5
b. Apakah lingkungan perairan mempengaruhi aktivitas antioksidan Caulerpa
racemosa. c.
Bagaimana karakteristik antioksidan Caulerpa racemosa.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : 1.
Mempelajari aktivitas antioksidan dari Caulerpa racemosa di perairan Teluk Hurun termasuk faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2. Mengkarakterisasi antioksidan melalui kondisi sampel segar dan kering dan
ekstraksi dalam pelarut polar metanol, semipolar etil asetat, dan nonpolar heksana dalam penelitian ini penentuan kandungan total fenol dan bilangan
peroksida juga dilakukan.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Mengetahui kondisi antioksidan dari Caulerpa racemosa di perairan Teluk
Hurun dan faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhinya. 2.
Mengetahui karakteristik antioksidan Caulerpa racemosa. 3.
Menjadi dasar pertimbangan dalam pengelolaan Caulerpa racemosa.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Antioksidan 2.1.1 Definisi antioksidan
Antioksidan secara umum dapat didefinisikan sebagai substansi apapun yang ketika hadir dalam konsentrasi yang rendah jika dibandingkan dengan
substrat yang dapat teroksidasi, secara signifikan dapat mencegah atau menghambat oksidasi didalam substrat tersebut Halliwell dan Gutteridge 1990.
Dalam kata lain antioksidan adalah senyawa yang dapat menghambat oksidasi dari molekul lain dengan cara menghambat inisiasi atau propagasi oksidasi rantai
reaksi. Penelitian menunjukkan bahwa radikal bebas pada manusia dapat
menyebabkan kerusakan oksidatif terhadap molekul lain seperti lemak, protein, dan asam nukleat yang merupakan bagian dari fase inisiasi beberapa penyakit
degenaratif. Menyikapi hal tersebut peranan antioksidan menyita banyak perhatian sebagai kandidat yang dapat menghambat penyakit tertentu dan
mencegah proses penuaan Slater 1991 in Yee et al. 2007. Antioksidan sangat beragam jenisnya. Berdasarkan sumbernya antioksidan
dibagi dalam dua kelompok, yaitu antioksidan sintetis antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesis reaksi kimia dan antioksidan alami antioksidan hasil ekstraksi
bahan alami Antioksidan alami dalam makanan dapat berasal dari a senyawa
antioksidan yang sudah ada dari satu atau dua komponen makanan, b senyawa antioksidan yang terbentuk dari reaksi-reaksi selama proses pengolahan, c
senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami dan ditambahkan ke makanan sebagai bahan tambahan pangan Pratt 1992.
2.1.2 Mekanisme kerja antioksidan
Sesuai mekanisme kerjanya, antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi pertama merupakan fungsi utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom
hidrogen. Antioksidan AH yang mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut sebagai antioksidan primer. Senyawa ini dapat memberikan atom
7 hidrogen secara cepat ke radikal lipida R
, ROO atau mengubahnya ke bentuk
lebih stabil, sementara turunan radikal antioksidan A tersebut memiliki keadaan
lebih stabil dibanding radikal lipida. Fungsi kedua merupakan fungsi sekunder antioksidan, yaitu memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme
diluar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih stabil Shoaib 2008.
Antioksidan dapat memainkan peran dalam anti oksidasi sebagai penghambat radikal bebas, agen penghambat, pengkelat, dan atau penghambat
singlet oksigen. Berbagai antioksidan sintetis telah terdaftar, tetapi hanya beberapa yang diijinkan oleh undang-undang sebagai bahan tambahan makanan
karena adanya efek toksik dan efek lainnya. Beberapa jenis antioksidan sintetis yang diizinkan sebagai bahan tambahan makanan adalah butylated hydroxy
anisole BHA, butylated hydroxy toluene BHT, pueraria glycoside PG dan tertiary butylatedhydroquinone TBHQ Yuan 2006. Antioksidasi dapat
ditunjukkan dengan rantai reaksi berikut : R - H
R
.
+ H
.
R
.
+ O=O ROO
.
ROO
.
+ R-H ROOH+R
.
R
.
+R
.
R-R Ada dua cara rantai reaksi ini diinisiasi, yang pertama dengan penambahan
reagen yang dapat memperlambat pembentukan radikal bebas dan yang kedua adalah dengan penambahan antioksidan sebagai penerima radikal bebas Shoaib
2008.
