akar terdiri dari epidermis, sel interseluler, endodermis, floem dan xilem. Jaringan pengangkut tersusun atas floem yang mengelilingi xilem, dengan ukuran xilem
yang lebih besar. Komposisi proksimat dari daun dan tangkai semanggi meliputi kadar air,
abu, protein, lemak, dan serat. Kadar air, abu, protein, lemak, dan serat mengalami perubahan setelah mengalami proses pengukusan. Kadar air pada saat segar
sebesar 89,02 berubah menjadi 87,92. Kadar abu pada saat segar 24,59 berubah menjadi 4,39. Kadar protein pada saat segar sebesar 39,62 berubah
menjadi 26,74. Kadar lemak segar sebesar 2,45 berubah menjadi 2,48. Serat kasar pada saat segar sebesar 20,77 berubah menjadi 9,27.
Kandungan mineral pada daun dan tangkai semanggi mengalami perubahan setelah proses pengukusan. Kandungan fosfor pada daun dan tangkai
semanggi sebesar
142,8 mg100
g, kalsium
69,05 mg100
g, kalium 937,56 mg100 g, natrium 69,6 mg100 g, besi 108,3 mg100 g, tembaga
5,19 mg100 g, seng 7,58 mg100 g. Kandungan mineral pada tanaman semanggi seperti fosfor dan kalium cukup tinggi apabila dibandingkan dengan sayuran lain.
Bahkan mempunyai kandungan yang sangat tinggi pada mineral logam seperti besi, tembaga dan seng. Sedangkan kalsium dan natriumnya cenderung lebih
rendah daripada jenis sayuran lain.
5.2 Saran
Perlu adanya uji kelarutan dan bioavailabilitas kandungan gizi pada tanaman semanggi terutama kandungan mineralnya. Perlu adanya pengujian dan
perhatian terhadap lingkungan tempat tumbuh semanggi air terutama untuk keperluan konsumsi, perlakuan suhu dan lamanya pengukusan pada pengolahan
daun dan tangkai semanggi air serta penelitian pada komoditas tanaman air yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Afriastini JJ. 2003. Marsilea crenata C.Presl. Di dalam: de Winter WP, Amoroso VB, editor. Cryptograms: Ferns and fern allies. Bogor : LIPI
Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama : Gramedia.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 1995. Official Methods of Analysis of the Association of Official Analytical Chemist. Virginia USA:
Association of Official Analytical Chemist Inc. Arlington. [AOCS] American Oil Chemists Society. 2006. Official Methods of Analysis of
the American Oil Chemists Society. Urbana: American Oil Chemists Society.
Apriyantono A, Fardiaz D, Puspitasari NL, Sedarnawati, Budiyanto S. 1989. Analisis Pangan. Bogor: IPB Press.
Azizah et al. 2009. Effect of boiling and stir frying on total phenolics, carotenoids and radical scavenging activity of pumpkin Cucurbita moschato. J. Int
Food Resr. 16:45-51. Bastin S. 2000. Vegetable preparation for the family. J. Agricultural Departement
Kentucky State University. Bold HC, Alexopoulos C, Delevoras T. 1980. Morphology of Plants and Fungi.
New York: Harper and Row Publisher. Bourne GH. 1985. Mineral in Food and Nutritional Topics. Grenada: St. Georges
University School of Medicine. Brune W, Leman A dan Taubert H. 2007. Pflanzen-anatomisches Praktikum I.
Spektrum Akademischer Verlag. Champion PD, Clayton JS. 2001. Border control for potential aquatic weeds.
New Zealand : Departemen Conversation. Chapin S. 2008. The mineral nutrition on wild plant. Annual review journals of
ecology and systematic. 11:233-260. Departemen Biologi Universitas Indonesia. 2007. Panduan mata kuliah
keanekaragaman hayati. http:www.biologyuiblogspot.com Dierenfeld ES, McCann CM. 1999. Nutrient composition of selected plant species
consumed by semi free-ranging Lion-Tailed Macaques Macaca silenus and Ring-Tailed Lemurs Lemur catta on St. Catherines Island, Georgia.
U.S.A. Zoo Bio. 18:481 – 494.
Frohne S. 1985. Anatomisch-mikrochemische. Drogenanalyse. Georg Thieme Gaman PM, Sherrington KB. 1992. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan,
Nutrisi dan Mikrobiologi. Gardjito et al, penerjemah. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: The Science of food, an
introduction to food science, nutrition and microbiology. Second edition.
Gilbert FA. 1957. Mineral Nutrition and the Balance of Life. Oklahoma: University of Oklahoma Press.
