Hubungan Keluarga dengan Belajar Kognitif Hubungan Teman Sepermainan Tetangga dengan Belajar Kognitif Hubungan Sekolah dengan Belajar Kognitif

Tabel 9. Hubungan Lingkungan Sosial, Faktor Psikologi dan Terpaan Media dengan Belajar Kognitif Variabel Belajar Kognitif T hitung SEM Lingkungan social -2,03 • Keluarga -0,22 • Tetangga teman sepermainan -0,04 • Sekolah -0,45 Faktor Psikologi -0,24 - Terpaan Media -2,10 • Frekuensi -0,15 • Durasi -0,54 • Pilihan pesan -3,52 Keterangan: berhubungan signifikan pada p0.05 T- tabel = 1,96

5.4.1 Hubungan Lingkungan Sosial dengan Belajar Kognitif

Lingkungan sosial memiliki hubungan signifikan dengan belajar kognitif. Hal ini dibuktikan dengan nilai T hitung 2,03 yang lebih besar daripada T tabel 0,05 1, 96 sedangkan jika diliat dari koofesien korelasi terlihat bahwa terdapat hubungan negatif antara lingkungan sosial dan belajar kognitif.

5.4.1.1 Hubungan Keluarga dengan Belajar Kognitif

Tabel 10 memperlihatkan nilai korelasi antara keluarga dengan belajar kognitif bernilai negatif yaitu -0,22. Hal ini menunjukan bahwa walaupun keluarga mendukung kegiatan belajar kognitif anak tidak selalu mau bersemangat mengikuti belajar kognitif. Rendahnya belajar kognitif pada anak tersebut dapat disebabkan karena kondisi kesehatan yang tidak mendukung sehingga anak memiliki semangat yang rendah untuk belajar kognitif. Hal serupa disebutkan juga oleh Syah 2003 yang menyatakan bahwa aspek fisiologi yaitu kondisi jasmani dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam mengikuti kegiatan belajar.

5.4.1.2 Hubungan Teman Sepermainan Tetangga dengan Belajar Kognitif

Tabel 10 memperlihatkan nilai korelasi antara teman tetangga dengan belajar kognitif bernilai negatif yaitu -0,04. Dapat dikatakan bahwa dorongan dari teman atau tetangga untuk belajar tidak selalu memberikan dampak meningkatnya kegiatan belajar siswa terutama dalam hal kognitif. Rendahnya belajar kognitif pada anak tersebut dapat pula disebabkan karena kondisi kesehatan yang tidak mendukung sehingga anak memiliki semangat yang rendah untuk belajar kognitif. Hal serupa disebutkan juga oleh Syah 2003 yang menyatakan bahwa aspek fisiologi yaitu kondisi jasmani dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam mengikuti kegiatan belajar.

5.4.1.3 Hubungan Sekolah dengan Belajar Kognitif

Penelitian di SDN 4 Dramaga memperlihatkan nilai korelasi antara sekolah dengan belajar kognitif bernilai negatif yaitu -0,45 sehingga dapat dikatakan semangat guru yang tinggi tidak menimbulkan semangat yang tinggi pula pada siswanya. Namun hal berbeda dinyatakan Syah 2003 yaitu bahwa lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Para guru yang selalu menunjukan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Perbedaan ini terjadi karena adanya faktor lain yang mempengaruhi belajar kognitif pada anak seperti faktor kesehatan. Kondisi kesehatan yang tidak mendukung menyebabkan anak tidak memiliki semangat untuk belajar kognitif. Faktor kesehatan ini juga disebutkan dalam Syah 2003 yang menyatakan bahwa aspek fisiologi yaitu kondisi jasmani, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam mengikuti kegiatan belajar. Faktor lingkungan sosial yang paling mempengaruhi belajar kognitif adalah sekolah. Pada Tabel 10 terlihat bahwa nilai korelasi antara sekolah dan belajar kognitif adalah 0,45 lebih tinggi dari pada nilai korelasi antara keluarga dengan belajar kognitif 0,22 dan nilai korelasi antara tetanggateman sepermainan dengan belajar kognitif 0,04. Tingginya hubungan korelasi antara sekolah dengan belajar kognitif didukung oleh kebiasaan beberapa guru yang sering menghubungkan antara materi pelajarankehidupan sehari-hari dengan tayangan televisi yang sering di tonton oleh anak. Kebiasan menghubungkan antara materi pelajaran kehidupan sehari-hari dengan tayangan yang ditonton anak masih tergolong jarang dilakukan oleh orang tua apalagi oleh tetanggateman sepermainan. Oleh karena itu korelasi antara keluarga dan tetanggateman sepermainan dengan belajar kognitif tidak lebih kuat dibandingkan korelasi sekolah dengan belajar kognitif.

5.5. Hubungan Faktor Psikologi dengan Belajar Kognitif

Dokumen yang terkait

Hubungan Karakteristik Petani dengan Tingkat Partisipasinya sebagai Anggota Kelompok Tani. Kasus pada Kelompok Tani Mekarsari, Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat

0 9 89

Prestasi Belajar Anak SD yang Bekerja sebagai Pedagang Asongan di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 7 95

Respon Masyarakat Pedesaan terhadap Penayangan Ikan Partai Politik di Televisi (Kasus Penduduk Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

0 7 136

Hubungan antara Kebutuhan Informasi dengan Terpaan Media Para Penyuluh Agama Islam : Kasus di Kota Bogor, Jawa Barat

1 12 162

Perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah (Kasus masyarakat Kelurahan Gunung Batu, Kecamatan bogor Barat, Kota Bogor dan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 12 117

Efektivitas komunikasi periklanan produk sirup marjan pada khalayak media televisi: kasus Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor

28 279 228

Keanekaragaman jenis Burung pada beberapa tipe Habitat di Hutan Penelitian Dramaga, Bogor, Jawa Barat

0 10 34

HUBUNGAN TERPAAN ACARA HARIRING DI TVRI JAWA BARAT DENGAN SIKAP MASYARAKAT JAWA BARAT TERHADAP KESENIAN SUNDA.

0 0 2

HUBUNGAN ANTARA TERPAAN MEDIA MENGENAI PENCULIKAN ANAK DI TELEVISI DENGAN TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA DI RT 23 KELURAHAN SIDOMULYO SAMARINDA

0 1 14

HUBUNGAN TERPAAN BERITA PENCULIKAN ANAK DI TELEVISI DENGAN KEWASPADAAN IBU RUMAH TANGGA DI SURABAYA (Studi Korelasional Kuantatif Tentang Hubungan Terpaan Berita Penculikan Anak di Televisi Dengan Kewaspadaan Ibu Rumah Tangga di Surabaya).

0 0 31