56
untuk bahan pahan. Etil asetat merupakan salah satu pelarut yang sering digunakan untuk mengekstrak senyawa fenol. Menurut Harwood dan Moody,
1989 sifat etil asetat yang semi-polar, menyebabkan etil asetat dapat mengekstrak lebih banyak komponen isoflavon yang aktif sebagai antioksidan
Dalam menentukan pengaruh persiapan sampel segar dan kering terhadap total fenol maka kita perlu mengkorversi total fenol yang dinyatakan dalam persen
atau mggram ekstrak menjadi mggram sampel segar. Hal ini diperlukan karena pada bobot ekstrak yang sama, bobot sampel segar yang diperlukan untuk
memperoleh ekstrak tersebut berbeda. Hasil konversi total fenol menunjukkan bahwa proses pengeringan menurunkan aktifitas antioksidan pada pelarut metanol
sebesar 48.70 , pelarut etil asetat sebesar 78.07 dan pelarut heksana sebesar 94.66 .
Penurunan total fenol pada persiapan sampel kering didukung oleh penelitian Kuda et al. 2007 pada rumput laut Ecklonia stolorifera and Ecklonia
kurome. Menurut Kuda et al. 2007 konsentrasi senyawa fungsional seperti polifenol dan fukoidan, aktivitas antioksidan, dan aktivitas antibakteri E
stolorifera and E. kurome bervariasi tergantung proses persiapannya. Perlu di ketahui bahwa kandungan senyawa fungsional dan aktivitasnya menurun secara
besar-besaran dalam setiap metode proses dan atau kondisi pengawetan. Aktivitas E. stolorifera menurun drastis pada sampel kering dan sampel yang mengalami
perebusan. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa senyawa fungsional seperti polifenol terpengaruh atau menurun drastis karena pengeringan atau
perebusan.
4.3.2 Aktivitas antioksidan ekstrak Caulerpa racemosa metode DPPH
DPPH adalah senyawa yang memiliki nitrogen sebagai radikal bebas. Pengujian dengan DPPH dapat digunakan untuk menguji kemampuan senyawa
antioksidan sebagai proton penangkal senyawa radikal atau donor hidrogen Singh dan Rajini 2004. Elektron ganjil pada radikal bebas DPPH menghasilkan
penyerapan kuat maksimum pada panjang gelombang 517 nm dan berwarna ungu. Warna ungu berubah menjadi kuning ketika elektron ganjil radikal DPPH menjadi
57
berpasangan dengan hidrogen dari antioksidan penangkal radikal bebas untuk membentuk DPPH-H Prakash 2001.
Dalam penentuan aktivitas antioksidan Caulerpa racemosa digunakan tiga paramater yaitu AEAC, IC
50
dan persen penghambatan. Hasil pengukuran AEAC dan persen penghambatan disajikan pada Gambar 19 sedangkan hasil pengukuran
IC
50
disajikan pada Tabel 8.
Keterangan : Angka - angka pada histogram yang diikuti huruf yang berbeda a,b,c pada masing- masing kondisi rumput laut menunjukkan berbeda nyata p0,05
Gambar 19 Grafik hubungan persiapan sampel dan perbedaan pelarut terhadap aktifitas antioksidan AEAC dan persen penghambatan
Tabel 8. IC
50
dengan metode DPPH Ekstrak Rumput Laut Caulerpa racemosa
Keterangan : Angka angka-angka pada baris yang sama dan diikuti dengan huruf yang berbeda a,b pada masing-masing kondisi sampel menunjukkan berbeda nyata p 0,05.
Berdasarkan pengukuran parameter aktivitas antioksidan diketahui bahwa pada sampel segar, ekstrak etil asetat memiliki aktivitas antioksidan tertinggi
dengan AEAC 36.78 mg AAE100 g, persen penghambatan 71.2 dan IC
50
11.41 mgml. Pada sampel kering, ekstrak metanol memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dengan AEAC 24.45 mg AAE100 g, persen penghambatan 46.71 dan
IC
50
17.97 mgml.
Variabel Unit Kondisi
Sampel Pelarut
metanol Etil
asetat heksana
IC
50
mgml Segar
17.17 a 11.41a
1186.62 b IC
50
mgml Kering
17.97a 38.39a
1030.23b
58
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa baik jenis pelarut maupun kondisi sampel berpengaruh nyata terhadap aktivitas antioksidan. Perbedaan jenis pelarut
yang mempengaruhi aktivitas antioksidan serupa dengan penelitian Duffy dan Power 2001 yang menggambarkan ekstraksi sampel dengan pelarut yang
berbeda menghasilkan perbedaan potensi antioksidan. Ekstraksi sampel licorice dengan etanol memiliki potensi antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan sampel yang diesktrak dengan air. Perbedaan polaritas pelarut yang mempengaruhi aktivitas antioksidan juga
tampak pada penelitian Ismail 2002 dimana total antioksidan 4 jenis rumput laut berturut turut dari yang tertinggi hingga terendah pada ekstrak air adalah Kumbu
Nori Hijiki Wakame. Sedangkan pada ekstrak etanol hasilnya berbeda Wakame Hijiki Nori Kumbu.