2.1.3 Antioksidan alami bersumber dari tumbuhan
Metabolit sekunder pada tanaman, termasuk enzim dan protein, diproduksi oleh tanaman untuk mengatur fisiologi dan pola pertumbuhan Daniel et al. 1999
in Benbrook 2005. Beberapa metabolit sekunder membantu tanaman mengatasi kondisi lingkungan yang ekstrim, mencegah serangan serangga, atau merespon
terhadap kerusakan yang disebabkan oleh hewan pengganggu atau penyakit. Beberapa metabolit sekunder berperan dalam penyembuhan daun yang luka atau
jaringan buah yang rusak melalui pembentukan pigmen. Ada lebih dari 50.000
8 metabolit sekunder tanaman, dan sekitar 4.000 metabolit sekunder tanaman
merupakan flavonoid, dimana diantaranya adalah antioksidan Daniel et al. 1999
in Benbrook 2005.
Tanaman memiliki antioksidan sebagai sistem pertahanan yang membantu penyembuhan penyakit tanaman. Sejumlah antioksidan tanaman menghasilkan
warna yang kaya dan rasa pada buah dan sayuran tertentu di beberapa daerah. Setelah pemanenan dan selama penyimpanan, buah dan sayuran dengan tingkat
antioksidan yang tinggi cenderung dapat memperlambat serangan infeksi setelah pemanenan. Antioksidan pada tanaman dapat membantu memperpanjang umur
simpan dan resiko terkena mycotoxin Daniel et al. 1999 in Benbrook 2005. Menurut Pratt dan Hudson 1990, kebanyakan senyawa antioksidan yang
diisolasi dari sumber alami adalah berasal dari tumbuhan. Kingdom tumbuhan, Angiosperm memiliki kira-kira 250.000 sampai 300.000 spesies dan dari jumlah
ini kurang lebih 400 spesies yang telah dikenal dapat menjadi bahan pangan manusia. Isolasi antioksidan alami telah dilakukan dari tumbuhan yang dapat
dimakan, tetapi tidak selalu dari bagian yang dapat dimakan. Antioksidan alami tersebar dibeberapa bagian tanaman, seperti pada kayu, kulit kayu, akar, daun,
buah, bunga, biji, dan serbuk sari Pratt 1992. Antioksidan alami dan sintesis dapat menghalangi atau menunda proses
oksidasi lemak. Antioksidan mengacu pada berbagai substansi yang hadir dengan konsentrasi lemah didalam bahan pangan dan dapat secara signifikan mencegah
oksidasi yang dilakukan oleh prooksidan. Prooksidan dapat dikatakan sebagai sinonim dari spesies oksigen reaktif, yang mengacu kepada berbagai substansi
yang ketika hadir dalam konsentrasi yang rendah dalam makanan dapat menyebabkan atau mempromosikan reaksi oksidatif Yuan 2006.
Saat ini, perhatian publik mengenai masalah kesehatan manusia yang disebabkan oleh bahan tambahan membuat para ilmuwan pangan antusias dalam
mencari antioksidan alami dari berbagai sumber. Hingga saat ini ada satu pemahaman bahwa antioksidan alami adalah senyawa fenolik yang terdapat pada
seluruh bagian tanaman. Antioksidan dari senyawa fenolik yang bersumber dari tanaman meliputi senyawa flavonoid, asam cinamat, kumarin, tokoferol,
kerotenoid dan asam polifungsional organik Shahidi dan Wanasundara 1992.
9 Senyawa antioksidan alami polifenolik ini adalah multifungsional dan dapat
beraksi sebagai a pereduksi, b penangkap radikal bebas, c pengkelat logam, d peredam terbentuknya singlet oksigen Pratt dan Hudson 1990.
