1,96. Sedangkan jika diliat dari koofesien korelasi terlihat bahwa terdapat hubungan positif  antara  indikator  lingkungan  sosial    dengan  terpaan  media.  Dengan  kata  lain
semakin  tinggi  pengaruh  lingkungan  sosial  maka  semakin  tinggi  pula  terpaan  media televisi yang terjadi pada seseorang.
5.2.2.1 Hubungan Keluarga dengan Terpaan Media
Hasil penelitian di SDN 04 Dramaga terlihat kofesian hubungan antara keluarga dengan terpaan televisi bernilai positif yaitu 0,96,. Jadi semakin sering suatu keluarga
menonton  televisi  maka  semakin  sering  pula  anak  menonton  televisi.  Dengan  kata lain  semakin  tinggi  keluarga  mendukung  sering  menontonmenganjurkan  terpaan
media televisi maka semakin tinggi pula terpaan media televisi pada anak. Hal serupa dikatakan oleh Kurniasih  2006 yang menyatakan  bahwa ketika menonton televisi,
biasanya  anak  didampingi  oleh  orang  tua  atau  keluarga.  Oleh  karena  itu  terpaan media televisi pada anak tidak dapat dilepaskan dari peran orang tua.
5.2.2.2 Hubungan Teman SepermainanTetangga dengan Terpaan Media
Hasil  penelitian  di  SDN  04  Dramaga  memperlihatkan  bahwa  kofesian hubungan  antara  keluarga  dengan  terpaan  televisi  bernilai  positif  yaitu  0,23.  Hal  ini
dapat  dijelaskan    dimana  semakin  sering  teman  mengajak  menonton  dan menceritakan  kembali  jalan  cerita  maka  semakin  tinggi  pula  kemungkinan  seorang
anak  untuk  menonton  televisi  sehingga    berpengaruh  pada  tingginya  terpaan  media pada  anak.  Hal  serupa  dinyatakan  Kurniasih  2006  yaitu  bahwa  lingkungan  teman
juga  dapat  menyebabkan  seseorang  untuk  tertarik  menonton  tayangan  tertentu misalnya melalui cerita-cerita dengan teman sepermainan.
5.2.2.3 Hubungan Sekolah dengan Terpaan Media
Lingkungan  sekolah  pun  tak  dapat  dilepaskan  keterkaitannya  dengan  terpaan media  televisi.  Terdapat  korelasi  yang  bersifat  positif  antara  sekolah  dan  terpaan
media yaitu 0,67. Angka ini menjelaskan bahwa jika lingkungan sekolah mendukung atau menganjurkan program tertentu maka siswa cenderung akan menonton program
tersebut. Dengan kata lain tingginya ajurandukungan guru terhadap suatu program di televisi  akan  meningkatkan  terpaan  media  televisi  pada  anak  tersebut.  Hal  ini
dikarenakan  pada  umumnya  anak-anak  cenderung  untuk  mengikuti  apa  yang dikatakan guurunya karena menganggap guru mengetahui banyak hal.
Diantara faktor lingkungan sosial berupa keluarga, sekolah dan tetanggateman sepermainan yang paling mempengaruhi terpaan media televisi adalah keluarga. Pada
Tabel  7,  nilai  korelasi  antara  keluraga  dan  terpaan  media  televisi    adalah  0,96  lebih tinggi dari pada nilai korelasi antara sekolah dengan terpaan media televisi 0,67 dan
nilai  korelasi  antara  tetanggateman  sepermainan    dengan  terpaan  media  televisi 0,23.
