64
pertumbuhan rumput laut Caulerpa racemosa namun disisi lain hal ini dapat mengurangi kandungan antioksidan yang dibutuhkan untuk kesehatan.
4.4.3 Implementasi pengelolaan Caulerpa racemosa berkelanjutan
Berdasarkan informasi potensi dan ketersediaan, maka penulis berpendapat sistem implementasi dari pengelolaan Caulerpa racemosa yang dapat dilakukan
salah satunya adalah melalui sistem budidaya yang ramah lingkungan. Budidaya Caulerpa racemosa dapat menjadi salah satu mata pencaharian alternatif
masyarakat pesisir. Menurut Dahuri 2003 potensi pengembangan budidaya laut untuk berbagai jenis ikan, kerang-kerangan dan rumput laut masing-masing
adalah 3.1 juta ha, 971.000 ha dan 26.700 ha. Dari keseluruhan potensi produk budi daya laut, sampai saat ini baru sekitar 15 yang sudah diusahakan.
Sistem budidaya untuk Caulerpa racemosa dipilih karena rumput laut Caulerpa racemosa merupakan tanaman musiman, sehingga untuk menunjang
kontinuitas produksinya diperlukan usaha budidaya. Usaha budidaya ini ditunjang kemampuan Caulerpa racemosa yang secara cepat dapat mengkolonisasi area
baru, sehingga area budi daya dapat ditempatkan pada daerah yang agak jauh dari tempat asalnya. Kemampuan ini ditunjukkan pada penelitian ini dimana
Caulerpa racemosa ditemukan tumbuh pada tali-tali sisa budidaya Kapahycus alvarizii.
Menurut Kausar dan Ali 1986 in Ravzi 2003 budidaya rumput laut Caulerpa racemosa sebaiknya dilakukan di lokasi yang terlindung dari
gelombang yang kuat. Lokasi sebaiknya bebas dari polusi. Toleransi batas salinitas adalah 30-32 ppt dan temperatur air dikelola pada 27 – 30
C untuk produksi yang optimum. Kedalaman pond sebaiknya 60-100 cm dan pH antara
7-8 untuk pertumbuhan yang berkelanjutan. Kira-kira 50 kg benih cukup untuk pemanenan 625 m
2
pond area. Produksi 5-6 tonha setelah 2-3 bulan periode
budidaya dapat diperoleh. Selain budidaya melekat pada substrat, budidaya
rumput laut Caulerpa racemosa pun dapat dilakukan pada tali-tali seperti yang ditemukan pada penelitian ini.
Dalam penelitian ini antioksidan yang tinggi diperoleh pada daerah yang
relatif lebih jauh dari aktivitas manusia yang diketahui dari kadar nitrat yang lebih
65
rendah, dan tingginya aktivitas antioksidan juga didukung oleh keberadaan herbivora, kondisi fisik yang baik dan kecukupan cahaya karena itu dalam
budidaya Caulerpa racemosa diduga perlu juga memperhatikan faktor nitrat untuk pertumbuhan sekaligus aktivitas antioksidan yang optimal. Selain itu perlu juga
diintroduksikan hewan herbivora namun dengan sistem pengawasan yang baik sehingga kehadirannya hewan herbivore ini sebagai pemicu antioksidan tidak
menghabiskan ketersediaan Caulerpa racemosa. Pengelolaan Caulerpa racemosa melalui budidaya yang ramah lingkungan
yang juga ditujukan sebagai mata pencaharian alternatif masyarakat pesisir dapat berjalan jika didukung juga oleh pendekatan ekonomi, keberadaan pasar adalah
mutlak diperlukan untuk mendukung budidaya Caulerpa racemosa. Saat ini pasar internasional yang terbuka untuk Caulerpa adalah Denmark, Jepang dan Filipina.
Namun pasar domestik pun diperlukan untuk kontinuitas budidaya rumput laut ini. Untuk itu perlu penyebaran informasi oleh instansi terkait melalui workshop,
training, pamphlet, media massa, media elektronik dan lain-lain mengenai manfaat Caulerpa salah satunya sebagai sumber antioksidan alami pada
masyarakat pada umumnya dan stakeholders perlu dilakukan. Menurut Dahuri 2003 tingkat partisipasi masyarakat khususnya stakeholders dalam membuat
keputusan, akan berpengaruh pada keberhasilan atau kegagalan implementasi program aksi. Pendekatan sentralistik yang kurang memberikan ruang konsultasi
bagi masyarakat memiliki resiko kegagalan yang tinggi, karena program aksi tersebut mungkin tidak dimengerti dan kurang dihargai oleh mereka yang
mengalami kegiatan program tersebut. Namun sebaliknya jika masyarakat lokal diajak serta dalam proses penyusunan program aksi diharapkan rasa tanggung
jawab mereka terhadap program akan lebih besar, sehingga implementasinya akan mendapat legitimasi yang kuat dari masyarakat luas. Hal ini akan mendorong
mereka untuk menghargai usaha-usaha yang telah mereka kerjakan, dan pada akhirnya kontribusi masyarakat untuk berpatisipasi dalam pengelolaan
keanekaragaman hayati pesisir dan lautan akan semakin besar.
66
4.4.4 Pengelolaan terumbu karang dalam kaitannya dengan optimasi antioksidan Caulerpa racemosa
Sebagai tanaman yang tumbuh alami di kawasan ekosistem terumbu karang hasil penelitian ini menunjukkan pentingnya menjaga ekosistem terumbu karang
dan penataan ruang yang baik untuk mencegah kerusakan ekosistem terumbu karang. Karena kerusakan terumbu karang juga berpengaruh pada menurunnya
pertumbuhan Caulerpa racemosa terutama kondisi fisiknya, yang pada akhirnya dapat menurunkan manfaat Caulerpa racemosa sebagai sumber antioksidan
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan