Walaupun anak sudah relaks dengan menonton televisi, anak tetap butuh waktu untuk bermain. Televisi mengkondisikan anak menjadi pasif, hanya menerima dan
menyerap informasi dengan posisi tubuh yang juga pasif. Oleh karenanya anak tetap butuh waktu untuk bermain terutama bermain dengan anak lain supaya
mereka tetap aktif dan mampu bersosialisasi. 3. Menyeleksi program tayangan televisi yang cocok untuk anak.
Jika tidak sempat mendampingi anak. Orang tua sebaiknya menyeleksi tayangan televisi mana yang cocok untuk anak. Sebelum anak diizinkan untuk menonton
program tersebut, orang tua telah mengetahui apakah program tersebut cocok atau tidak untuk anak.
4. Membangun kerjasama dengan seluruh anggota keluarga. Bangunlah kerjasama dengan seluruh anggota keluarga, karena kerjasama dari
seluruh anggota keluarga termasuk pengasuh sangat diperlukan. Pastikan bahwa seluruh keluarga memiliki pengertian yang sama mengenai anak dan masalah
televisi tersebut. 5. Konsistensi dalam bertindak.
Orang tua atau pengasuh selalu bertindak secara konsisten dan tidak bosan-bosan dalam memberikan pengertian kepada anak, sehingga anak tahu dengan jelas mana
yang boleh mana yang tidak, mana yang baik mana yang buruk. Kurniasih 2006 menyatakan bahwa lingkungan sosial yang juga berhubungan
nyata dengan perilaku menonton televisi adalah lingkungan teman. Lingkungan teman dapat menyebabkan seseorang untuk tertarik menonton tayangan tertentu,
dimana teman sering menonton, mengajak dan menceritakan kembali jalan cerita tayangan tersebut.
2.5.3 Hubungan Faktor Psikologi dengan Belajar Kognitif pada Anak
Syah 2003 menyatakan bahwa karakteristik individu yang mempengaruhi perilaku belajar anak meliputi dua aspek yaitu:
1. Aspek Fisiologi Kondisi umum jasmani dan tonus tegangan otot yang menandai tingkat
kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ yang lemah,
apalagi jika disertai pusing kepala berat misalnya dapat menurunkan kualitas ranah cipta kognitif sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak
berbekas. 2. Aspek Psikologi
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologi yang dianggap mempengaruhi perilaku belajar, namun faktor –faktor yang dianggap lebih esensial adalah:
a. Intelegensi siswa Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik
untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa tidak dapat
diragukan lagi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin
besar peluangnya untuk meraih sukses. b. Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afeksi berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek
orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap positif, terutama terhadap mata pelajaran merupakan awal yang baik bagi
proses belajar siswa tersebut. c. Bakat siswa
Dalam perkembangannya, bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan
latihan. Sehingga dapat dikatakan bahwa, bakat dapat mempengaruhi tinggi- rendahnya prestasi belajar bidang-bidang tertentu. Pemaksaan kehendak
terhadap siswa dan ketidaksadaran siswa terhadap bakatnya sendiri sehingga
memilih jurusan keahlian tertentu yang sebenarnya tidak sesuai dengan bakatnya, akan berpengaruh buruk terhadap kinerja akademik.
d. Minat siswa Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan gairah yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar dalam bidang-bidang studi tertentu. Seorang siswa
yang berminat terhadap bidang studi tertentu, akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian pemusatan perhatian yang
insentif inilah yang memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
e. Motivasi siswa Dalam perkembangannya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1 motivasi intrinsik dan 2 motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya
melakukan tindakan belajar. Contohnya perasaan menyenangi pelajaran dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah
hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga dapat mendorong untuk melakukan tindakan belajar.
Perspektif psikologi kognitif menyatakan bahwa motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak
bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Selanjutnya, dorongan mencapai prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan
juga memberi pengaruh kuat dan relatif lebih langgeng dibanding dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orangtua dan guru.
2.5.4 Hubungan Lingkungan Sosial dengan Belajar Kognitif pada Anak