15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL ANALISIS PROKSIMAT BIJI JARAK PAGAR
Biji jarak pagar yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari laboratorium Biologi IPB Baranangsiang, yang bibitnya berasal dari provinsi
Nusa Tenggara Barat. Biji jarak pagar yang dipilih ialah biji jarak pagar dengan kualitas menengahgrade B. Biji jarak pagar sebelum diekstrak
minyaknya untuk kemudian dijadikan sabun mandi, terlebih dahulu dianalisis kandungan kimianya. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kandungan kimia biji jarak pagar
No. Jenis Zat
Jumlah rata-rata
1. Kadar Air bb
5,54 2.
Kadar Abu bb 0,36
3. Kadar Lemak bb
47,25 4.
Kadar Protein bb 24,60
5. Kadar Karbohidrat bb
12,13 6.
pH 7,4
Biji jarak pagar mempunyai khasiat yang baik untuk kesehatan kulit, sehingga akan bagus sekali jika minyaknya digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan sabun mandi. Pengkonversian dari biji jarak pagar menjadi sabun mandi tentunya akan meningkatkan nilai tambah dari tanaman jarak pagar itu
sendiri, karena selama ini tanaman tersebut masih jarang digunakan dan kebanyakan hanya sebatas sebagai tanaman pemagar suatu lahan.
Gambar 3. Biji Jarak Pagar Jatropha curcas seed
16
B. PROSES PEMBUATAN SABUN
Formula untuk membuat sabun di sini berdasarkan bilangan penyabunan yang dimiliki oleh minyak jarak pagar. Bilangan penyabunan
menyatakan jumlah alkali yang dibutuhkan untuk melakukan saponifikasi secara penuh. Pada proses ini tiap molekul minyak bereaksi dengan molekul
alkali, tidak menyisakan minyak atau alkali pada sabun akhir. Bilangan penyabunan biasa disajikan dalam satuan mg KOHg minyak, untuk
mengubahnya menjadi mg NaOHg minyak cukup dengan menggunakan aritmatika sederhana. Bilangan penyabunan minyak jarak pagar berkisar antara
192-195 mg KOHg minyak, setelah dikonversi maka menjadi 138-140 mg NaOHg minyak.
Sabun mandi yang dibuat dari minyak jarak memiliki asam lemak oleat C
18
H
34
O
2
yang dominan. Asam lemak ini mempunyai sifat melembabkan. Henning 2000 menjelaskan bahwa penambahan pati pada
pembuatan sabun jarak opaque akan menghasilkan tekstur sabun yang cukup keras. Tanpa pati, sabun akan terlalu lunak. Secara ekonomi akan menjadi
sangat menguntungkan untuk menambahkan pati dan air, karena akan lebih banyak sabun yang dapat dihasilkan dengan jumlah minyak dan NaOH yang
sama. Tepung tapioka yang digunakan dalam penelitian ini ialah tepung tapioka yang didapatkan dari pasar tradisional.
Biji jarak
pagar mula-mula
diekstrak minyaknya
dengan menggunakan mesin pengepres. Minyak hasil ekstrak kemudian disaring agar
terbebas dari kotoran dan partikel lain agar lebih bersih dan jernih. Tahap selanjutnya ialah membuat larutan NaOH 30 dan 35 . Hal ini perlu
dilakukan karena NaOH dalam bentuk cair akan lebih mudah bercampur dengan minyak bila dibandingkan dengan NaOH yang masih dalam bentuk
padatan. Minyak jarak pagar hasil ekstraksi mula-mula dipanaskan sambil
diaduk hingga mencapai suhu 70° C. Setelah itu ditambahkan larutan NaOH sambil terus diaduk hingga warna minyak berubah dari kuning keemasan
menjadi putih dan suhu akan menurun hingga 50° C. Setelah 15-20 menit yang
17 disertai dengan naiknya kembali ke suhu 70° C, sabun sudah mulai terbentuk
yang ditandai dengan mengentalnya campuran minyak-NaOH menjadi seperti pasta. Kondisi ini disebut trace.
Cavitch 1997 menjelaskan bahwa trace adalah kondisi dimana sabun cukup tebal dan siap dituang ke cetakan. Kebanyakan sabun yang dibuat
mencapai kondisi trace meninggalkan jejak yang jelas, tetesan-tetesan sabun dari pengaduk meninggalkan bekas tetesan di permukaan sabun sebelum
akhirnya tenggelam. Setelah trace tercapai maka dimasukkan tepung tapioka, kemudian
diaduk sebentar hingga adonan sabun menjadi merata dan cukup liat. Air dimasukkan terakhir untuk membantu mencairkan adonan yang liat tadi,
setelah beberapa saat angkat adonan dari pemanas dan juga pengaduk.Adonan kemudian dituang ke dalam cetakan yang telah dilapisi plastik. Sabun akan
mengeras setelah 2-3 hari dalam suhu ruang. Sabun yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5.
Gambar 4. Sabun Jarak Pagar dengan konsentrasi NaOH 30 dan konsentrasi tepung tapioka 0 102, 2,5 296, 5 364 dan
7, 631
18 Gambar 5. Sabun Jarak Pagar dengan konsentrasi NaOH 35 dan
konsentrasi tepung tapioka 0 183, 2,5 476, 5 478 dan 7, 703
Konsentrasi penambahan tepung tapioka dibedakan menjadi 0 , 2,5 , 5 , dan 7,5 dari keseluruhan bobot sabun. Khusus untuk membuat
sabun tanpa tepung tapioka tepung tapioka 0 , setelah kondisi trace tercapai maka adonan sabun dapat langsung dituang ke cetakan.
Cavitch 1997 menjelaskan bahwa dua komponen kimia paling penting dalam proses pembuatan sabun ialah panas dan kontakpengadukan.
Asam dan basa harus bercampur terlebih dahulu sebelum saling bereaksi, panas membantu pergerakan dan fluiditas, sementara pengadukan akan
memastikannya. Sabun siap untuk dituang ketika adonan mengental menjadi emulsi yang stabil. Kesalahan pengadukan yang seringkali ditemui ialah
pengadukan sabun yang kurang. Sabun yang dituang sebelum kondisi trace tercapai, atau karena pengadukannya terlalu lambattidak konsisten dapat
menghasilkan sisa NaOH di bentuk padatannya, rongga-rongga, atau pun sisa- sisa seperti tepung.
Sabun mandi yang dihasilkan disesuaikan dengan syarat mutu SNI 1994 yang mencakup sifat fisiko kimianya. Meskipun begitu untuk sifat-sifat
19 yang lain seperti daya membersihkan, kestabilan busa, kekerasan serta warna
belum memiliki standar. Syarat mutu merupakan syarat yang harus dipenuhi suatu produk, karena syarat mutu itu mengindikasikan bahwa produk tersebut
aman dan tidak membahayakan kesehatan penggunanya.
C. HASIL ANALISIS FISIKO KIMIA SABUN