antioksidan yang terdapat dalam bahan pangan atau contoh ekstrak bahan alam Nurjanah 2009.
Metode radikal bebas stabil DPPH merupakan radikal sintetik yang larut dalam pelarut polar seperti metanol dan etanol. Pengukuran aktivitas antioksidan
dengan metode DPPH menggunakan prinsip spektrofotometri. Senyawa DPPH dalam metanol berwarna ungu tua terdeteksi pada panjang gelombang sinar
tampak sekitar 517 nm. Suatu senyawa dapat dikatakan memiliki aktivitas antioksidan apabila senyawa tersebut mampu mendonorkan atom hidrogennya
untuk berikatan dengan DPPH membentuk DPPH tereduksi, ditandai dengan semakin hilangnya warna ungu menjadi kuning pucat Molyneux 2004. Prinsip
penurunan nilai absorbansi digunakan untuk mengetahui kapasitas antioksidan suatu
senyawa. Berikut merupakan
struktur diphenylpycrilhydrazil
dan diphenylpycrilhydrazine pada Gambar 3.
Gamar 3 Struktur diphenylpycrilhydrazil dan diphenylpycrilhydrazine Molyneux 2004 menyatakan, hasil dari metode DPPH umumnya dibuat
dalam bentuk IC
50
inhibitory concentration 50, yang didefinisikan sebagai konsentrasi larutan substrat atau sampel yang akan menyebabkan tereduksi
aktivitas DPPH sebesar 50. Semakin besar aktivitas antioksidan maka nilai IC
50
akan semakin kecil. Suatu senyawa antioksidan dinyatakan baik jika nilai IC
50
-nya semakin kecil. Semakin kecil nilai IC
50
berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan. Secara spesifik suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat
kuat jika nilai IC
50
kurang dari 50 μ gmL, kuat untuk IC
50
antara 50-100 μ gmL, sedang jika IC
50
bernilai 100-150 μ gmL, dan lemah jika IC
50
bernilai 150-200 μ gmL.
2.9 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis merupakan kromatografi serapan dimana fase diam berupa zat padat yang disebut adsorben penyerap dan fase gerak berupa zat
cair yang disebut larutan pengembang. Campuran yang akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak. Setelah plat atau lapisan diletakkan dalam
bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok fase gerak, pemisahan terjadi selama perambatan kapiler pengembangan. Senyawa yang
tidak berwarna harus ditampakkan dideteksi. Pemisahan senyawa aktif ekstrak
bintang laut dapat menggunakan teknik kromatografi lapis tipis KLT. Teknik ini merupakan suatu cara pemisahan komponen senyawa kimia di antara dua fase,
yaitu fase gerak dan fase diam Kartasubrata 1987 dalam Hanani et al. 2005. Teknik tersebut hingga saat ini masih digunakan untuk mengidentifikasi
senyawa-senyawa kimia, karena murah, sederhana, serta dapat menganalisis beberapa komponen secara serempak. Teknik standar dalam melaksanakan
pemisahan dengan KLT diawali dengan pembuatan lapisan tipis adsorben pada permukaan plat kaca. Tebal lapisan bervariasi, bergantung pada analisis yang akan
dilakukan kualitatif atau kuantitatif. Pemisahan komponen kimia dari ekstrak kasar secara KLT bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen yang
terdapat dalam ekstrak tersebut Marliana et al. 2005. Percobaan dibuat dengan berbagai eluen untuk menghasilkan pemisahan senyawa fraksi yang terbaik.
3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Juli 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Perairan Lampung Selatan, analisis aktivitas
antioksidan dilakukan di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku, analisis fitokimia di Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perairan, dan Laboratorium
Biokimia Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan; Laboratorium Kimia Analitik, Departemen Kimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam; dan Laboratorium Biologi- Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan untuk penelitian ini adalah bintang laut Culcita sp. Bahan-bahan yang diperlukan dalam proses ekstraksi dan evaporasi
sampel meliputi pelarut heksana p.a, etil asetat p.a dan metanol p.a. Bahan- bahan yang dibutuhkan untuk uji aktivitas antioksidan, yaitu ekstrak kasar bintang
laut dari 3 jenis pelarut, kristal diphenylpicrylhydrazyl DPPH, metanol p.a, BHT butil hidroksi toluen sebagai kontrol positif, α-tokoferol, β-karoten, asam
askorbat sebagai antioksidan pembanding. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk uji fitokimia meliputi pereaksi Wagner uji alkaloid, pereaksi Meyer uji
alkaloid, pereaksi Dragendorff uji alkaloid, kloroform, anhidra asetat, asam sulfat pekat uji steroid, serbuk magnesium, amil alkohol uji flavonoid, air
panas, larutan HCl 2 N uji saponin, etanol 70, larutan FeCl
3
5 uji fenol hidrokuinon, dan larutan ninhidrin 0,10 uji ninhidrin. Bahan-bahan yang
dibutuhkan untuk pengujian kromatografi lapis tipis meliputi pelarut etil asetat dan kloroform.
Alat-alat yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi pisau, sudip, cawan porselen, timbangan digital, aluminium foil, oven, kompor listrik, kertas
saring Whatman 42, bulb, kapas, pipet volumetrik, pipet mikro, labu Erlenmeyer 250 ml dan 500 ml, gelas ukur, blender, orbital shaker WiseShike SHO-1D, rotary
vacuum evaporator Heidolph VV2000, corong kaca, botol gelas, gelas piala,