Tokoferol sebagai senyawa monofenolik sudah digunakan untuk industri pangan dalam beberapa dekade. Penggunaan tokoferol berdasarkan pada
kemampuannya dalam mencegah oksidasi dari asam lemak bebas pada makanan yang mengandung lemak atau minyak Khan dan Shahidi 2001. Tokoferol adalah
antioksidan fenolik yang secara alami terkandung dalam minyak nabati yang berfungsi untuk menjaga kualitas minyak dengan melakukan terminasi terhadap
radikal bebas Evans 2002. Flavonoid adalah senyawa yang terdapat secara luas di alam dan
dikategorikan menurut struktur kimia kedalam flavonols, flavon, flavonon, isoflavon, katekin, antosianin dan kalkon Buhler 2002. Sekitar 2 dari seluruh
karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya, sehingga flavonoid merupakan salah satu
golongan fenol alam terbesar. Lebih dari 4.000 flavonoid telah teridentifikasi, sebagian terkandung pada buah, sayur dan minuman teh, kopi, bir, anggur dan
minuman sari buah Heim et al. 2002. Flavonoid saat ini menjadi fokus perhatian karena potensinya yang
menguntungkan terhadap kesehatan dan flavonoid dilaporkan mengandung anti virus, anti alergi, anti platelet, anti inflamasi, anti tumor dan aktivitas antioksidan
Heim et al. 2002. Menurut Pratt dan Hudson 1990 kebanyakan dari golongan flavonoid dan senyawa yang berkaitan erat dengannya memiliki sifat-sifat
antioksidan baik dalam lipida cair maupun dalam makanan berlipida. Kapasitas flavonoid sebagai antioksidan bergantung pada struktur
molekulnya. Posisi grup hidroksil dan grup lain dalam struktur kimia flavonoid sangat penting untuk mencegah radikal bebas. Golongan flavonoid yang memiliki
aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, kateksin, flavonol, quercetin dan kalkon. Quercetin, flavonols yang jumlahnya terbanyak dalam
makanan adalah antioksidan yang potensial karena memiliki bentuk struktur yang benar sebagai penghambat aktivitas radikal bebas Buhler 2002.
10 Asam askorbat adalah antioksidan karena bentuk radikal semi hidro askorbat
dari asam askorbat dan radikal bebas jauh kurang reaktif dibandingkan dengan pembasmi radikal oleh askorbat Baskin 1997.
Karotenoid dikategorikan sebagai senyawa alami yang larut lemak yang tersebar luas di seluruh bagian tanaman. Karotenoid umumnya berlokasi didalam
sistem membran dari sel dimana salah satu fungsi utama dari senyawa tersebut bersangkutan dengan fotosintesis dan bertanggung jawab terhadap warna merah,
orange, dan kuning pada daun, buah dan bunga Delgado-Vargas et al. 2000 dalam Yuan 2006. Karotenoid juga ditemukan dalam alga, bakteri fotosintesis,
bakteri non fotosintesis, jamur, dan ragi Delgado-Vargas et al. 2000 in Yuan 2006.
2.1.4 Antioksidan dalam rumput laut
Berbagai penelitian melaporkan mengenai kemampuan antioksidan rumput laut dan ekstrak rumput laut Yan et al. 1999; Duval et al. 2000; Ruperez et al.
2002; Heo et al. 2005; Yuan 2006 in Je et al. 2009; Chandini et al. 2008. Berbagai ekstrak dengan pelarut berbeda dari Kapaphycus alvarezii
menunjukkan kemampuan penghambatan yang baik pada analisis DPPH, kekuatan penghambatan, pengkelatan ion besi dan properti antioksidan dalam
sistem asam linoleat Kumar 2008. Benzoylated dan acetylated turunan fukoidan dari Laminaria japonica
memiliki aktivitas antioksidan Wang 2009. Polisakarida terlarut dari Turbinaria conoides dapat menjadi antioksidan yang baik. Aktivitas antioksidan polisakarida
Turbinaria berdasarkan pada aktivitas donor proton yang dimilikinya Chattopadhyay 2009.
Penambahan tiga rumput laut yang umum dikonsumsi yaitu Wakame Undaria pinnatifida, Nori Porphyra umbilicalis dan Spaghetti laut
Himanthalia elongata yang ditambahkan pada sampel daging dengan senyawa polifenol terlarut mampu menambah kapasitas antioksidan dalam sistem. Pada
sampel yang mengandung Spaghetti laut Himanthalia elongata memiliki kandungan polifenol dan antioksidan tertinggi dibandingkan dengan kedua sampel
lainnya p 0.05 Lopez 2009.
11 Aktivitas antioksidan invitro dari tiga rumput laut merah terpilih yaitu
Eucheuma cotonii, Gracilaria edulis dan Acanthophora spicifera telah dievaluasi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa rumput laut atau makro alga laut
dapat digunakan sebagai antioksidan alami Ganesan 2008. Aktivitas antioksidan dari polisakarida alami dari alga hijau Ulva pertusa telah dievaluasi secara
invitro, meliputi aktivitas penghambatan terhadap super oksida dan radikal hidroksil, kekuatan penghambatan, kemampuan pengkelatan. Hasil analisis
menunjukkan tingginya aktivitas penghambatan terhadap radikal hidroksil dan kemampuan pengkelatan Qi et al. 2006.
