Analisis Konsentrasi Analisis Struktur Industri Rokok di Indonesia

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Struktur Industri Rokok di Indonesia

5.1.1. Analisis Konsentrasi

Struktur suatu industri dapat dianalisis melalui tingkat konsentrasinya. Alat analisis yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat konsentrasi adalah rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar CR4. CR4 ini merupakan indikator yang menunjukkan persentase penjualan empat perusahaan terbesar terhadap penjualan total dalam industri. Adapun produsen yang dianggap mewakili empat perusahaan terbesar dari industri rokok kretek meliputi PT. Gudang Garam Tbk, PT. Djarum, PT. H.M. Sampoerna Tbk, serta Bentoel Group. Sebenarnya jumlah produsen rokok kretek terus meningkat setiap tahun. Jumlah produsen terbanyak berasal dari produsen- produsen berskala kecil, kemudian menengah, baru setelah itu produsen berskala besar. Namun demikian, penguasaan pasar terbesar tetap dikuasai oleh produsen dengan skala besar. Penguasaannya bahkan mencapai persentase sebesar 90 persen. Produsen-produsen tersebut tetap bertahan, meskipun banyak produsen baru yang masuk dalam industri seperti, PT. Karya Niaga Bersama, PT. Wikatama Indah, dan PT. Nojorono 13 . Jumlah produsen rokok putih jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah produsen rokok kretek. Meskipun demikian, terdapat pula produsen- produsen dengan skala besar diantaranya PT. BAT Indonesia Tbk, PT. Philip 13 Profil Bisnis. 16 Oktober 2006.’’Perkembangan dan Prospek Industri Rokok di Indonesia’’. Indocommercial: 374. Morris Indonesia, serta PT. Rothmans of Pall Mall Indonesia. Adapun CR4 dalam penelitian ini merupakan gabungan dari CR4 produsen terbesar dari masing- masing industri. Data CR4 dalam industri rokok dapat dilihat dalam Tabel 5.1. yang menunjukkan rata-rata tertimbang untuk konsentrasi pada industri rokok kretek maupun rokok putih selama periode 1991-2008. Tabel 5.1. CR4 Industri Rokok di Indonesia, Tahun 1991-2008 Tahun CR4 Rokok Kretek Rokok Putih 1991 84,29 91,60 1992 81,09 90,99 1993 75,03 91,70 1994 76,15 93,86 1995 77,74 91,45 1996 78,25 91,24 1997 79,48 94,40 1998 73,18 97,21 1999 79,20 97,94 2000 77,62 95,47 2001 61,94 98,95 2002 74,10 98,76 2003 74,42 92,36 2004 79,55 98,15 2005 74,80 98,93 2006 70,28 99,64 2007 57,49 99,33 2008 52,65 83,50 Rata-rata 73,74 94,75 Sumber : BPS 1991-2008 Berdasarkan data yang terdapat dalam Tabel 5.1., terjadi perbedaan dalam perkembangan tren CR4 antara rokok kretek dengan rokok putih. CR4 rokok kretek lebih menunjukkan gejala penurunan tren jika dibandingkan dengan CR4 industri rokok putih. Selama 18 tahun, terjadi penurunan rasio konsentrasi dari 84,29 persen 1991 menjadi 52,65 persen 2008. Tren CR4 yang terus menurun ternyata berpengaruh terhadap tingkat oligopoli dari industri rokok kretek tersebut. Jika dilihat berdasarkan tingkat konsentrasinya, maka industri rokok kretek perlahan-lahan mulai berubah dari tingkat oligopoli ketat 84,29 persen menuju ke oligopoli sedang 52,65 persen. Adanya gejala penurunan tingkat konsentrasi ini menunjukkan bahwa tingkat persaingan dalam industri semakin tinggi. Persaingan dapat disebabkan oleh banyaknya produsen baru yang masuk dan menjadi pesaing dari produsen lama. Kondisi ini terjadi karena upaya produsen baru untuk memasuki industri rokok kretek relatif mudah. Adapun CR4 untuk industri rokok putih cenderung lebih stabil jika dibandingkan dengan industri rokok kretek. Angka konsentrasi pada industri rokok putih hanya sedikit mengalami penurunan dari 91,60 persen 1991 menjadi 83,50 persen 2008. Rata-rata CR4 rokok putih juga lebih besar dari rata-rata CR4 rokok kretek. Rata-ratanya mencapai 94,75 persen, jauh lebih tinggi dari rata-rata CR4 rokok kretek yang hanya sebesar 73,74 persen. Besarnya rata-rata konsentrasi rasio ini mencerminkan bahwa tingkat persaingan dalam industri rokok putih relatif rendah. Industri rokok putih dalam hal ini masih tetap bertahan pada struktur oligopoli ketat.

5.1.2. Analisis Hambatan Masuk Industri