Kesimpulan Saran Aktivitas Antioksidan dan Komponen Bioaktif Bintang Laut Culcita sp.

5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Bintang laut Culcita sp. yang berasal dari perairan Lampung Selatan memiliki rendemen yang diekstraksi secara bertingkat dengan ekstrak heksana sebesar 2,06, etil asetat sebesar 0,19, metanol sebesar 8,38, sedangkan rendemen ekstraksi secara tunggal dengan metanol sebesar 6,55. Rendemen terbesar dari ekstrak metanol yang diekstraksi secara bertingkat, namun ekstrak yang menunjukkan aktivitas antioksidan terbaik dari ekstrak etil asetat. Ekstrak kasar bintang laut memiliki aktivitas antioksidan yang sangat lemah jika dibandingkan dengan aktivitas antioksidan BHT, asam askorbat, α-tokoferol, dan β-karoten. Ekstrak kasar bintang laut ini mengandung 4 komponen bioaktif yang terdeteksi melalui uji fitokimia, yaitu alkaloid, steroid, flavonoid, dan asam amino. Aktivitas antioksidan IC 50 tertinggi pada ekstrak kasar bintang laut yang diekstraksi dengan etil asetat sebesar 670 ppm. Fraksinasi menggunakan KLT dan pengamatan dengan sinar UV 254 nm menghasilkan 9 fraksi. Eluen terbaik yang digunakan yaitu etil asetat:kloroform:asam format 9:1:0,05.