Penambahan Ulva segar dan Ulva yang diproses terhadap hamsters yang mengalami atherosklerotis, efektif dalam menurunkan stress oksidatif dengan
meningkatkan aktivitas enzim seperti SOD dan GSHPx, terbatasnya peroksidasi lemak dan produksi anion superoksida Godard 2009. Kandungan total fenol,
aktivitas antioksidan, aktivitas antioksidan dan aktivitas antibakteri Ecklonia stolorifera dan Ecklonia kurome cukup tinggi, dimana setiap properti bervariasi
tergantung pada proses pengolahannya Kuda 2007. Polisakarida sulfat larut air panas dari rumput laut berfungsi sebagai
penghambat radikal bebas dan sebagai antioksidan, properti ini sangat penting dalam mencegah radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan yang
berkontribusi terhadap karsinogenesis Kwon 2007. Astaxanthin dalam rumput laut memiliki kemampuan penghambatan melawan paparan ultra violet dan juga
memiliki efek penghambatan melawan pembentukan radikal bebas yang disebabkan karena efek foto-oxidatif yang disebabkan karena tingginya tingkat
radiasi ultra violet pada sinar matahari. Hawkins 2003 dan Stahl et al. 2000 dalam Munifah 2007 telah mempelajari efek perlindungan dari astaxanthin, -
caroten dan retinol melawan efek foto-oxidatif yang disebabkan karena paparan ultra violet. Hasil penelitian ini membuktikan fakta bahwa astaxanthin sangat
efektif untuk mengurangi kerusakan kulit karena pembentukan senyawa polyamine.
Organisme laut yang diketahui merupakan sumber astaxanthin yang kaya adalah rumput laut hijau Haematococcus pluvialis yang juga mengandung
beberapa senyawa bioaktif berupa karoten seperti lutein, likopen dan -karoten.
12 Kehadiran astaxanthin dalam makro-alga terbentuk sebagai ester dari beberapa
asam lemak, yang memiliki pengaruh signifikan sebagai prekursor untuk pembentukan karoten yang seringkali terdeteksi sebagai senyawa karoten minor
terdeteksi sebagai senyawa echinenone atau senyawa cathaxanthin Delia 2001 in Munifah 2007.
2.1.5 Metode pengukuran aktivitas antioksidan
Aktivitas antioksidan dapat dievaluasi dengan cara menentukan proteksi antioksidan terhadap oksidasi lemak atau minyak, dengan kata lain sejauh mana
daya tahan minyak atau lemak tersebut terhadap proses oksidasi. Oksidasi lipid dipengaruhi oleh suhu, cahaya, oksigen dan adanya ion logam Tensika 2001.
Penentuan aktivitas antioksidan bisa pada tahap oksidasi yang berbeda, yaitu tahap awal oksidasi menghasilkan produk primer seperti bilangan peroksida PV,
diene terkonyugasi. Semua antioksidan alami memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam bahan makanan yang kompleks dan bermacam-macam, dimana
aktivitasnya tidak dapat diuji hanya berdasarkan satu metode saja. Banyak metode analisis menghasilkan hasil yang tidak konsisten, yang disebabkan karena ketidak
cocokan aplikasi dan spesifikasi kapasitas antioksidan Prior 2005 in Oufnac 2006.
Analisis DPPH 2,2-Diphenyl-1-picrylhydrazyl merupakan salah satu metode dalam menganalisis aktivitas antioksidan. Molekul 1,1-diphenyl-2-
picrylhydrazyl dikarakteristik sebagai radikal bebas yang stabil karena ada dekolisasi elektron cadangan melewati seluruh molekul. Delokalisasi juga
menghasilkan warna ungu yang kuat dikarakterisasi oleh pita absorspsi dalam larutan etanol pada panjang gelombang 520 nm Molyneux 2004.
DPPH adalah radikal bebas yang stabil dan menerima elektron dan radikal
hidrogen menjadi molekul diamagnetic stabil Siddaraju dan Dharmesh 2007 in
Ghimeray 2009. Elektron ganjil pada radikal bebas DPPH menghasilkan penyerapan kuat maksimum pada panjang gelombang 517 nm dan berwarna ungu.
