41
4.1.3 Parameter fisik kimia perairan
Hasil pengukuran kualitas perairan faktor fisik dan kimia di tiga stasiun penelitian di Teluk Hurun disajikan pada Gambar 12 dan 13. Pada uji Duncan
terhadap parameter fisik kimia perairan beberapa parameter yaitu nitrat stasiun 1, suhu stasiun 3, cahaya stasiun 1,2,3, amonia stasiun 1 dan kecepatan arus
stasiun 1,3 memiliki perbedaan saat pasang dan surut yang signifikan pada
p 0,05
. Hal ini menunjukkan kemampuan Caulerpa racemosa mentoleransi
perbedaan pasang surut. Komposisi dan distribusi dari spesies-spesies alga laut
berhubungan dengan kemampuan dari individu spesies mentoleransi kondisi lingkungan yang juga berhubungan dengan variasi pasang surut Huckle et al.
2000.
a a
a
30 30,5
31 31,5
32 32,5
33 33,5
S a
li n
it a
s P
S U
b
a
b
0,05 0,1
0,15 0,2
0,25 0,3
0,35
N it
ra t
m g
l
a ab
b
5 10
15 20
25 30
Stasiun 1 Stasiun 2
Stasiun3 Lokasi
k e
c a
ru s
m s
pasang surut
rata-rata harian a
a a
0,05 0,1
0,15 0,2
0,25 0,3
0,35 0,4
Stasiun 1 Stasiun 2
Stasiun 3 Lokasi
A m
o n
ia m
g l
pasang surut
rata-rata harian
Keterangan : Tanda Huruf pada histogram rata rata harian yang berbeda a,b menunjukkan berbeda nyata antar stasiun p 0,05.
Gambar 12 Pengukuran parameter fisik – kimia perairan di Teluk Hurun, Lampung
42
a a
a
8 8,02
8,04 8,06
8,08 8,1
8,12 8,14
8,16
p H
a a
b
1 2
3 4
5 6
7
D O
m g
l
a a
a
30 30,4
30,8 31,2
31,6 32
S u
h u
C
b a
a 200
400 600
800 1000
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
C a
h a
y a
lu x
pasang surut
rata-rata
a a
a
0,08 0,085
0,09 0,095
0,1
Stasiun 1 Stasiun 2
Stasiun 3 P
h o
sp h
a t
m g
l
pasang surut
rata-rata harian
Keterangan : Tanda Huruf pada histogram rata rata harian yang berbeda a,b menunjukkan berbeda nyata antar stasiun p 0,05.
Gambar 13 Pengukuran parameter fisik – kimia perairan di tiga lokasi di Teluk Hurun Lampung
Hasil pengukuran rata-rata harian parameter fisik kimia perairan di Teluk Hurun menunjukkan bahwa variabel kualitas perairan yang tidak berbeda antar
stasiun penelitian adalah pH, suhu, salinitas, amonia dan fosfat. Pada pengukuran kecerahan, kecerahan di stasiun 3 yang terukur adalah
0.50-1 m atau dasar atau dapat dikatakan cahaya matahari dapat tembus hingga
43
ke dasar substrat, sedangkan kecerahan di stasiun 1 dan 2 masing masing adalah 3.20 meter dan 3.50 meter. Meskipun sedikit berbeda antara stasiun 1 dan 2
namun cahaya matahari sama-sama menembus hingga media tali yang berjarak 2 meter, atau jika media tali dikatakan sebagai dasarnya, maka kecerahan di stasiun
1 dan 2 adalah dasar. Suhu merupakan faktor penting bagi bagi kehidupan alga laut. Menurut
Kausar dan Ali 1986 in Ravzi 2003 dalam budidaya rumput laut Caulerpa racemosa sebaiknya temperatur air dikelola pada 27 – 30
C untuk produksi yang optimum. Kisaran suhu yang terukur pada ketiga stasiun yaitu 31.2 – 31.7
C pada saat pasang dan 30.6 – 30.8 C pada saat surut. Lebih tingginya suhu ini
