Rendemen Ekstrak Bintang Laut Culcita sp.

kemudian mengekresikan getah pencernaan dan mencerna bivalvia di dalam cangkangnya Aziz dan Al-Hakim 2007. Tubuh bintang laut memiliki duri tumpul dan pendek. Duri tersebut ada yang termodifikasi menjadi bentuk seperti catut yang disebut pediselaria. Fungsi pediselaria adalah untuk menangkap makanan serta melindungi permukaan tubuh dari kotoran. Bagian tubuh dengan mulut disebut bagian oral, sedangkan bagian tubuh dengan lubang anus disebut aboral. Hewan ini memiliki kaki ambulakral selain untuk bergerak juga merupakan alat pengisap sehingga dapat melekat kuat pada suatu dasar. Bintang laut bersifat dioecius dengan fertilisasi eksternal.

4.2 Rendemen Ekstrak Bintang Laut Culcita sp.

Proses ekstraksi bertujuan untuk mendapatkan bagian-bagian tertentu dari suatu bahan yang mengandung komponen-komponen aktif. Proses ekstraksi pada penelitian ini meliputi proses pengeringan sampel menggunakan freeze drying, penghancuran sampel sampai menjadi bubuk menggunakan hammer mills, maserasi dengan berbagai jenis pelarut non polar-semi polar-polar, penyaringan, dan evaporasi menggunakan vacuum rotary evaporator. Sampel yang digunakan merupakan seluruh bagian dari bintang laut. Proses ekstraksi yang dilakukan adalahekstraksi bertingkat dan ekstraksi tunggal dengan menggunakan pelarut heksana non polar, etil asetat semi polar, dan metanol polar. Kesempurnaan esktraksi bertingkat tergantung pada jenis ekstraksi yang dilakukan, terutama apabila ekstraksi dilakukan secara berulang dengan jumlah pelarut sedikit demi sedikit. Ekstraksi dengan pelarut heksana dilakukan pada awal proses dengan tujuan memisahkan lipid dari bahan sehingga tidak menghalangi keluarnya senyawa bioaktif pada ekstraksi dengan pelarut-pelarut berikutnya. Proses ekstraksi selanjutnya digunakan pelarut etil asetat untuk mengekstrak senyawa semi polar dan terakhir pelarut metanol untuk mengekstrak senyawa polar. Proses maserasi dilakukan selama 24 jam dengan cara merendam sampel dalam pelarut dengan perbandingan 1:3 bv. Pengadukan dilakukan sebanyak beberapa kali untuk meningkatkan tumbukan antara partikel bahan yang diekstraksi dengan pelarut sehingga komponen aktif yang keluar dari jaringan dan larut dalam pelarut juga semakin meningkat. Tahap selanjutnya adalah tahap pemisahan yang terdiri dari penyaringan dan evaporasi. Penyaringan dengan kertas saring Whatman 42 dilakukan untuk memisahkan ampas bintang laut dengan filtrat yang mengandung senyawa aktif. Tahap evaporasi dilakukan dalam penguap putar yang hampa rotary vacuum evaporator pada suhu tidak terlalu tinggi 30-50 o C untuk mencegah terjadi kerusakan pada komponen aktif. Nilai rata-rata rendemen ekstrak dari masing-masing pelarut dapat dilihat pada diagram batang Gambar 8. Proses perhitungan rendemen ekstrak dari masing-masing pelarut dapat dilihat pada Lampiran 1. Gambar 8 Nilai rata-rata rendemen ekstrak bintang laut Culcita sp. Rendemen merupakan perbandingan berat ekstrak yang diperoleh dengan bobot awal sampel yang digunakan. Rendemen menggambarkan efektivitas pelarut tertentu terhadap bahan dalam suatu sistem tetapi tidak menunjukkan tingkat aktivitas esktrak tersebut. Komponen yang terbawa pada proses ekstraksi adalah komponen yang memiliki polaritas yang sesuai dengan pelarutnya. Jenis pelarut yang digunakan mempengaruhi jumlah rendemen yang dihasilkan. Semakin kecil ukuran partikel maka semakin luas terjadinya kontak dengan pelarut Hafiluddin 2011. Rendemen yang paling banyak dihasilkan yaitu ekstraksi bertingkat dan ekstraksi tunggal dengan pelarut metanol. Metanol bertingkat menghasilkan 8,38 dari 50 g sampel bintang laut dan metanol tunggal menghasilkan 6,55 dari 10 g sampel bintang laut. Hasil