Menurut Marinova dan Yanishlivea 1997 in Ismail 2002 aktivitas penangkal radikal DPPH pada setiap sampel di dalam pelarut yang berbeda, akan
mempengaruhi potensi penangkal radikal. Hal ini disebabkan kerena perbedaan polaritas masing-masing senyawa group antioksidan yang ada dalam rumput laut.
Berdasarkan pengukuran AEAC, IC
50
dan persen penghambatan. Ekstrak etil asetat memiliki aktivitas antioksidan yang paling tinggi pada sampel segar dan
secara statistik berbeda nyata dengan ekstrak metanol dan heksana, sedangkan ekstrak metanol memiliki aktivitas antioksidan tertinggi pada sampel kering dan
secara statistik berbeda nyata dengan ekstrak etil asetat dan heksana. Aktivitas antioksidan yang tinggi pada ekstrak etil asetat sampel segar,
mengindikasikan bahwa etil asetat pada sampel segar mampu menarik substansi aktif yang berperan sebagai antioksidan. Hasil penelitian Munifah 2008
menyebutkan bahwa fraksi etil asetat Caulerpa racemosa mengandung protoklorofilide sebagai salah satu substansi yang aktif sebagai antioksidan.
Protoklorofilide secara struktur merupakan satu molekul klorofil yang terdiri dari cincin porphirin yang diikat dengan struktur persegi yang rata dengan atom
magnesium ditengahnya yang diikat dengan cincin nitrogen disetiap sisinya .Senyawa aktif penangkal radikal bebas fraksi protoklorofilid dari Caulerpa
racemosa segar memiliki persen penghambatan 83.
59
Novaczek 2001 in Chew et al. 2008 menyatakan bahwa Caulerpa racemosa kaya akan asam folat, asam askorbat, vitamin A dan B1 thiamin.
Santoso 2003 menyebutkan bahwa komponen polifenol yang terkandung dalam Caulerpa racemosa adalah katekol. Senyawa aktif penangkal radikal bebas fraksi
karotenoid dari Caulerpa racemosa segar memiliki persen penghambatan 31.82 Munifah 2008.
Pada ekstrak sampel kering, ekstrak metanol memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi sedangkan ekstrak etil asetat mengalami penurunan. Terjadinya hal
ini disebabkan karena, selain pelarut kondisi sampel pun turut berpengaruh terhadap aktifitas antioksidan. Sehingga diduga pada ekstrak sampel kering
komponen aktif seperti beta carotene dan protoklorofilid telah mengalami penurunan aktifitas antioksidan, karena kedua substansi tersebut sangat sensitif
baik pada cahaya maupun pada panas. Sehingga walaupun pelarut etil asetat dapat menarik kedua senyawa ini, namun kemungkinan aktifitas antioksidannya sudah
berkurang. Pada sampel kering lebih tingginya antioksidan pada ekstrak metanol
dibandingkan ekstrak etil asetat dan heksana menunjukkan bahwa senyawa antioksidan pada Caulerpa racemosa didominasi oleh komponen yang polar dan
semi polar. lebih tingginya aktivitas antioksidan pada ekstrak metanol dibandingkan ekstrak etil asetat pada sampel kering juga menunjukkan komponen
aktif antioksidan yang polar lebih tahan panas dibandingkan komponen aktif antioksidan yang semi polar.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kondisi sampel berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan. Untuk mengetahui secara pasti apakah pengaruh
tersebut positif atau negatif maka kita perlu mengkorversi nilai aktivitas antioksidan yang dinyatakan dalam mg AAE100 gram ekstrak menjadi mg
AAE100 gram sampel segar. Hal ini diperlukan karena pada bobot yang sama, bobot sampel segar yang diperlukan untuk memperoleh ekstrak tersebut berbeda.
Hasil konversi aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa proses pengeringan menurunkan aktifitas antioksidan pada pelarut metanol sebesar 0.68 , pelarut etil
asetat sebesar 14.16 dan pelarut heksana sebesar 649.29 .
60
Menurunnya aktivitas antioksidan karena pengeringan dimungkinkan karena pada proses pengeringan, senyawa volatil dapat turut menguap. Menurut Ibanez et
al. 1999 suhu selama pengeringan dan ekstraksi mempengaruhi stabilitas senyawa berkaitan dengan kerusakan kimia dan enzimatik, kehilangan senyawa
volatil dan dekomposisi akibat panas. Larrauri et al. 1997 menemukan penurunan yang signifikan pada ekstrak
polifenol dan tannin yang dipekatkan pada anggur merah yang dikeringkan dengan udara panas pada suhu 100
C atau lebih. Antioksidan sampel yang dikeringkan pada 100
C menurun 28 , sedangkan pada 140 C menurun
setengahnya. Escrig 2001 menyatakan bahwa aktivitas antioksidan rumput laut fucus dengan uji DPPH menurun 96 pada pemanasan 50
C 48 jam sedangkan pada uji FRAP menurun 77 . Rumput laut komersial menunjukkan antioksidan
yang lebih rendah dibanding rumput laut segar sehingga dapat dinyatakan bahwa proses dan penyimpanan dapat menurunkan kapasitas antioksidan. Ragan dan
Glombitza 1986 in Escrig 2001 menyatakan bahwa kandungan polifenol pada pengeringan rumput laut dengan udara atau oven akan terpengaruh.
4.3.3 Bilangan peroksida ekstrak Caulerpa racemosa