dibandingkan suhu yang menunjang bagi pertumbuhan optimum alga laut menunjukkan bahwa Caulerpa racemosa memiliki sistem mekanisme defensif
dalam melindungi stress lingkungan termasuk mentoleransi peningkatan suhu. Perbedaan rata-rata harian variabel kualitas air pada ketiga stasiun saat
pasang surut antara ketiga stasiun yang dinyatakan oleh hasil analisis ragam, menunjukkan terdapat pengaruh lokasi terhadap nitrat dan cahaya, sedangkan
perbedaan variabel kualitas air yang didasarkan pada perbedaan pasang surut diketiga lokasi menunjukkan terdapat pengaruh lokasi terhadap cahaya, ammonia,
intensitas cahaya, kecepatan arus dan DO. Perbedaan ini akan menjadi salah satu dasar dalam menentukan pengaruh lokasi terhadap antioksidan Caulerpa
racemosa pada ketiga lokasi. Hasil pengukuran nitrat terutama di stasiun 1 dan 3 cukup tinggi, yaitu
lebih dari 0.10 mgl. Effendi 2003 menyatakaan bahwa kadar nitrat-nitrogen pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0.10 mgl. Hasil pengukuran
nitrat pada April - Mei 2009 tampak jauh lebih tinggi daripada nilai nitrat pada tahun 2003 Tabel 4. Tingginya nilai ini mungkin disebabkan karena di perairan
ini terdapat aktifitas marikultur diantaranya tambak udang, budidaya kerang mutiara, budidaya kerapu dan ikan lainnya dengan jaring terapung baik milik
perusahaan swasta, masyarakat maupun instansi milik pemerintah. Pada stasiun 3 disamping kolom airnya mengandung nitrat yang tinggi,
stasiun ini juga memiliki kandungan nitrat yang tinggi pada substratnya yaitu mencapai 16.70 ppm. Tingginya nitrat pada substrat ini akan mempengaruhi
44
penyerapan nitrat oleh Caulerpa racemosa karena menurut Larned 1998 Caulerpa racemosa adalah tanaman rhizopitic dimana Caulerpa memiliki akses
langsung terhadap lubang udara pada sedimen yang kaya nutrient. Disamping itu, Caulerpa racemosa memiliki rhizoidal pillar dengan jumlah yang besar. Jumlah
rhizhoidal pillar yang besar akan memerankan peran yang signifikan dalam menyerap nutrient dari substratum Williams,1984 in Capiomont, 2005.
Tabel 4 Data kualitas air di Teluk Hurun 2003 Yudha, 2007
Suhu °C
Sali- nitas
‰ Kece-
rahan m
pH Nitrat
ppm Orto
Phosfat ppm
DO ppm
Kesada- han
ppm BULAN
29.75 31.00
4.01 7.99
0.0408 0.0242
5.52 13.50
Januari 30.80
30.25 3.13
7.55 0.0338
0.0114 4.90
16.00 Februari
29.50 31.25
4.10 7.53
0.0210 0.0052
5.46 4.35
Maret 29.75
31.25 3.68
7.72 0.0354
0.0271 5.12
12.64 April
30.40 31.00
2.78 7.98
0.0350 0.0003
4.81 9.67
Mei 30.30
31.25 3.68
7.66 0.0330
0.0240 5.12
26.35 Juni
29.97 32.50
2.50 7.52
0.0210 0.2210
5.20 27.73
Juli 29.03
32.00 2.80
7.47 0.0310
0.0215 5.69
29.10 Agustus
29.40 31.00
3.60 7.77
0.0311 0.0275
5.11 28.95
September 29.43
31.50 4.51
7.53 0.0941
0.0549 6.06
27.40 Oktober
29.75 31.25
3.96 7.69
0.0575 0.0840
6.12 30.80
November 29.90
30.50 4.00
7.40 0.0575
0.0500 6.15
20.75 Desember
Pada pengukuran amonia saat pasang surut, kadar amonia tertinggi berada pada saat pasang di stasiun 1 dengan nilai 0.34 mgl. Dan hasil uji Duncan pada
