6. Waktu luang Waktu luang orang yang pekerjaannya banyak bisa diduga cenderung akan
menggunakan waktu kosongnya untuk beristirahat daripada menonton televisi. Sedangkan orang yang waktu kerjanya lebih sedikit mungkin lebih banyak
meluangkan waktunya untuk menonton televisi Testiandini 2006
2.5.2 Hubungan Lingkungan Sosial dengan Terpaan Media Televisi pada Anak
Lingkungan sosial seperti lingkungan keluarga dan teman-teman memiliki hubungan nyata dengan terpaan media televisi pada anak. Ketika menonton televisi,
biasanya anak didampingi oleh orang tua atau keluarga. Maka dapat dikatakan bahwa semakin sering suatu keluarga menonton televisi maka semakin sering pula anak
menonton televisi dan sebaliknya semakin jarang suatu keluarga menonton televisi, maka semakin jarang pula seorang anak menonton televisi. Selain itu orang tua juga
berperan dalam mengawasi anaknya dalam menonton televisi Testiandini 2006. Tasmin 2002 menyatakan bahwa perilaku orang tua dalam mengawasi pola
menonton televisi pada anaknya antara lain, yaitu: 1. Mendampingi anak ketika menonton televisi dan memberi penjelasan.
Hal pertama yang sebaiknya dilakukan adalah memberi pengertian dan mendampingi anak ketika menonton televisi. Jika anak bertanya jawablah
pertanyaan tersebut dengan rinci dan sesuai dengan perkembangan anak. Banyak hal yang belum diketahui oleh seorang anak, oleh karena itu kalau tidak ada yang
memberi tahu ia akan mencari sendiri dengan mencoba-coba dan meniru dari orang dewasa. Apakah hasil percobaan maupun peniruannya salah atau benar,
anak mungkin tidak tahu. Di sini tugas orang tua untuk selalu memberi pengertian kepada anak, secara konsisten. Kebingungan anak karena standar ganda yang
diterapkan orang tua juga bisa teratasi kalau orang tua memberi penjelasan kepada anak.
2. Bersama dengan anak membuat jadwal kegiatan. Anak juga perlu diajarkan bahwa ada waktu tersendiri untuk setiap kegiatan. Atur
waktu yang jelas kapan menonton televisi, kapan belajar dan kapan bermain.
Walaupun anak sudah relaks dengan menonton televisi, anak tetap butuh waktu untuk bermain. Televisi mengkondisikan anak menjadi pasif, hanya menerima dan
menyerap informasi dengan posisi tubuh yang juga pasif. Oleh karenanya anak tetap butuh waktu untuk bermain terutama bermain dengan anak lain supaya
mereka tetap aktif dan mampu bersosialisasi. 3. Menyeleksi program tayangan televisi yang cocok untuk anak.
Jika tidak sempat mendampingi anak. Orang tua sebaiknya menyeleksi tayangan televisi mana yang cocok untuk anak. Sebelum anak diizinkan untuk menonton
program tersebut, orang tua telah mengetahui apakah program tersebut cocok atau tidak untuk anak.
4. Membangun kerjasama dengan seluruh anggota keluarga. Bangunlah kerjasama dengan seluruh anggota keluarga, karena kerjasama dari
seluruh anggota keluarga termasuk pengasuh sangat diperlukan. Pastikan bahwa seluruh keluarga memiliki pengertian yang sama mengenai anak dan masalah
televisi tersebut. 5. Konsistensi dalam bertindak.
Orang tua atau pengasuh selalu bertindak secara konsisten dan tidak bosan-bosan dalam memberikan pengertian kepada anak, sehingga anak tahu dengan jelas mana
yang boleh mana yang tidak, mana yang baik mana yang buruk. Kurniasih 2006 menyatakan bahwa lingkungan sosial yang juga berhubungan
nyata dengan perilaku menonton televisi adalah lingkungan teman. Lingkungan teman dapat menyebabkan seseorang untuk tertarik menonton tayangan tertentu,
dimana teman sering menonton, mengajak dan menceritakan kembali jalan cerita tayangan tersebut.
2.5.3 Hubungan Faktor Psikologi dengan Belajar Kognitif pada Anak