Tingginya nilai korelasi indikator keluarga dibandingkan dengan indikator lain tetangga  dan  sekolah  disebabkan  karena  keluarga  adalah  lingkungan  yang  paling
dekat  dengan  anak.  Banyaknya  waktu  yang  dihabiskan  bersama  keluarga  lebih banyak  dibandingkan  dengan  waktu  yang  dihabiskan  di  sekolah  maupun  bersama
tetanggateman  sepermainnya.  Selain  itu  keluarga  merupakan  bagian  lingkungan sosial  yang  paling  sering  menonton  bersama  dengan  anak.  Oleh  karena  itulah
keluarga  lebih  mampu  untuk  mengontrol  terpaan  media  televisi  dibandingan lingkungan  sekolah  maupun  tetangga  teman  sepermainan.  Selain  itu,  anak  SD
cenderung masih sangat menuruti perkataan orang tuakeluarganya. Faktor  kedua  yang  cukup  tinggi  mempengaruhi  terpaan  media  televisi  adalah
lingkungan sekolah karena waktu yang dihabiskan anak di sekolah juga cukup tinggi. Di  sekolah  anak  berinteraksi  dengan  guru  dan  teman  sekolahnya  yang  turut
mempengaruhi  terpaan  media  televisi.  Urutan  ke-tiga  yang  mempengaruhi  terpaan media  televisi  adalah  tetanggateman  sepermainan.  Hal  ini  karena  waktu  yang
dihabiskan anak bersama tetangga atau teman sepermainan tidaklah sebanyak  waktu yang  dihabiskan  anak  bersama  keluarga  guru  dan  teman  sekolah.  Dalam  satu  hari,
sebagian  anak  hanya  menghabiskan  waktu  bersama  tetangga  teman  sepermainana hanya 2-3 jam perhari.
Diantara  faktor-faktor  diatas  seperti  karakteristik  individu  dan  lingkungan sosial  faktor  yang  paling  mempengaruhi  terpaan  media  televisi  pada  anak  Sekolah
Dasar adalah adalah lingkungan sosial. Hal ini terlihat dari besarnya
T-hitung
hubungan lingkungan sosial dengan terpaan media dibandingkan dengan hubungan karakteristik
individu  dengan  terpaan  media  yaitu  2,63  dibandingakan  2,05.  Besarnya  T-
hitung
hubungan terpaan media dengan belajar kognitif dikarenakan karena pada anak, peran orang tua, sekolah serta teman sepermainan masih sangatlah kuat. Kegiatan-kegiatan
mereka sehari tidak dapat dilepaskan dari ketiga pihak tersebut yaitu orang tua, guru dan  teman  sepermainan.  Dalam  lingkungan  keluarga,  anak  umur  Sekolah  Dasar
masih sangat diperhatikan oleh orang tuanya ketika menonton, orang tua pun kadang menemani  anaknya  saat  menonton  serta  memilihkan  tayangan  yang  diperbolehkan
untuk  ditonton.  Sedangkan  sosok  seorang  guru  bagi  anak  merupakan  sosok  “serba tahu”  bahkan  tak  jarang  anak-anak  lebih  mempercayai  perkataan  yang  disampaikan
gurunya  di  sekolah  daripada  apa  yang  disampaikan  orang  tuanya.  Selain  seperti dijelaskan  sebelunya  kebiasaan  yang  cukup  tinggi  pada  anak  untuk  menceritakan
kembali  tayangan  yang  sedang  “in”  bersama  teman  sekolah  atau  sepermainnya  juga meningkatkan kecenderungan anak untuk menonton tayangan tersebut.
Pengaruh lingkungan sosial terhadap terpaan media televisi mengalahkan faktor pengaruh  karakteristik  individu  itu  sendiri  misalnya  waktu  luang.  Karena  suatu
tayangan  sedang  sering  menjadi  bahan  perbincangan  bersama  teman  sekolah  atau sepermainnya, maka walaupun anak tersebut tidak memiliki waktu yang cukup untuk
menonton,anak  tersebut  akan  cenderung  berusaha  untuk  menonton  acara  tersebut. Bahkan  dalam  Hidup  2008  dikatakan  bahwa  beberapa orang  siswa  sebuah  sekolah
bergantian  bolos  dari  sekolah  demi  menonton  sebuah  tayangan  opera  sabun  di televisi.
5.3 Belajar Kognitif pada Anak
Belajar  kognitif  adalah  proses  untuk  mengetahui  atau  mengelolah    dan menggunakan    pengetahuan.  Banyaknya  materi  acara  yang  dikuasai  dipahami  oleh
anak  yaitu  jumlah keseluruhan materi yang diperoleh anak Sekolah Dasar dari satu acara program tertentu yang ditontonnya. Tambahan pengetahuan yang didapat yaitu
peningkatan pengetahuan dari pengetahuan awal ke pengetahuan sekarang.