tistic kurang dari taraf nyata, maka
kesimp d
bility t-statistik menunjukkan besarnya pengaruh nyata untuk
masing
igunakan karena data yang digunakan kurang dari 30 observa
, maka residualnya terhadap variabel dependen.
Apabila Probability F-sta ulannya a alah tolak H0. Artinya, minimal ada satu variabel independen
yang signifikan terhadap variabel dependennya. Namun sebaliknya, jika Probability F-statistic
lebih besar dari taraf nyata, maka harus terima H0, yang berarti tidak ada variabel independen yang signifikan terhadap variabel
dependennya Gujarati, 2006.
3.4.3. Uji t
Proba -masing variabel. Apabila Probability t-statistik untuk masing-masing
variabel independen bernilai lebih kecil dari taraf nyata, maka dapat disimpulkan variabel independen tersebut signifikan. Begitupula sebaliknya, jika Probability t-
statistik lebih besar dari taraf nyata yang digunakan, maka variabel independen tersebut tidak signifikan terhadap variabel dependen Gujarati, 2006.
3.4.4. Uji Normalitas
Uji normalitas d si. Uji ini digunakan untuk mendeteksi apakah residualnya terdistribusi
normal dengan membandingkan nilai Jarque Bera JB terhadap taraf nyata yang digunakan Gujarati, 2006. Ketentuan dari uji ini meliputi:
1. Jika probabilitas JB taraf nyata yang digunakan
terdistribusi normal.
2. Jika diperoleh nilai probabilitas JB taraf nyata yang digunakan, maka
residualnya tidak terdistribusi normal.
3.4.5. Uji Autokorelasi
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu, berkaitan satu sama lain. Masalah autokorelasi sering terjadi pada data time series.
Hal ini disebabkan karena error pada satu variabel akan mempengaruhi error pada variabel yang sama pada periode berikutnya Gujarati, 2006. Pengujian
autokorelasi dapat diketahui dengan menggunakan Breusch-godfrey serial Correllation LM test
. Hasil kesimpulannya dapat diketahui melalui nilai Probability ObsR-squared.
Adapun kriteria uji yang digunakan adalah sebagai berikut: 1.
Jika nilai Probability ObsR-squared lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan, maka terjadi autokorelasi di dalam model persamaan.
2. Jika nilai Probability ObsR-squared ternyata lebih besar dari taraf nyata yang
digunakan, maka tidak terjadi autokorelasi di dalam model persamaan.
3.4.6. Uji Multikolinearitas
Uji ini diidentifikasi untuk melihat korelasi yang kuat antara variabel independen terhadap variabel dependennya. Multikolinearitas dapat menyebabkan
koefisien variabel independen cenderung tidak signifikan terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan melihat koefisien korelasi antar variabel
independen yang terdapat pada matriks korelasi. Jika terdapat nilai korelasi parsial
antar variabel yang lebih besar dari │0,8│ maka dapat disimpulkan terjadi
multikolinearitas pada model persamaan yang digunakan Gujarati, 2006.
3.4.7. Uji Heteroskedastisitas
Suatu persamaan fungsi dapat dikatakan baik apabila tidak memenuhi asumsi heteroskedastisitas Gujarati, 2006. Gejala adanya Heteroskedastisitas
dapat ditunjukkan oleh Probability ObsR-squared pada Uji Heteoskedastisitas. Kriteria uji yang digunakan meliputi :
1. Jika nilai Probability ObsR-squared lebih kecil dari taraf nyata, maka
persamaan mengalami heteroskedastisitas. 2.
Jika nilai Probability ObsR-squared ternyata lebih besar dari taraf nyata, maka persamaan tidak mengalami heteroskedastisitas.
IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI ROKOK DI INDONESIA
4.1. Pengertian Industri Rokok
Industri merupakan suatu aktivitas ekonomi yang memanfaatkan peluang bisnis untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang. Analisis industri diarahkan
untuk meramalkan perilaku para pesaing, baik itu pemain lama maupun pemain baru. Analisis industri juga diarahkan untuk mengetahui sejauh mana
perkembangan produk, penerapan teknologi baru, serta pengaruh pembangunan terhadap industri yang berhubungan Kuncoro, 2007.
Industri rokok merupakan kumpulan dari sentra-sentra produksi rokok. Industri ini dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu industri rokok kretek dan
industri rokok putih. Perbedaan kedua industri ini terletak pada jenis produk rokok yang ditawarkan
2
. Rokok kretek dan rokok putih merupakan dua produk yang sangat
berbeda. Kedua rokok ini dibedakan berdasarkan cara pembuatannya. Rokok kretek adalah rokok yang cara pembuatannya menggunakan tembakau rakyat,
cengkeh, saus dan bumbu rokok lainnya. Berdasarkan Gambar 4.1., tanaman tembakau pada awalnya terdiri dari batang, daun, dan bunga. Setelah tanaman
berumur, daun secara bertahap dipetik mulai dari bawah, tengah, hingga atas. Proses ini memerlukan ketelitian yang cukup tinggi, baik dari segi aroma, rasa,
maupun ciri-ciri fisiknya. Daun tembakau yang sudah kering, kemudian diolah dalam proses yang cukup panjang. Proses tersebut dimulai dari pemisahan daun
2
Darmawan. 2000. “Industri Rokok, Antara Kesehatan, Lapangan Kerja, dan Pemasukan Negara”. http:www.kompas.com. [27 Februari 2004].