Standar BHT 8 ppm sebanyak 50 mL Larutan ekstrak 1000 ppm sebanyak 50 mL

15 mL BHT 8 ppm ditambah metanol p.a. hingga 20 mL. ● BHT 8 ppm = V1 x M1 = V2 x M2 = 20 ml x 8 ppm = V2 x 8 ppm 20 mL BHT 8 ppm ditambah metanol p.a. hingga 20 mL.

c. Larutan ekstrak 1000 ppm sebanyak 50 mL

Stok ekstrak 1000 ppm = 50 mg = 0,05 g Ekstrak sebanyak 0,05 g dilarutkan dalam metanol p.a. hingga 50 mL. ● Ekstrak 200 ppm = V1 x M1 = V2 x M2 = 20 ml x 200 ppm = V2 x 1000 ppm = 4 mL ekstrak 1000 ppm ditambah metanol p.a. hingga 20 mL. ● Ekstrak 400 ppm = V1 x M1 = V2 x M2 = 20 ml x 400 ppm = V2 x 1000 ppm = 8 mL ekstrak 1000 ppm ditambah metanol p.a. hingga 20 mL. ● Ekstrak 600 ppm = V1 x M1 = V2 x M2 = 20 ml x 600 ppm = V2 x 1000 ppm = 12 mL ekstrak 1000 ppm ditambah metanol p.a. hingga 20 mL. ● Ekstrak 800 ppm = V1 x M1 = V2 x M2 = 20 ml x 800 ppm = V2 x 1000 ppm = 16 mL ekstrak 1000 ppm ditambah metanol p.a. hingga 20 mL. Lampiran 5 Perhitungan persen inhibisi dan IC 50 a. Persen inhibisi dan IC 50 pada BHT, asam askorbat, α-tokoferol, dan β- karoten Sampel Konsentrasi Absorbansi Inhibisi Persamaan Regresi Linear IC 50 ppm ppm Blanko 0,942 BHT 2 0,709 24,734 y = 8,837x + 0,530 5,59 4 0,683 27,494 6 0,464 50,743 8 0,227 75,902 Asam Askorbat 2 0,704 25,265 y = 12,16x + 3,556 49,71 4 0,462 50,955 6 0,124 86,836 8 0,053 94,373 Alfa- tokoferol 2 14,225 0,808 y = 5,493x + 2,441 49,55 4 22,399 0,731 6 37,048 0,593 8 45,966 0,509 Beta- Karoten 2 6,051 0,885 y = 1,077x + 3,821 46,45 4 7,431 0,872 6 11,464 0,834 8 11,889 0,830 b. Persen inhibisi dan IC 50 pada masing-masing ekstrak kasar bintang laut Sampel Konsentrasi Absorbansi Inhibisi Persamaan Regresi Linear IC 50 ppm ppm Blanko 0,942 Heksan 200 0,769 18,365 y = 0,011x + 0,996 3074 400 0,753 20,063 600 0,733 22,186 800 0,712 24,416 Etil Asetat 200 0,763 19,002 y = 0,062x + 8,455 670 400 0,654 30,605 600 0,550 41,613 800 0,455 51,698 Sampel Konsentrasi Absorbansi Inhibisi Persamaan Regresi Linear IC 50 ppm ppm Blanko 0,942 Metanol Bertingkat 200 0,755 19,851 y = 0,031x + 15,28 1120 400 0,696 26,114 600 0,613 34,925 800 0,610 35,244 Metanol Tunggal 200 0,721 23,46 y = 0,057x + 13,48 641 400 0,635 32,59 600 0,511 45,753 800 0,447 52,547 Lampiran 6 Perubahan warna yang mengindikasikan reaksi peredaman DPPH Ekstrak heksana + DPPH 1 mM Ekstrak etil asetat + DPPH 1 mM Ekstrak metanol bertingkat+DPPH 1mM Ekstrak metanol tunggal+DPPH 1mM Lampiran 7 Gambar-gambar selama proses ekstraksi Proses pengadukan dengan orbital shaker Proses filtrasi hasil maserasi Hasil maserasi 24 jam dengan beberapa kali penyaringan Proses rotary vacuum evaporator Hasil evaporasi berupa ekstrak kasar 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber polusi dapat berasal dari mana saja antara lain asap motor dan mobil, industri, asap rokok, mesin fotokopi, pendingin ruangan, maupun kebakaran hutan. Tanpa disadari dalam tubuh kita secara terus-menerus terbentuk radikal bebas melalui peristiwa metabolisme sel normal, peradangan, kekurangan gizi dan akibat respon terhadap pengaruh dari luar tubuh. Reaksi oksidasi dari radikal bebas bisa mencetuskan terbentuknya radikal bebas yang sangat aktif, yang dapat merusak struktur serta fungsi sel didalam tubuh kita. Reaktivitas radikal bebas itu dapat dihambat oleh sistem antioksidan yang melengkapi sistem kekebalan tubuh. Antioksidan merupakan sebuah substansi yang dapat melindungi sel tubuh dari radikal bebas dengan cara memperlambat atau mencegah substansi lain yang teroksidasi oleh radikal bebas. Reaksi oksidasi dapat membentuk radikal bebas dan merusak sel. Senyawa radikal bebas juga dapat terbentuk dari dalam tubuh melalui proses oksidasi yang berlangsung pada waktu bernapas, olah raga yang berlebihan maupun peradangan. Radikal bebas yang terbentuk di dalam tubuh akan merusak beberapa target antara lain lemak, protein, karbohidrat, dan DNA Molyneux 2004. Pemanfaatan sumberdaya biota laut selain sebagai sumber pangan, juga berpotensi sebagai sumber senyawa bioaktif yang lebih bernilai ekonomis Hafiluddin 2011. Biota laut dapat berpotensi sebagai sumber antioksidan. Bintang laut Culcita sp. merupakan salah satu jenis echinodermata yang belum banyak dimanfaatkan dan sebagian besar masyarakat belum mengetahui akan keberadaan dan potensi yang dimiliki bintang laut tersebut. Tang et al. 2005 dan Guo et al. 2009 menyatakan bahwa streroidal glikosid atau sulfat steroidal oliglikosid asterosaponin merupakan hasil metabolisme utama dari bintang laut dan umumnya mengandung racun. Bintang laut memiliki komponen aktif yang dibagi menjadi tiga kelompok utama berdasarkan strukturnya yaitu asterosaponin, siklis steroidal glikosid dan glikosid dari steroid polyhydroxylated. Guo et al. 2009 menyatakan asterosaponin memiliki potensi aktivitas biologis yang berguna sebagai antikanker, antibakteri, antiviral, dan antifungi. Penelitian tentang senyawa bioaktif dari bintang laut masih terbatas pada penemuan senyawa yang belum diketahui aktivitasnya. Hal tersebut yang mendasari penelitian ini untuk menentukan potensi antioksidan dan komponen bioaktif yang terdapat dalam bintang laut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya informasi mengenai kandungan senyawa antioksidan dan komponen bioaktif bintang laut yang dapat bermanfaat untuk bidang pangan, farmasi, maupun industri lainnya.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komponen bioaktif dan aktivitas antioksidan dari bintang laut Culcita sp. yang diambil dari Perairan Lampung Selatan. Tujuan khusus yang ingin dicapai antara lain: 1 Menentukan aktivitas antioksidan ekstrak bintang laut 2 Menentukan komponen aktif alkaloid, steroid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, serta asam amino yang terkandung dalam bintang laut melalui uji fitokimia 3 Menentukan fraksi aktif dari ekstrak bintang laut yang memiliki aktivitas antioksidan.