Guthrie HA. 1975. Introductory Nutrition. The CV Mosby Company : Pennssylvania.
Harris RS, Karmas E. 1989. Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan Pangan. Suminar Achmadi, penerjemah. Bandung: Penerbit ITB Bandung.
Terjemahan dari: Nutritional evaluation of food processing. Holttum RE. 1930. Fern of Malaya. Singapura : Government Printing Office.
Huyghebaert A, Paquot M, Vansant G. 2003. Food nutrition evaluation. Brussel :
Institute of Public Health. Johansen 1940. Plant Microtechnique. New York: McGraw-Hill Book Company,
Inc. Johnson S, Uriu K. 1990. Mineral nutrion. J. Nutrition Plant 73:101-104.
Kiernan. 1988. Histological and Histochemical Methods. Kanada: Pergamon
Press. Kück U. dan Wolff G. 2009. Botanisches Grundpraktikum. Springer.
Lehninger AL. 1990. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit Erlangga. Luh BS, Woodroof JG. 1987. Commercial Vegetable Processing. New York :
Van Nostrand Reinhold. Mehdi SM, Abbas G, Sarfraz M, Abbas ST, Hassan G. 2003. Effect of industrial
effluents on mineral nutrition of rice ang soil health. Pakistan journal of applied sciences 6:462-473.
Morris A, Barnett A, Burrows OJ. 2004. Effect of processing on nutrient content of foods. J. Cajournal 373:160-164.
Muchtadi D. 2001. Pangan dan Gizi. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
Novary EW. 1999. Penanganan dan Pengolahan Sayuran Segar. Jakarta : Penebar Swadaya.
Reitz LL, Smith WH, Plumlee MP. 1987. A Simple Wet Oxidation Procedure for Biological Materials. West Lafayee: Animal Science Purdue University.
Rustiawan A, Ekayanti I, Riani T. 1993. Kandungan logam berat timah hitam pada sayuran di sekitar lokasi pembuanagn sampah akhir Cengkareng
Jakarta [Laporan Penelitian]. Bogor : Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB.
Sastrapradja S, Afriastini JJ. 1985. Kerabat Paku. Bogor: Lembaga Biologi Nasional LIPI.
Soelistijani DA. 2005. Sehat dengan Menu Berserat. Jakarta : Trubus Agriwidya. Suhardjo, Kusharto CM. 1988. Prinsip Prinsip Ilmu Gizi. Bogor: Pusat Antar
Universitas Institut Pertanian Bogor. Tjitrosoepomo G. 1987. Taksonomi Tumbuhan. Jogjakarta : Gajah Mada
University Press. Trigiano et al. 2005. Histological Techniques. Di dalam : Trigiano RN, Gray DJ,
editor. Plant Development and Biotechnology. London: CRC Press. Utama IMS, Nocianitri KA, Pudja IARP. 2007. Pengaruh suhu air dan lama waktu
perendaman beberapa jenis sayuran daun pada proses crisping. Journal Agritrop 263:117-123.
Widowati W, Sastiono A, Rumampuk RJ. 2008. Efek Toksik Logam. Jogjakarta: Andi
Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia. Wirakusumah ES. 2007. Kandungan Gizi Buah dan Sayuran. Jakarta: Penebar
Swadaya. Yunizal et al. 1998. Prosedur Analisa Kimia dan Produk Olahan Hasil
Perikanan. Jakarta : BRKP DKP RI.
