d. Analisis kadar lemak AOAC 1995
Kadar lemak ditentukan dengan menggunakan metode ekstraksi soxhlet. Labu lemak dikeringkan dalam oven, didinginkan dalam desikator dan ditimbang.
Sebanyak 3 gram contoh ditimbang dan dibungkus dengan kertas saring bebas lemak dan diletakkan pada alat ekstraksi soxhlet yang dipasang diatas kondensor
serta labu lemak dibawahnya. Pelarut heksan dituangkan ke dalam labu lemak secukupnya sesuai dengan ukuran soxhlet yang digunakan dan direfluks selama
16 jam sampai pelarut turun kembali ke dalam labu lemak. Pelarut di dalam labu lemak didestilasi dan ditampung. Labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi
kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105 C. Labu lemak didinginkan
dalam desikator selama 20 sampai 30 menit dan ditimbang. Kadar lemak dapat dihitung dengan rumus :
Perhitungan kadar lemak pada daun semanggi : Kadar Lemak = W
3
– W
2
x 100 W
1
Keterangan : W
1
= Berat sampel daun semanggi gram W
2
= Berat labu lemak tanpa lemak gram W
3
= Berat labu lemak dengan lemak gram
e Analisis kadar serat kasar AOAC 1995
Sebanyak 1 gram sample kering dilarutkan dengan 100 ml H
2
SO
4
1,25, dipanaskan hingga mendidih lalu dilanjutkan dengan destruksi selama 30 menit.
Kemudian disaring menggunakan kertas saring Whatman ф: 10 cm dan dengan bantuan corong Buchner. Residu hasil saringan dibilas dengan 20 sampai 30 ml
air mendidih dan dengan 25 ml air sebanyak 3 kali. Residu didestruksi kembali dengan 100 ml NAOH 1,25 selama 30 menit. Lalu disaring dengan cara seperti
diatas dan dibilas berturut-turut dengan 25 ml H
2
SO
4
1,25 mendidih 2,5 ml air sebanyak tiga kali, dan 25 ml alkohol. Residu beserta kertas saring dipindahkan ke
cawan porselin dan dikeringkan dalam oven 130
o
C selama 2 jam setelah dingin residu beserta cawan porselin ditimbang A, lalu dimasukkan dalam tanur 600
o
C selama 30 menit, didinginkan dan ditimbang kembali B.
Penghitungan kadar serat kasar pada daun semanggi
Kadar serat kasar =
3.3.2.3 Analisis kadar mineral a Pengujian mineral dengan
Atomic Absorption Spectrophotometer Reitz et al. 1987
Sampel sayuran yang akan mengalami pengujian mineral dilakukan proses pengabuan basah terlebih dahulu. Pada proses pengabuan basah, sampel
ditimbang sebanyak 1 g, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 150 ml. Ke dalam labu ditambahkan 5 ml HNO
3
dan dibiarkan selama 1 jam. Labu ditempatkan di atas hotplate selama ± 4 jam dan ditambahkan 0,4 ml H
2
SO
4
pekat, campuran HClO
4
dan HNO
3
sebanyak 3 tetes, 2 ml akuades dan 0,6 ml HCl pekat. Larutan contoh kemudian diencerkan menjadi 100 ml dalam labu
takar. Sejumlah larutan stok standar dari masing-masing mineral diencerkan dengan menggunakan akuades sampai konsentrasinya berada dalam kisaran kerja
logam yang diinginkan. Larutan standar, blanko dan contoh dialirkan ke dalam Atomic Absorption
Spectrophotometer AAS merek Novva300 dengan panjang gelombang dari masing-masing jenis mineral. Langkah selanjutnya adalah pengukuran absorbansi
atau tinggi puncak standar, blanko dan contoh pada panjang gelombang dan parameter yang sesuai untuk masing-masing mineral dengan spektrofotometer.
Setelah diperoleh absorbansi standar, hubungkan antara konsentrasi standar sebagai sumbu y dengan absorban standar sebagai sumbu x sehingga diperoleh
kurva standar mineral dengan persamaan garis linier y = ax+b dimana y: variable terikat ; a: kemiringan gradient ; x: variable bebas ; b: konstanta yang digunakan
untuk perhitungan konsentrasi larutan sampel. Konsentrasi larutan sampel dihitung dengan mengalikan a dengan absorbansi contoh.
bobot sampel kering gram bobot serat kasar gram
x 100
b Pengujian fosfor metode molibdat-vanadat Apriyantono et al. 1989
Sampel diperlakukan dengan asam nitrat untuk mengubah semua metafosfat dan pirofosfat menjadi ortofosfat. Kemudian sampel diperlakukan
dengan asam molibdat dan asam vanadat sehingga ortofosfat yang ada dalam sampel akan bereaksi dengan pereaksi-pereaksi tersebut dan membentuk
kompleks asam vanadimolibdifosfat yang berwarna kuning orange dan intensitas warnanya diukur dengan panjang gelombang 660 nm.
