22 mempengaruhi kadar air, karena dari Gambar 6. itu pula dapat dilihat
bahwa sabun yang dibuat dengan menggunakan konsentrasi NaOH 35 memiliki kadar air yang lebih rendah dari sabun yang menggunakan
konsentrasi NaOH 30 . Jadi, makin tinggi konsentrasi NaOH yang digunakan, maka makin dapat mengurangi kadar air sabun.
2. Jumlah Asam Lemak
Asam lemak akan menentukan karakteristik sabun yang dihasilkan. Asam lemak yang dominan pada minyak jarak pagar sebagai
bahan dasar pembuat sabun di sini ialah jenis asam lemak oleat C
18
H
34
O
2
yang memiliki sifat melembabkan. Jumlah asam lemak suatu sabun menyatakan persentase asam lemak yang terkandung di dalam
sabun itu. Semakin besar persentasenya maka karakteristik dari asam lemak dominannya akan semakin jelas.
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai asam lemak semua sabun berkisar antara 77,615 – 83,710 . Kisaran ini masuk dalam syarat
SNI, yakni minimal 70 . Data hasil analisis jumlah asam lemak dapat dilihat pada Gambar 7.
Keterangan : SNI mensyaratkan bahwa jumlah asam lemak minimal 70
Gambar 7. Histogram hubungan antara konsentrasi NaOH, tepung tapioka dan jumlah asam lemak
JUMLAH ASAM LEMAK
70 72
74 76
78 80
82 84
86
2,5 5
7,5
Konsentrasi Tepung Tapioka A
s a
m L
e m
a k
NaOH 30 NaOH 35
SNI
23 Hasil analisis keragaman yang ditunjukkan pada Lampiran 5
bagian b, dengan tingkat kepercayaan 95 =0,05 menunjukkan bahwa tepung tapioka tidak mempengaruhi secara nyata jumlah asam
lemak yang terkandung dalam sabun. Adapun faktor konsentrasi NaOH berpengaruh.
Hasil uji lanjut Duncan pada Lampiran 5 bagian c menunjukkan bahwa konsentrasi NaOH 30 dan 35 memberikan
pengaruh yang nyata pada jumlah asam lemak sabun. Hal ini menjelaskan bahwa meski dalam komposisi yang sama, sabun dengan konsentrasi
NaOH yang lebih tinggi yakni 35 lebih efektif proses saponifikasinya dibanding sabun konsentrasi NaOH 30 . Sehingga sabun yang dibuat
dengan konsentrasi NaOH 35 memiliki jumlah asam lemak yang lebih rendah dibanding sabun dengan konsentrasi NaOH 30 .
3. Kadar Fraksi Tak Tersabunkan
Ketaren 1986 menjelaskan bahwa senyawa-senyawa seperti kolesterol, fatty alcohol, sterol dan pigmen termasuk fraksi yang tidak
dapat tersabunkan karena senyawa-senyawa itu tidak bereaksi dengan NaOH sehingga dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut lemak.
Artinya, setelah sabun terbentuk senyawa-senyawa tersebut akan tetap pada bentuk asalnya dan total keseluruhan senyawa-senyawa tersebut
dapat dihitung kadarnya yang disebut sebagai kadar fraksi tak tersabunkan.
Cavitch 1997 menjelaskan bahwa penggunaan jumlah NaOH yang kurang dari bilangan penyabunan dan menyebabkan terjadinya
kelebihan kadar minyak akan menghasilkan batang sabun yang masih meninggalkan sisa sabun yang tidak tersabunkan, sehingga membuat
sabun tersebut lebih lembut dan lembab. Hasil analisis menunjukkan bahwa sabun yang dihasilkan
memiliki nilai kadar fraksi yang tak tersabunkan berkisar antara 7,385 – 7,710 . SNI mensyaratkan kadar fraksi yang tak tersabunkan maksimal
2,5 , namun semua nilai fraksi tak tersabunkan sabun mandi yang
24 dianalisis berada jauh di atas nilai yang disyaratkan SNI. Hal ini bisa
terjadi karena banyaknya senyawa fraksi tak tersabunkan yang terkandung dalam minyak jarak pagar. Tepung tapioka juga
mempengaruhi tingginya jumlah fraksi tak tersabunkan, karena tepung tapioka termasuk senyawa yang tidak bereaksi dengan NaOH. Data hasil
analisis kadar fraksi tak tersabunkan dapat dilihat pada Gambar 8.
Keterangan : SNI mensyaratkan bahwa kadar fraksi tak tersabunkan maksimal 2,5
Gambar 8. Histogram hubungan antara konsentrasi NaOH, tepung
tapioka dan kadar fraksi tak tersabunkan Pada Lampiran 6 bagian b tentang hasil analisis keragaman
dengan tingkat kepercayaan 95
✁
=0,05 ditunjukkan bahwa baik tepung tapioka maupun konsentrasi NaOH mempengaruhi secara nyata
kadar fraksi tak tersabunkan yang terkandung dalam sabun. Hasil uji lanjut Duncan pada Lampiran 6 bagian c menunjukkan bahwa tiap-tiap
konsentrasi tepung tapioka memberikan pengaruh yang berbeda. Begitu pula halnya dengan konsentrasi NaOH yang pada Lampiran 6 bagian d
menunjukkan adanya perbedaan yang nyata. Formulasi sabun untuk tepung tapioka dibedakan menjadi 0 ,
2,5 , 5 dan 7,5 yang dihitung berdasarkan persen keseluruhan sabun. Semakin tinggi persentase tepung tapioka pada suatu formula
KADAR FRAKSI TAK TERSABUNKAN
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
2,5 5
7,5
Konsentrasi Tepung Tapioka F
ra k
s i
T a
k T
e rs
a b
u n
k a
n
NaOH 30 NaOH 35
SNI
25 sabun, maka semakin berkurang persentase minyak jarak pagarnya. Pada
analisis ini kombinasi senyawa-senyawa tak tersabunkan yang terkandung dalam minyak dan tepung tapioka itulah yang membuat kadar
fraksi tak tersabunkan menjadi tinggi nilainya. Sabun yang memiliki konsentrasi tepung tapioka 0 , seluruh
senyawa fraksi tak tersabunkan berasal dari minyak jarak pagar. Sementara untuk sabun yang ada penambahan tepung tapioka, semakin
tinggi konsentrasi tepung tapioka yang digunakan pada suatu formula, maka tepung tapioka itulah yang kelak menaikkan kadar fraksi tak
tersabunkan.
4. Bahan Tak Larut dalam Alkohol