Warna ungu berubah menjadi kuning ketika elektron ganjil radikal DPPH menjadi berpasangan dengan hidrogen dari antioksidan penangkal radikal bebas untuk
membentuk DPPH-H Prakash 2001. Efek dari senyawa fenolik pada
13 penghambatan radikal DPPH disebabkan karena kemampuannya mendonorkan
hidrogen.
2.2 Pengenalan Genus Caulerpa
Caulerpa adalah salah satu genus alga yang dapat diidentifikasi berdasarkan bentuk pertumbuhan dan morfologinya Silva 2002. Semua spesies dan
subspesies Caulerpa hidup di laut, tetapi ada juga yang dapat hidup di laguna Silva 2003. Laporan mengenai jumlah spesies Caulerpa bervariasi antara 70
Meinesz 2002 hingga 100 Dumay et al. 2002. Anggota famili Caulerpaceae bersifat invasive Davis et al. 1997. Beberapa
spesies Caulerpa memiliki bentuk morfologi dan fisiologi yang dapat beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda. Spesies Caulerpa yang bersifat endemis pada
habitat laguna ,
cenderung memiliki jarak rhizoma antar assimilator yang lebih panjang, sementara itu Caulerpa yang tumbuh pada ekosistem terumbu karang
dengan energi gelombang yang tinggi, cenderung memperlihatkan bentuk yang rapi dan tersusun rapat. Caulerpa racemosa dan Caulerpa cupressoides, yang
hidup pada lingkungan dengan intensitas cahaya yang tinggi memiliki kandungan klorofil yang lebih rendah, dibandingan spesies seperti Caulerpa verticillata yang
beradaptasi untuk tumbuh rapat dengan alga lain atau rumput laut lain Collado 1999. Beberapa karakteristik biologi spesies Caulerpa meliputi :
1. Kecepatan pertumbuhan yang tinggi
Jumlah meristem stolon Caulerpa taxifolia yang tumbuh di Pelabuhan Hutingon, California adalah 555 + 182 per meter persegi. Tingginya kepadatan
meristem ini menunjukkan kemampuan untuk berproliferasi melintasi sedimen dan melewati organisme lain Williams 2002.
2. Kemampuan membelah diri
Implikasi ekologi dari reproduksi membelah diri adalah adanya gangguan seperti badai atau pemangsaan oleh hewan herbivora dapat menghasilkan
fragmen-fragmen yang dapat menyebar dan menjadi Caulerpa yang baru Smith 1999. Kemampuan spesies untuk membelah diri dapat menjadi keuntungan
dalam berkompetisi dengan makhluk hidup multiselluler yang bereproduksi secara seksual Vroom 2001. Kesuksesan penyebaran melalui fragmentasi
14 tampaknya menjadi faktor kritis bagi spesies Caulerpa untuk mengkolonisasi
area yang baru Smith 1999. 3.
Kemampuan mengambil nutrient dari sedimen Tidak seperti kebanyakan makroalga, yang menempel pada sedimen dan
mengambil nutrient dari kolom air, spesies dari genus Caulerpa memiliki rhizoid yang dapat masuk ke dalam sedimen dan mengambil nutrient dari sedimen.
Rhizoid dari Caulerpa taxifolia yang menyerupai akar dari tanaman berpembuluh dapat secara langsung mengikat karbon, nitrogen, dan fosfor dari subrat
Chisholm et al. 1996. Kemampuan mengakses nutrient dari substrat membuat Caulerpa menjadi kompetitor unggulan di lingkungan yang miskin nutrient
Williams 1984. 4.
Kemampuan mentoleransi temperatur air yang rendah Spesies Caulerpa adalah salah satu alga yang dapat menyebar luas baik di
perairan tropis ataupun subtropis Silva 2003. Kemampuan spesies Caulerpa untuk bertahan pada temperatur yang relatif rendah menyebabkan spesies ini
dapat mengeksploitasi tempat hidup yang baru jika mereka diintroduksi. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2001 menunjukkan bahwa 12 dari 14
spesies Caulerpa yang biasa tersedia untuk diperdagangkan di California Selatan memiliki distribusi alami yang luas hingga ke perairan tropis Frish 2003.
5. Sedikitnya konsumen
Vetebrata dan invetebrata di daerah subtropis ditemukan mudah sekali terkena senyawa toksik dari Caulerpa caulerpenyne dan tidak dapat memangsa
Caulerpa Paul 1986.
2.3 Pengenalan Spesies Caulerpa racemosa