5.2 Saran

Saran dari hasil penelitian ini adalah perlunya dilakukan fraksinasi dan pemurnian lebih lanjut untuk memperoleh senyawa yang lebih tinggi aktivitas antioksidannya. DAFTAR PUSTAKA Amarowicz R. 2009. Squalene: a natural antioxidant. European Journal Lipid Science Technology 111:411–412. Andayani R, Yovita L, Maimunah. 2008. Penentuan aktivitas antioksidan, kadar fenolat total dan likopen pada buah Tomat Solanum lycopersicum l. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi 131:31-37. Andriyanti R. 2009. Ekstraksi senyawa aktif antoksidan dari lintah laut Discodoris sp. asal perairan Kepulauan Belitung [Skripsi]. Bogor: Teknologi Hasil Perairan, Institut Pertanian Bogor. Apriandi A. 2011. Aktivitas antioksidan dan komponen bioaktif keong ipong-ipong Fasciolaria salmo [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Aziz A, Al-Hakim I. 2007. Fauna echinodermata perairan terumbu karang sekitar Bakauheni. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 332:187-198. Buck DF. 1991. Antioxidants. Didalam: J. Smith, editor. Food Additive User’s Handbook. UK: Blackie Academic Profesional, Glasgow. Chludil H, Maier MS, Seldes AM. 2000. BIoaktive steroidal glycosides from starfish Anasterias minuta. Molecules 5:352-353. Conforti F, Statti G, Loizzo MR, Sacchetti G, Poli F, Menichini F. 2005. In vitro antioxidant effect and inhibition of a-amylase of two varieties of Amaranthus caudatus seeds. Biological Pharmacology Bulletin 286:98- 102. Darusman LK, Sajuthi D, Sutriah K, Pamungkas D. 1995. Ekstraksi komponen bioaktif sebagai bahan obat dari karang-karangan, bunga karang dan ganggang laut di perairan Pulau Pari Kepulauan Seribu. Prosiding Jurnal Penelitian MIPA. Gavin NM, Durako MJ. 2012. Localization and antioxidant capacity of flavonoid to experimental light and salinity variation. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology 416-417:32-40. Guo C, Tang X, Yang Y. 2009. Studies on the expectorant, antitussive and antiasthmatic properties of asterosaponin extracted from Liquida quinaria. African Journal of Biotechnology 823:6694-6696. Hafiluddin. 2011. Ekstraksi dan identifikasi senyawa bioaktif lintah laut Discodoris sp. sebagai antioksidan [Tesis]. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Hanani E, Mun’im A, Sekarini R. 2005. Identifikasi senyawa antioksidan dalam Spons Callyspongia sp. dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian 23:127–133. Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Edisi kedua. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah. Bandung: ITB. Terjemahan dari: Phytochemical Methods. Hariyatmi. 2003. Efek suplemen antioksidan vitamen E pada kadar lemak peroksida darah tikus putih Rattus norvegicus. MIPA 221:1-11 ________. 2004. Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usia. MIPA 141:52-60. Heras D, Hortelano S. 2009. Molecular basic of the anti-inflammatory effect of terpenoids. Inflammation and Allerg-Drug Targets 8:28-39. Herawati, Akhlus S. 2006. Kinerja BHT sebagai antioksidan minyak sawit pada perlindungan terhadap oksidasi oksigen singlet. Akta Kimindo 21:1-8. Hernani, Rahardjo M. 2006. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta: Penebar Swadaya. Huang ZR, Lin YK, Fang YJ. 2009. Biological and pharmacological activities of squalene and related compounds: Potential uses in cosmetic dermatology. Molecules 14:540–554. Hutahuruk EL. 2009. Studi keanekaragaman echinodermata di kawasan perairan Pulau Rubiah, Nanggroe Aceh Darussalam [skripsi]. Medan: Biologi, Universitas Sumatera Utara. James DB. 1989. Marine living resources of the union territory of lakshadweepan - indicative survey with suggestions for development. Central Marine Fisheries Research Institute Bulletin 43:97-144. Jati SH. 2008. Efek antioksidan ekstrak etanol 70 daun salam Syzygium polyanthum [Wight.] Walp. pada hati tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi karbon Tetraklorida CCl 4 [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kartawiguna E. 1998. Vitamin yang dapat berfungsi sebagai antioksidan. Majalah Ilmu Fakultas Kedokteran USAKTI 171:16-26. Khopkar SM. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press. Kumar D, Rawat DS. 2011. Marine natural alkaloid as anticancer. Opportunity, Challenge and Scope of Natural Products in Medical Chemistrtry 2:213- 268. Kumalaningsih S. 2006. Antioksidan Alami. Surabaya: Trubus Agrisarana. Kusumaningtyas E, Astutui E, Darmono. 2008. Sensitivitas metode bioautografi kontak dan Agar Overlay dalam penentuan senyawa antikapang. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 62:75-79. Lariman. 2011. Keanekaragaman fylum echinodermata di pulau beras basah kota Bontang Kalimantan Timur. Mulawarman Scientifie 102:207-218. Maier MS, Centurion R, Muniain C, Haddad R, Eberlin MN. 2007. Identifikation of sulfated steroidal glycoside from starfish Heliaster helianthus by electrospray ionization mass spectrometry. Arkivoc 7:301-309. Marliana E. 2007. Analisis senyawa metabolit sekunder dari batang Spatholobus ferrugineus Zoll Mortizi benth yang berfungsi sebagai antioksidan. Jurnal Penelitian MIPA 11:23-29. Marliana SD, Suryanti V, Suyono. 2005. Skrining fitokimia dan analisis kromatografi lapis tipis komponen kimia buah labu siam Sechium edule Jacq.Swartz. dalam ekstrak etanol. Biofarmasi 31:26-31. Molyneux P. 2004. The use of the stable free radicals diphenylpicrylhydrazyl DPPH for estimating antioxidant activity. Songklanakarin Journal Science Technology 262:211-219. Nurjanah. 2009. Karakterisasi lintah laut Discodoris sp. dari perairan pantai Pulau Buton sebagai antioksidan dan antikolesterol [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Pratt DE. 1992. Natural Antioxidants From Plant Material. Di dalam : M.T. Huang, C.T. Ho, dan C.Y. Lee, editor. Phenolic Compounds in Food and Their Effects on Health H. Washington DC: American Society. Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi keenam. Padmawinata K, penerjemah. Bandung: ITB. Terjemahan dari: The Organic Constituents of Higher Plants. Safitri D. 2010. Aktivitas antioksidan dan komponen bioaktif lili laut Comaster sp. [skripsi]. Bogor: Teknologi Hasil Perairan, Institut Pertanian Bogor. Salamah E, Ayuningrat E, Purwaningsih S. 2008. Penapisan awal komponen bioaktif dari kijing Taiwan Anadonta woodiana Lea. sebagai senyawa antioksidan. Buletin Teknologi Hasil Perikanan 112:119-132. Samuel P, Prince L, Prabakaran P. 2011. Ocean:the inviolated source of pharmaceutical leads and drug metabolites. World Jurnal of Science and Technology 110:74-91. Santalova EA, Makarieva TN, Gorshkova IA, Dmitrenok AS, Krasokhin VB, Stonik VA. 2004. Sterol from six marine sponges. Biochemical Systematics and Ecology 32:153-167. Santoso J, Aryudhani N, Sugeng HS. 2009. Kandungan senyawa fenol rumput laut hijau Caulerpa racemosa dan aktivitas antioksidannya. Jurnal Kelautan Nasional 2:109-118. Sirait M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: Penerbit ITB. Tang HF, Yi HY, Li L, Sun Peng, Zhou DZ, Liu BS. 2005. Three new asterosaponins from the starfish Culcita novaeguinae and their bioactivity. Planta Medium 71:458-463. Trilaksani W. 2003. Antioksidan: jenis, sumber, mekanisme kerja, dan peran terhadap kesehatan [makalah]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Wang W, Famei L, Jongki H, Chong-Ok L, Hee YC, Kwang SI, and Jee HJ. 2003. Four new saponins from the starfish Certonardoa semiregularis. Chemical Pharmacology Bulletin 514:435-439. Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor: M-Brio Press. Winarsi H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Witjaksono HT. 2005. Komposisi kimia ekstrak dan minyak dari lintah laut Discodoris boholensis [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Wiyanto DB. 2010. Uji aktivitas antibakteri ekstrak rumput laut Kappaphycus alvarezii dan Euhema denticullatum terhadap bakteri Aeromonas hydrophila dan Vibrio harveyii. Jurnal Kelautan 31:1-17. Lampiran 1 Bentuk bintang laut Culcita sp. yang utuh dan bintang laut Culcita sp. berupa tepung. Lampiran 2 Perhitungan rendemen bintang laut Culcita sp. Berat awal bintang laut: 697,7 gram Berat setelah menjadi tepung: 213,5 gram Lampiran 3 Data ekstrak kasar bintang laut Culcita sp. Jenis pelarut Berat sampel Berat sampel Hasil persentasi sebelum diekstraksi gram setelah diekstraksi gram rendemen Heksana 50 1,03 2,06 Etil Asetat 50 0,09 0,19 Metanol Bertingkat 50 4,19 8,38 Metanol Tunggal 10 0,65 6,55 a ekstrak n-heksan b ekstrak etil asetat c ekstrak metanol bertingkat d ekstrak metanol tunggal Lampiran 4 Perhitungan pembuatan larutan stock dan pengencerannya a. DPPH 0,001 M sebanyak 20 mL Mr = 394 gmol DPPH sebanyak 0,0097 g dilarutkan dalam metanol p.a. hingga 20 mL.

