Perkembangan Industri Rokok di Indonesia

Hal lain yang membedakan antara rokok kretek dengan rokok putih adalah pada penambahan bahan lain berupa cengkeh. Pada pembuatan rokok putih, prosesnya tidak melibatkan penambahan bahan baku cengkeh, seperti yang terjadi pada pembuatan rokok kretek. Secara singkat, pohon industri tanaman tembakau dapat digambarkan sebagai berikut: Batang Bunga Biji Kayu Bakar Benih Tembakau Daun Basah Tembakau Rajangan Tembakau Kering tanpa Tulang Daun Tembakau Kering dengan Tulang Daun Tembakau Blended Cerutu Pucuk Daun Badan Daun Tangkal Daun Rokok Rokok Putih Rokok Kretek Tembakau Sumber : Roadmap Industri Pengolahan Tembakau 2009 Gambar 4.1. Pohon Industri Berbasis Tembakau

4.2. Perkembangan Industri Rokok di Indonesia

Industri rokok dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu industri rokok kretek dan industri rokok putih. Selama periode 1991-2008, perkembangan output keduanya memiliki tren yang cukup berbeda. Rokok kretek memiliki tren yang cenderung meningkat, sedangkan rokok putih adalah sebaliknya. Tabel 4.1. Perkembangan Output Rokok Nasional, Tahun 1991-2008 Tahun Output Rokok Kretek Milyar batang Growth Output Rokok Putih Milyar batang Growth 1991 134 -3,60 20,4 17,92 1992 139 3,73 19,1 -6,37 1993 139 0,00 19,8 3,66 1994 134 -3,60 21,5 8,59 1995 175 30,60 24,8 15,35 1996 187 6,86 28,7 15,73 1997 197 5,35 29,4 2,44 1998 196 -0,51 32,5 10,54 1999 197 0,51 30,3 -6,77 2000 206 4,57 25,8 -14,85 2001 202 -1,94 24,7 -4,26 2002 182 -9,90 24,2 -2,02 2003 182 0,00 18,9 -21,90 2004 205 12,64 18,7 -1,06 2005 205 0,00 15,3 -18,18 2006 203 -0,98 13,5 -11,76 2007 216 6,40 16,0 18,52 2008 233 7,87 17,0 6,25 Sumber : Ditjen Bea Cukai 2009 Berdasarkan Tabel 4.1., perkembangan output rokok kretek meningkat secara signifikan sebesar 2,18 kali lipatnya, dari -3,60 persen 1991 menjadi 7,87 persen 2008. Krisis ekonomi memang sempat menurunkan produksi rokok kretek sebesar -0,51 persen dari 197 Milyar batang 1997 menjadi 196 Milyar batang 1998. Namun demikian, produksi kembali meningkat pada tahun 2000 sebesar 206 Milyar batang. Awal tahun 2001, produksi rokok kretek mengalami fluktuasi hingga tahun 2006. Menurut Indocommercial 2006, selama tujuh bulan pertama di tahun 2006, penjualan rokok mengalami penurunan sebesar 4,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2005. Produksi meningkat kembali di tahun 2007 sebesar 6,40 persen dan mencapai puncaknya di tahun 2008 sebesar 7,87 persen. Sementara itu, produksi rokok putih terlihat terus mengalami penurunan terhitung sejak tahun 1999. Menurut Indocommercial 2006, penurunan produksi rokok putih tidak hanya dialami oleh produsen rokok berskala kecil, tetapi juga produsen rokok berskala multinasional. Produsen rokok putih terbesar yaitu Phillip Morris dan PT. BAT Indonesia pun mengalami penurunan produksi sejak beberapa tahun terakhir. Secara keseluruhan, produksi rokok putih pada tahun 2004, tercatat hanya sebesar 18,7 Milyar batang, jauh mengalami penurunan jika dibandingkan pada tahun 1999 yang sempat memproduksi sebesar 30,3 Milyar batang. Namun demikian, pertumbuhan kembali positif hingga tahun 2008, yaitu sebesar 6,25 persen. Angka tersebut dinilai memiliki selisih yang cukup jauh sebesar 11,67 persen, dibandingkan dengan angka pertumbuhan yang dicapai pada tahun 1991. Adapun rata-rata produksi rokok kretek ternyata meningkat menjadi 3,22 persen per tahun, yaitu dari 139 Milyar batang pada tahun 1997 menjadi 233 Milyar batang pada tahun 2008. Sementara itu, rata-rata produksi pada rokok putih justru menunjukkan adanya tren yang menurun sebesar 0,66 persen. Penurunan tersebut terjadi dari 20,4 Milyar batang di tahun 1991, menjadi 17 Milyar batang saja pada tahun 2008.

4.3. Penyerapan Tenaga Kerja