kondisi pasang surut menunjukkan kadar amonia di stasiun ini berbeda dengan stasiun lainnya pada p 0,05. Tingginya ammonia di stasiun 1 ini diduga karena
keberadaan tambak udang dan budidaya ikan laut dimana menurut Yudha 2007 terjadinya pencemaran laut di pesisir Kecamatan Padang Cermin Teluk Hurun
antara lain disebabkan oleh aktivitas tambak udang. Limbah yang berasal dari tambak udang dapat berupa bahan organik yang
berasal dari sisa pakan ataupun hasil metabolisme udang mengandung unsur nitrogen yang tinggi, sehingga dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi,
sedangkan bahan-bahan kimia yang digunakan dalam kegiatan budidaya udang seperti antibiotik, pestisida, kapur, klorin, ataupun saponin jika dibuang
langsung ke perairan pantai, maka dapat menyebabkan keseimbangan ekosistem
45
pantai terganggu. Menurut Larned 1999 pada daerah yang diperkaya ammonia secara signifikan menunjukkan peningkatan thallus.
Hasil pengukuran oksigen terlarut DO pada ketiga lokasi berkisar antara 5.07 – 6.06. Menurut Zieren 1999 polusi dengan bahan organik dapat ditunjukan
dengan rendahnya nilai oksigen terlarut, rata-rata berkisar antara 4.82-5.17 mgl Berdasarkan penggolongan Lee et al. 1978 menyatakan bahwa nilai DO perairan
antara 4.50 - 6.50 mgl tergolong perairan tercemar ringan, sedangkan nilai DO 6.50 mgl tergolong perairan yang tidak tercemar yang berarti masih alami.
Berdasarkan penggolongan tersebut jika rataan DO saat pasang dan surut dirata-ratakan maka stasiun 1, 2 dan 3 tergolong perairan tercemar ringan dengan
tingkat pencemaran tertinggi terdapat pada stasiun 3, diikuti oleh stasiun 1 dan stasiun 2. Lebih tingginya pencemaran di stasiun 3 disebabkan karena stasiun 3
berada paling dekat dengan daratan sehingga memperoleh tekanan dari daratan yang paling tinggi.
Pada pengukuran kecepatan arus Gambar 12 tampak bahwa stasiun 3 merupakan wilayah dengan kecepatan arus tertinggi dan stasiun 1 merupakan
wilayah dengan kecepatan arus terendah. Lebih tingginya kecepatan arus di stasiun 3 terutama saat pasang diindikasikan sebagai arus momentum, yang di
pantulkan sejajar garis pantai di sekitar daerah breaker line dekat stasiun 3, yang kemudian dibelokan oleh arus massa air teluk dalam, yang hendak keluar teluk
melalui ambang utara Muchtar 2005. Rumput laut merupakan organisme yang memperoleh makanan melalui
aliran air yang melewatinya. Gerakan air atau arus yang cukup akan menghindari terkumpulnya kotoran pada thallus, membantu pengudaraan, dan mencegah
adanya fluktuasi yang besar terhadap salinitas maupun suhu air Puja 2001. Faktor terakhir yang berbeda nyata antar stasiun adalah cahaya dimana
intensitas cahaya tertinggi didapat oleh stasiun 2 dimana cahaya pada saat pasang mencapai 843 lux. Menurut Reyes 2003 cahaya matahari adalah salah satu
bentuk pemicu stress yang dapat meningkatkan biosintesis kandungan senyawa fenol pada jaringan tanaman. Lebih jauh cahaya matahari memegang peranan
penting dalam anthocyanin biosynthetic pathway.
46
4.1.4 Kondisi fisik Caulerpa racemosa