b. Standar BHT 8 ppm sebanyak 50 mL

Stok BHT 8 ppm = 0,4 mg = 0,0004 g BHT sebanyak 0,0008 g dilarutkan dalam metanol p.a. hingga 50 mL. ● BHT 2 ppm = V1 x M1 = V2 x M2 = 20 ml x 2 ppm = V2 x 8 ppm 5 mL BHT 8 ppm ditambah metanol p.a. hingga 20 mL. ● BHT 4 ppm = V1 x M1 = V2 x M2 = 20 ml x 4 ppm = V2 x 8 ppm 10 mL BHT 8 ppm ditambah metanol p.a. hingga 20 mL. ● BHT 6 ppm = V1 x M1 = V2 x M2 = 20 ml x 6 ppm = V2 x 8 ppm 15 mL BHT 8 ppm ditambah metanol p.a. hingga 20 mL. ● BHT 8 ppm = V1 x M1 = V2 x M2 = 20 ml x 8 ppm = V2 x 8 ppm 20 mL BHT 8 ppm ditambah metanol p.a. hingga 20 mL.

c. Larutan ekstrak 1000 ppm sebanyak 50 mL

Stok ekstrak 1000 ppm = 50 mg = 0,05 g Ekstrak sebanyak 0,05 g dilarutkan dalam metanol p.a. hingga 50 mL. ● Ekstrak 200 ppm = V1 x M1 = V2 x M2 = 20 ml x 200 ppm = V2 x 1000 ppm = 4 mL ekstrak 1000 ppm ditambah metanol p.a. hingga 20 mL. ● Ekstrak 400 ppm = V1 x M1 = V2 x M2 = 20 ml x 400 ppm = V2 x 1000 ppm = 8 mL ekstrak 1000 ppm ditambah metanol p.a. hingga 20 mL. ● Ekstrak 600 ppm = V1 x M1 = V2 x M2 = 20 ml x 600 ppm = V2 x 1000 ppm = 12 mL ekstrak 1000 ppm ditambah metanol p.a. hingga 20 mL. ● Ekstrak 800 ppm = V1 x M1 = V2 x M2 = 20 ml x 800 ppm = V2 x 1000 ppm = 16 mL ekstrak 1000 ppm ditambah metanol p.a. hingga 20 mL.