudah mencapai Rp. 1,60 Trilyun. Belanja iklan rokok sempat mengalami penurunan
16
Tanudjaja, B.B. Januari 2002.”Kreativitas Pembuatan Iklan Produk Rokok di Indonesia”. NIRMANA, 4: 85 – 98.
sebesar 7 persen dari Rp. 0,74 Trilyun 2007 menjadi Rp. 0,69 Trilyun 2008. Pada tahun 2009, seperti yang terlihat dalam Tabel 5.8., belanja iklan rokok
kembali meningkat. Produk ini menempati urutan kelima dengan belanja iklan sebesar Rp. 2,15 Trilyun, setelah iklan kendaraan bermotor. Adapun persentase
iklan terhadap total belanja untuk tiap sektornya mencapai 7,93 persen.
Tabel 5.8. Belanja Iklan Per Sektor, Tahun 2009
No. Sektor Belanja Iklan
Trilyun Rupiah Persentase
1. Telekomunikasi 3,86
14,24 2.
Pemerintah dan Parpol 3,62
13,33 3.
Koperasi dan Layanan Sosial 2,44
8,99 4. Kendaraan
Bermotor 2,17
8,01 5. Rokok
2,15 7,93
6. Produk Perawatan Rambut
2,03 7,50
7. Layanan Hotline dan Partyline
1,89 6,98
8. Produk Perawatan
Wajah 1,87
6,90 9.
Media dan Rumah Produksi 1,85
6,84 10. Keuangan
dan Perbankan
1,80 6,65
11. Sektor Lainnya
3,43 12,63
Total 27,1 100
Sumber : ABG Nielsen Media Indonesia, http: www.pefindo.com.[20 Juni 2011] Penayangan iklan rokok di televisi pada dasarnya sudah dibatasi oleh
pemerintah sejak lama. Pemerintah mengeluarkan Peraturan No. 38 Tahun 2000, yang menyebutkan bahwa penayangan iklan rokok di media elektronik
televisiradio dapat dilakukan pada pukul 21.30 sampai pukul 05.00 waktu setempat.
Ketika terjadi pembatasan promosi tersebut, maka pengiklan rokok masih memiliki alternatif lain untuk mempromosikan produknya. Upaya tersebut
diantaranya dengan menjadikan rokok sebagai sponsor utama acara olahraga. Masing-masing produsen, baik dari industri rokok kretek maupun industri
rokok putih, kemudian bersaing untuk mensponsori even-even olahraga skala
nasional maupun internasional. Adapun even-even olahraga yang disponsori oleh produsen rokok putih cenderung mengacu pada pertandingan olahraga skala
internasional. Contoh-contoh acara olahraga tersebut diantaranya adalah kejuaraan tim reli mobil dan motor yang disponsori oleh BAT Indonesia Tbk, serta Formula
One F1 yang disponsori oleh Philip Morris Indonesia PMI Indonesia. Berbeda dengan produsen rokok putih, produsen rokok kretek lebih memilih untuk
mensponsori acara-acara olahraga betaraf nasional seperti yang terdapat dalam Tabel 5.9. berikut:
Tabel 5.9. Even dengan Sponsor Utama Produsen Rokok, Tahun 2004-2008 Nama Produsen Rokok
Acara yang disponsori a.
Produsen Rokok Kretek Even Olahraga
1. PT. Djarum
- Djarum Bakti Olahraga semua olahraga
- ISL, Indonesia Super League Sepak Bola
- PB Djarum Bulu Tangkis
- Djarum Open Bulu Tangkis
- Liga Djarum Indonesia Sepak Bola
- Djarum Super Adventure Petualangan
- Djarum Super Submission
GapplingBeladiri 2.
PT. HM Sampoerna -
A Mild Basket Competition Basket -
Copa Dji Sam Soe Indonesia Sepak Bola -
Sampoerna Hijau Voli Proliga Bola Voli 3.
PT. Bentoel International Investama Tbk.
- Bentoel International 4x4 Championship
Otomotif -
Sponsor utama Tim Arema Sepak Bola 4.
PT. Gudang Garam -
Perkumpulan Tenis Meja PTM Surya -
PORSENI Pekan Olahraga dan Seni -
Gudang Garam Motor Prix BMK 57 Championship Balap sepeda motor.
b. Produsen Rokok Putih