Sebanyak 20 g ammonium molibdat dilarutkan dalam 400 ml akuades hangat untuk pembuatan perekasi vanadat molibdat. Ammonium vanadat 1 gram
ditimbang untuk dilarutkan dalam 300 ml akuades dan didinginkan, secara perlahan-lahan ditambahkan 140 ml asam nitrat pekat, setelah tercampur
ditambahkan pereaksi larutan vanadat molibdat dan diencerkan sampai volume 1 l dengan akuades.
Pada pembuatan larutan standar, sebanyak 4,394 g KH
2
PO
4
dilarutkan dengan menggunakan akuades sampai 1000 ml untuk mendapatkan konsentrasi
fosfor 1000 ppm. Konsentrasi ini kemudian diencerkan dengan akuades untuk mendapatkan konsentrasi standar fosfor yaitu 0, 2, 3, 4, dan 5 ppm. Larutan
sampel hasil pengabuan basah diambil sebanyak 10 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. Sebanyak 25 ml pereaksi vanadat molibdat ditambahkan
ke dalam sampel tersebut, kemudian diencerkan dengan akuades sampai tanda tera. Selanjutnya didiamkan sampel selama 10 menit, dan diukur absorbansi
sampel pada panjang gelombang 660 nm dengan spektrofotometer merek spektronic 20 Milton Company.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik dan Morfologi Semanggi Air Marsilea crenata
Semanggi termasuk famili Marcileceae yang mempunyai karakteristik hidup di paya-paya atau di air yang dangkal, berakar dalam tanah, jarang
merupakan tumbuhan darat sejati, batangnya menyerupai rimpang yang merayap, daun mempunyai helaian dan daun muda menggulung Tjitrosoepomo 1987.
Semanggi merupakan kelompok paku air yang mudah ditemukan oleh masyarakat di dekat pematang sawah atau tepi saluran irigasi. Morfologi tumbuhan ini khas
karena bentuk daunnya yang menyerupai payung dan tersusun dari empat anak daun yang berhadapan dengan bentuk segitiga terbalik, tepi daun rata atau
bergelombang, permukaan daun dan tangkainya berbulu halus, berwarna hijau dan tumbuh memanjang. Daun dan tangkai semanggi biasa dijadikan makanan
tradisional yang dikenal sebagai pecel semanggi khas daerah Surabaya, Jawa Timur. Tabel 2 merupakan hasil pengukuran daun dan tangkai semanggi yang
meliputi panjang dan lebar daun, serta panjang dan tebal tangkai. Tabel 2. Hasil pengukuran morfologi semanggi air Marsilea crenata
Obyek Pengukuran Hasil Pengukuran
Sebaran mm
Nilai Tengah
mm Standar
Deviasi Rentang
Nilai mm
Panjang Daun 19,18
19 3,33
11-30 Lebar Daun
20,17 21
3,50 10-27
Panjang Tangkai 192,41
195 3,56
102-263 Tebal Tangkai Dekat Daun
0,69 0,7
0,9 0,5-0,95
Tebal Tangkai Tengah 0,87
0,9 0,11
0,55-1,1 Tebal Tangkai Bagian Ujung
0,78 0,75
0,11 0,55-1,1
Hasil pengukuran menunjukkan sebaran panjang daun semanggi sebesar 19,18 mm dengan standar deviasi 3,33. Daun semanggi memiliki kisaran panjang
11 sampai 30 mm. Sedangkan lebar daun semanggi memiliki sebaran 20,17 mm, dengan standar deviasi 3,50. Lebar daun semanggi berkisar antara 10 sampai 27
mm. Hasil pengukuran menunjukkan sebaran panjang tangkai daun semanggi terletak pada 192,41 mm dengan standar deviasi 3,56. Panjang tangkai daun
semanggi berkisar 102 sampai 263 mm. Sedangkan ketebalan tangkai yang dihitung pada tiga tempat berbeda memiliki sebaran 0,69 mm, 0,87 mm, dan