1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antioksidan secara umum dapat didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda atau mencegah oksidasi lemak atau molekul lain dengan menghambat
proses inisiasi atau propagasi reaksi rantai oksidatif Rohman et al. 2006. Akhir- akhir ini banyak penyakit-penyakit degeneratif seperti kanker, jantung, artritis,
diabetes dan liver yang disebabkan karena antioksidan di dalam tubuh tidak mampu menetralisir peningkatan konsentrasi radikal bebas. Radikal bebas adalah
molekul yang pada orbit terluarnya mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan, sifatnya sangat labil dan sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan
kerusakan pada komponen sel seperti DNA, lipida, protein dan karbohidrat. Kerusakan tersebut dapat menimbulkan berbagai kelainan biologis seperti
arterosklerosis, kanker, diabetes dan penyakit degeneratif lainnya Chen et al. 1996.
Peranan antioksidan
sangat penting
dalam menetralkan
dan menghancurkan radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan juga
merusak biomolekul, seperti DNA, protein, dan lipoprotein di dalam tubuh yang akhirnya dapat memicu terjadinya penyakit degeneratif, seperti kanker, jantung,
artritis, katarak, diabetes dan hati Silalahi 2002. Saat ini, perhatian publik mengenai masalah kesehatan manusia yang
disebabkan oleh bahan tambahan membuat para ilmuwan pangan antusias dalam mencari antioksidan alami dari berbagai sumber. Hingga saat ini ada satu
pemahaman bahwa antioksidan alami adalah senyawa fenolik yang terdapat pada seluruh bagian tanaman. Antioksidan dari senyawa fenolik yang bersumber dari
tanaman meliputi senyawa flavonoid, asam cinamat, kumarin, tokoferol, kerotenoid, dan asam polifungsional organik Shahidi dan Wanasundara 1992.
Caulerpa racemosa adalah salah satu rumput laut hijau yang tumbuh secara alami di perairan Indonesia. Caulerpa racemosa ditemukan tumbuh pada substrat
koral atau pada substrat pasir-pecahan karang. Caulerpa racemosa bersifat edible atau dapat dikonsumsi oleh manusia. Di Indonesia Caulerpa racemosa telah
dimanfaatkan sebagai sayuran segar atau lalap, namun konsumennya masih terbatas pada keluarga nelayan atau masyarakat pesisir. Hal ini sangat berbeda
2
dengan kondisi di negara lain seperti Jepang, Fiji, Filipina atau Thailand. Di Thailand, Caulerpa racemosa sudah umum ditemukan di Pasar Phuket, dimana
10-20 kg terjual setiap harinya, untuk digunakan sebagai saus pedas. Di Fiji atau Pulau Pasifik lainnya Caulerpa racemosa juga sudah dijual secara luas di pasar-
pasar untuk dimanfaatkan sebagai sayuran segar. Di Jepang Caulerpa racemosa diekspor dari Cebu, Filipina dengan harga yang tinggi. Selain sebagai bahan
pangan Caulerpa racemosa dapat digunakan sebagai pakan ternak dan obat untuk menurunkan tekanan darah tinggi dan obat reumatik Novaczek 2001 in Chew et
al. 2008. Seperti jenis tanaman lainnya Caulerpa racemosa memproduksi metabolit
primer dan metabolit sekunder. Menurut Brandt dan Molgaard 2001 metabolit sekunder adalah berbagai grup alami yang memproduksi senyawa kimiawi, yang
tidak secara nyata memiliki fungsi primer di dalam pertumbuhan sel tanaman. Metabolit sekunder disintesis oleh tanaman sebagai respon terhadap rangsangan
dari luar dan seringkali memerankan fungsi pengaturan didalam aliran reaksi fisiologis dan reaksi metabolik terhadap stres, serangan hama atau pengganggu.
Menurut Benbrook 2005 ada hubungan antara tingkat stres tanaman dan produksi metabolit sekunder, termasuk polifenol dan antioksidan. Ada substansi
yang disetujui oleh ahli fatologi, fisiologi dan entomologi bahwa : a.
Secara relatif lebih banyak antioksidan sebagai metabolit sekunder yang diproduksi oleh tanaman sebagai respon terhadap tekanan atau stres biotik dan
abiotik. b.
Tingkat produksi antioksidan sebagai metabolit sekunder merupakan fungsi genetik, metode bertani atau lingkungan dan kesehatan tanaman.
Salah satu hal yang penting dari metabolit sekunder adalah banyak metabolit sekunder merupakan antioksidan Benbrook 2005. Pada dekade
terakhir, banyak hasil penelitian yang menyatakan bahwa rumput laut merupakan sumber yang kaya senyawa antioksidan Lim et al. 2002; Kuda et al. 2005; Duan
et al. 2006 in Ganesan et al. 2008. Beberapa hasil penelitian menemukan bahwa keberadaan antioksidan dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan. Antioksidan
pada bayam dipengaruhi oleh musim tumbuhnya Howard 2002 in Moore et al.
3
2006 dan antioksidan pada Hypericum brasiliense dipengaruhi oleh suhu, tekanan air, dan intensitas cahaya Abreu, 2005 in Moore et al. 2006.
Caulerpa racemosa merupakan salah satu sumberdaya perairan yang terdapat di Indonesia yang keberadaannya belum dimanfaatkan secara optimal,
padahal menurut Santoso et al. 2002 Caulerpa racemosa dari Indonesia memiliki kandungan serat makanan tak larut yang lebih tinggi dibandingkan
Caulerpa racemosa dari Jepang. Disamping itu Caulerpa racemosa memiliki kemampuan menghasilkan
metabolit sekunder yang berpotensi sebagai sumber antioksidan. Sifat Caulerpa racemosa yang aman dikonsumsi dan telah dimanfaatkan sebagai bahan pangan
sayuran oleh sebagian masyarakat pesisir memungkinkan rumput laut ini untuk dieksplorasi sebagai sumber antioksidan alami. Penentuan aktivitas antioksidan
pada Caulerpa racemosa dapat meningkatkan nilai manfaat dari rumput laut ini. Namun hingga saat ini pengkajian antioksidan pada rumput laut Caulerpa
racemosa sangat terbatas. Karena itu dalam penelitian ini karakteristik Caulerpa racemosa dan pengaruh lingkungan perairan terhadap antioksidan Caulerpa
racemosa akan dipelajari. Dimana pada penelitian ini, Caulerpa racemosa yang dipelajari berasal dari Teluk Hurun Lampung.
1.2 Perumusan Masalah