rendemen yang paling sedikit dihasilkan dari pelarut heksana sebesar 2,06 dari 50 g sampel dan etil asetat sebesar 0,19 dari 50 g sampel bintang laut. Hasil ekstrak yang diperoleh akan sangat bergantung pada beberapa faktor, yaitu kondisi alamiah senyawa tersebut, metode ekstraksi yang digunakan, ukuran partikel sampel, kondisi dan waktu penyimpanan, lama waktu ekstraksi, serta perbandingan jumlah pelarut terhadap jumlah sampel Harborne 1987; Darusman et al. 1995. Kandungan bahan dan senyawa kimia akan mudah larut pada pelarut yang relatif sama kepolarannya. Pelarut yang bersifat polar, mampu mengekstrak senyawa alkaloid kuartener, komponen fenolik, karotenoid, tannin, gula, asam amino, dan glikosida Harborne 1987. Jenis dan mutu dari pelarut yang digunakan menentukan proses saat ekstraksi. Pelarut yang digunakan harus dapat melarutkan zat yang diinginkannya, mempunyai titik didih yang rendah, murah, tidak toksik, dan mudah terbakar Ketaren 1986 dalam Andriyanti 2009. Selain itu juga, proses ekstraksi tergantung pada banyaknya ekstraksi yang dilakukan. Hasil yang baik diperoleh jika ekstraksi dilakukan secara berulang-ulang dengan jumlah pelarut yang sedikit-sedikit Khopkar 2003. Berdasarkan hasil penelitian Salamah et al. 2008 menunjukkan bahwa maserasi dengan jenis pelarut yang berbeda akan menghasilkan rendemen ekstrak yang berbeda pula. Penelitian ini menghasilkan kadar komponen aktif yang bersifat polar, semipolar, dan nonpolar terdapat dalam jumlah yang berbeda-beda. Hal ini karena pelarut yang berbeda akan melarutkan senyawa-senyawa yang berbeda tergantung pada tingkat kepolaran dan tingkat ketersediaannya dalam bahan yang diekstrak. Proses evaporasi dari filtrat bintang laut dengan ketiga jenis pelarut menghasilkan ekstrak kasar dengan karakteristik yang berbeda-beda. Hasil ekstrak kasar bintang laut dengan berbagai jenis pelarut dapat dilihat pada Gambar 9. Ekstrak heksana berwarna oranye tua dan kering, ekstrak etil asetat memiliki warna oranye yang lebih muda dan kering, sedangkan ekstrak metanol bertingkat dan tunggal memiliki warna oranye yang pekat dan sedikit basah. Ekstrak metanol bertingkat maupun tunggal berbentuk pasta yang kental dan lebih banyak dibanding dengan ekstrak heksana dan etil asetat. Tingginya rendemen pada pelarut polar juga dilaporkan oleh Nurjanah 2009, rendemen lintah laut tertinggi diperoleh dari ekstrak metanol sebesar 4,51, sedangkan Safitri 2010 juga melaporkan rendemen lili laut dengan pelarut etanol sebesar 1,40. a b c d Gambar 9 Ekstrak kasar bintang laut Culcita sp., a heksana, b etil asetat, c metanol bertingkat, dan d metanol tunggal Gambar 8 menunjukkan bahwa untuk ekstrak kasar bintang laut dengan pelarut metanol secara bertingkat dan metanol secara tunggal memiliki rendemen yang lebih besar jika dibandingkan menggunakan pelarut heksana dan etil asetat. Kandungan komponen aktif yang bersifat polar pada filum Echinodermata terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan komponen-komponen aktif lain yang bersifat nonpolar dan semipolar. Berdasarkan hasil penelitian Salamah et al. 2008 pada kijing taiwan Anadonta woodiana Lea. dan Nurjanah 2009 pada lintah laut Discodoris sp. dimana ekstrak polar dari masing-masing komoditas tersebut terdapat dalam jumlah yang paling banyak dibandingkan dengan ekstrak semipolar dan nonpolar. Nurjanah 2009 menyatakan, pelarut metanol diketahui dapat menarik semua komponen baik yang bersifat polar, semipolar, maupun nonpolar. Metanol sebagai pelarut paling akhir pada proses ekstraksi diduga menarik semua komponen aktif yang tertinggal pada ekstraksi sebelumnya sehingga rendemen ekstrak metanol cukup besar.

4.3 Komponen Aktif pada Ekstrak Kasar Bintang Laut Culcita sp.