Lampiran 1. Lembar identifikasi LIPI
Lampiran 2. Tempat tumbuh semanggi air di Surabaya
Daerah persawahan tempat tumbuhnya semanggi air Lampiran 3. Jaringan pada daun
Jaringan epidermis Jaringan palisade Jaringan pengangkut Lampiran 4. Jaringan pada tangkai
Jaringan epidermis Korteks
Ruang interselular
Jaringan pengangkut Trakea xilem Lampiran 5. Jaringan pada batang
Korteks Jaringan epidermis Jaringan pengangkut
Sentral Parenkim Lampiran 6. Jaringan pada akar
Jaringan epidermis Korteks
Jaringan pengangkut
Lampiran 7. Histogram sebaran ukuran panjang dan lebar tebal daun semanggi Histogram panjang daun
Histogram lebar daun Lampiran 8. Histogram sebaran panjang dan tebal tangkai semanggi
Histogram panjang tangkai Histogram tebal tangkai 1
Histogram tebal tangkai 2 Histogram tebal tangkai 3
30 25
20 15
10
Panjang daun mm
25 20
15 10
5
Ju m
lah
30 25
20 15
10
Lebar daun mm
20 15
10 5
Ju m
lah
300 250
200 150
100
Panjang tangkai mm
12 10
8 5
2
Ju m
lah
Lampiran 9. Contoh perhitungan mineral Kadar kalsium Ca setelah pengukusan
Absorbansi Ca Ppm Ca
0,1032 0,5
0,2056 1
0,4117 2
0,6122 3
0,8057 4
0,9588 5
Ulangan 1 Ulangan 2
Ppm solution 0,65425
0,6235 Ppm sample
651,3191 621,1397
Ca 0,065132
0,062114
Ulangan 1 Ppm solution = 5,125X
– 0,053 5,1250,138
–0,053 0,65425
= 651,3191
= 0,065132
y = 5.125x - 0.053 R² = 0.998
-1 1
2 3
4 5
6
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
Lampiran 10. Contoh alat yang dipergunakan dalam penelitian
Mikrotom Yamato Mikroskop Olympus CH20 Kamera Mikroskop Olympus
RV-240 DP12
Oven AAS NOVVA-300
Tanur
ANALISIS MIKROSKOPI DAN KANDUNGAN MINERAL SEMANGGI AIR
Marsilea crenata Presl. Marsileaceae
Oleh : MIFTAKHUL ARIFIN
C34054371
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN
MIFTAKHUL ARIFIN. C34054371. Analisis Mikroskopi dan Kandungan
Mineral Semanggi Air Marsilea crenata Presl. Marsileaceae. Dibimbing oleh AGOES M JACOEB
dan NURJANAH
Semanggi air merupakan tumbuhan air yang dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan pangan tradisional. Semanggi air adalah kelompok tumbuhan paku
air Hydropterides dari marga Marsilea yang mudah ditemukan di sekitar pematang sawah atau tepian saluran irigasi.
Semanggi air dikonsumsi masyarakat untuk mencukupi kebutuhan pangan. Bahan pangan sudah seharusnya
mengandung zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Salah satu zat gizi yang diduga banyak terkandung di dalam semanggi adalah mineral. Banyak masyarakat yang
belum mengetahui karakteristik dan anatomi tumbuhan semanggi sehingga perlu adanya analisis histologi pada tumbuhan tersebut. Pengetahuan tentang
kandungan gizi termasuk mineral yang ada pada tumbuhan semanggi air perlu diteliti dan disebarluaskan sehingga masyarakat dapat mengetahui dan
memanfaatkan dengan baik terutama untuk konsumsi.
Tujuan penelitian ini adalah menentukan anatomi, komposisi gizi, kandungan mineral sebagai salah satu elemen yang dibutuhkan tubuh serta
melihat pengaruh pengukusan terhadap komposisi gizi dan mineral pada tumbuhan semanggi air.
Morfologi semanggi air terdiri dari bagian daun, tangkai, batang, dan akar. Karakteristik histologis pada daun meliputi epidermis yang tersusun rapat, dengan
bentuk tidak beraturan, dimana stomata hanya terlihat di epidermis atas saja. Pada jaringan pengangkut, floem terletak mengelilingi xilem. Selain itu terdapat
palisade, bunga karang dan rongga-rongga. Bagian tangkai terdiri dari jaringan epidermis, aerenchym, ruang interseluler, korteks, endodermis dan jaringan
pengangkut. Terdapat banyak ruang interseluler pada tangkai yang menyebabkan tangkai dapat mengapung di air. Bagian batang terdiri dari epidermis, aerenchym,
korteks, endodermis, dan jaringan pengangkut. Bagian akar terdiri dari epidermis, sel interseluler, endodermis, floem dan xilem. Jaringan pengangkut tersusun atas
floem yang mengelilingi xilem, dengan ukuran xilem yang lebih besar.
Komposisi proksimat dari daun dan tangkai semanggi air meliputi kadar air, abu, protein, lemak, dan serat. Kadar air sebesar 89,02, kadar abu sebesar
24,59, kadar protein sebesar 39,62, dan kadar lemak sebesar 2,45, serat kasar sebesar 20,77, dimana komposisi tersebut mengalami perubahan setelah
dikukus. Daun dan tangkai semanggi air banyak mengandung mineral, diantaranya adalah fosfor sebesar 142,8 mg100 g, kalsium 69,05 mg100 g,
kalium 937,56 mg100 g, natrium 69,6 mg100 g, besi 108,3 mg100 g, tembaga 5,19 mg100 g, dan seng 7,58 mg100 g. Kandungan mineral pada tumbuhan
semanggi seperti fosfor dan kalium cukup tinggi apabila dibandingkan dengan sayuran lain. Bahkan mempunyai kandungan yang sangat tinggi pada mineral
logam seperti besi, tembaga dan seng. Sedangkan kalsium dan natriumnya cenderung lebih rendah daripada jenis sayuran lain. Kandungan mineral pada
daun dan tangkai semanggi air tersebut mengalami perubahan setelah proses pengukusan.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan tropis yang membentang mulai dari 6
o
LU sampai 10
o
LS dan dari 95
o
BT sampai 142
o
BT. Indonesia merupakan salah
satu anggota
Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa mengenai
keanekaragaman hayati dan merupakan salah satu dari tujuh negara yang mempunyai ”Mega Biodiversitas” Departemen Biologi Universitas Indonesia
2007. Selain itu, Indonesia adalah negara yang dua pertiga luas wilayahnya adalah perairan baik berupa perairan tawar maupun asin dengan potensi
sumberdaya alam yang sangat penting bagi kehidupan. Potensi tersebut perlu dikelola secara tepat agar dapat dimanfaatkan secara optimal dan lestari bagi
kesejahteraan rakyat. Salah satu keanekaragaman hayati perairan yang perlu dimanfaatkan
dengan baik adalah tumbuhan air yang melimpah di Indonesia. Tumbuhan air
sering dianggap sebagai gulma karena kurang adanya pemanfaatan, kecepatan berkembang biaknya yang tinggi serta mengganggu penyerapan zat hara tanaman
utama. Sebenarnya tumbuhan air memiliki potensi yang tinggi untuk dimanfaatkan baik sebagai bahan pangan, pakan, obat-obatan, atau bahan industri
lainnya. Seperti kangkung yang digunakan sebagai bahan pangan dan obat, eceng gondok yang sering digunakan sebagai pakan babi, kakarewoan sebagai pupuk
karena dapat mengikat zat nitrogen dan tumbuhan-tumbuhan lain yang dapat digunakan sebagai industri kerajinan tangan
. Beberapa jenis tumbuhan air sudah lama dikonsumsi masyarakat di berbagai daerah sebagai sayuran. Tumbuhan air
yang dapat dikategorikan sebagai sayuran tersebut secara turun temurun, dipercaya berkhasiat bagi tubuh manusia. Selain itu bahan makanan berupa
sayuran tumbuhan air tesebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi keluarga seperti vitamin dan mineral.
Semanggi air merupakan salah satu tumbuhan air yang dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan pangan tradisional. Semanggi air adalah kelompok
tumbuhan paku air Hydropterides dari marga Marsilea yang mudah ditemukan di sekitar pematang sawah atau tepian saluran irigasi. Secara morfologi bentuk
tumbuhan ini sangat khas, karena bentuk daunnya yang menyerupai payung yang tersusun dari empat kelopak anak daun yang berhadapan
.
Semanggi air dikonsumsi masyarakat untuk mencukupi kebutuhan pangan. Bahan pangan sudah
seharusnya mengandung zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Salah satu zat gizi yang diduga banyak terkandung di dalam semanggi adalah mineral.
Mineral merupakan sekelompok senyawa anorganik yang dibutuhkan tubuh. Jumlah minimal yang dibutuhkan manusia hanya sedikit dan umumnya
kurang dari setengah gram. Meskipun demikian, mineral memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh pada tingkat sel, jaringan, organ,
maupun fungsi tubuh secara keseluruhan Almatsier 2003. Mineral mempunyai peranan yang vital bagi tubuh manusia, misalnya mineral makro seperti kalsium
dan fosfor yang berfungsi dalam membantu mempertahankan tekanan osmotik dan menjaga keseimbangan asam basa serta mineral makro lain yang
keberadaannya penting bagi tubuh. Mineral mikro seperti seng memiliki peranan penting dalam sintesis protein dan pembelahan sel, besi berperan dalam
transportasi, oksigen ke jaringan hemoglobin dan dalam mekanisme oksidasi seluler Almatsier 2003.
Banyak masyarakat yang belum mengetahui karakteristik dan anatomi tumbuhan semanggi air, oleh karena itu perlu adanya analisis histologi pada
tumbuhan tersebut. Selain itu juga perlu adanya pengetahuan tentang kandungan gizi dan komposisi kimia termasuk mineral yang ada pada tumbuhan semanggi
tersebut sehingga masyarakat dapat mengetahui dan memanfaatkan dengan baik terutama untuk konsumsi.
1.2 Tujuan Penelitian
1. Menentukan anatomi semanggi air. 2. Menentukan komposisi proksimat dan kandungan mineral daun dan
tangkai semanggi air. 3. Menentukan pengaruh pengukusan terhadap komposisi proksimat dan
kandungan mineral daun dan tangkai semanggi air.