4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Parameter Habitat dan Kondisi Fisik Caulerpa racemosa
4.1.1 Media tumbuh Caulerpa racemosa
Hal utama yang membedakan stasiun 1, 2 dan 3 adalah media tempat tumbuh rumput laut Caulerpa racemosa. Stasiun 1 terletak di Teluk Hurun
bagian dalam. Stasiun ini dekat dengan usaha budidaya ikan laut dan tambak udang. Pada stasiun ini Caulerpa racemosa ditemukan tumbuh pada tali-tali sisa
budidaya rumput laut Kapaphycus alvarezii yang tidak tumbuh Gambar 6. Pada stasiun ini rumput laut Caulerpa racemosa tumbuh pada media tali dengan
kedalaman 1-2 m.
Gambar 6 Caulerpa racemosa di stasiun 1 Stasiun 2 adalah stasiun yang terletak di Teluk Hurun bagian luar. Seperti
halnya stasiun 1, di stasiun 2 ini Caulerpa racemosa juga tumbuh pada tali-tali tempat budidaya rumput laut Kaphapycus alvarezii yang tidak tumbuh Gambar
7. Pada stasiun ini rumput laut Caulerpa racemosa tumbuh pada media tali dengan kedalaman 1-2 m.
Pada stasiun 1 dan 2, pada media tali yang ditumbuhi komunitas Caulerpa racemosa tidak ditemukan komunitas makro alga lain. Padahal seyogyanya media
tersebut ditumbuhi oleh rumput laut Kaphapycus alvarezii, karena memang media tersebut diperuntukkan untuk budidaya Kaphapycus alvarezii. Hal ini
menunjukkan bahwa Caulerpa racemosa memiliki kemampuan mentoleransi
35
lingkungan yang cukup baik. Menurut Huckle et al. 2000 kemampuan spesies untuk berkompetisi dan mentoleransi lingkungan lebih penting dari
kemampuannya untuk menjadi “pemenang “ kompetisi interaksi dengan alga-alga laut lainnya.
Gambar 7 Caulerpa racemosa di stasiun 2 Diantara ketiga stasiun, stasiun 3 adalah yang paling berbeda media
tumbuhnya karena berada di area terumbu karang. Caulerpa racemosa di stasiun ini ditemukan tumbuh pada substrat liat-pasir- rubble dan karang mati Gambar
8.
Caulerpa racemosa di substrat liat – ruble kiri Caulerpa racemosa di karang mati kanan.
Gambar 8 Caulerpa racemosa di stasiun 3
36
Caulerpa racemosa yang ditemukan di stasiun 3 lebih banyak tumbuh pada jarak 20 - 50 m yaitu pada substrat liat-ruble sedangkan pada jarak 50 - 100 m
Caulerpa racemosa sudah mulai menghilang. Secara umum dari pengamatan transek kuadrat di stasiun 3, diketahui bahwa perubahan cukup signifikan terlihat
antara transek 0 – 40 meter dengan transek 50 – 100 meter. Dimana pada transek 0 – 40 meter substrat didominasi oleh lamun, dan rumput laut sedangkan pada
transek 50-100 m didominasi oleh karang mati. Transek 40-50 meter merupakan daerah peralihan dimana pada daerah ini komunitas karang sudah mulai tampak
dan lamun juga masih dijumpai Gambar 9.
Gambar 9 Lamun berasosiasi dengan karang mati Komposisi substrat tempat hidup Caulerpa racemosa di stasiun 3 dapat
dilihat pada Tabel 2. Dimana pada pengujian ini tampak bahwa komposisi rubble atau pecahan karang atau kerang lebih tinggi dari pada liat.
Tabel 2 Substrat tempat tumbuh Caulerpa racemosa
Komposisi Tekstur
2 mm 53
Pecahan karang dan kerang 100
2 mm 47
Pasir 2
Debu 43
Liat 55
Pada stasiun 3 selain Caulerpa racemosa, rumput laut yang juga ditemukan adalah marga Halimeda opuntia dimana keberadaan Halimeda lebih dominan
dibandingkan Caulerpa racemosa. Menurut Kadi 2000 marga Halimeda dan
37
Caulerpa racemosa, termasuk marga yang tumbuh survival di paparan terumbu pulau-pulau di Teluk Lampung. Pertum buhan makro al g a yang hidup
menancap di pasi r dan lum pur pada umumnya lebih mudah untuk berkembang biak seperti marga Halimeda dan Caulerpa.
Pada stasiun 3 Caulerpa racemosa ditemukan tumbuh pada substrat liat- ruble dan substrat karang mati dengan biomasa 0.6 gm
2
. Pertumbuhan Caulerpa racemosa di ekosistem karang ini relatif lebih sedikit dibandingkan dengan
pertumbuhan di media tali, hal ini diduga antara lain karena kehadiran makro al ga di paparan terumbu karang ditentukan oleh struktur substrat yang stabil,
dengan adanya kerusakan terumbu karang di stasiun ini maka kestabilan substrat akan menurun sehingga Caulerpa racemosa yang tumbuh lebih sedikit dibandingkan
dengan Caulerpa racemosa yang tumbuh pada media tali. Menurut Kadi 2000 kerusakan terumbu karang dapat berakibat kematian bagi makro alga yang
bersifat seperti tulang rawan cartilagenous dari marga Dictyosphaeria, Peyssonellia dan Lobophora, yakni hilangnya tempat menempel thalli untuk
berkembang biak. Di Teluk Lampung kehadiran jenis makro alga termasuk rendah, kondisi ini
terjadi akibat dari kerusakan substrat terumbu karang oleh penambang batu karang yang dilakukan masyarakat setempat untuk digunakan sebagai bahan
bangunan. Apabila kejadian ini dibiarkan terus menerus maka akan terjadi erosi pantai, serta hilangnya substrat makro alga dan biota lainnya Kadi 2000.
Kondisi terumbu karang di stasiun 3, seperti halnya di perairan lainnya di Lampung, didominasi oleh jenis fringing reef. Menurut Nontji 1987 tipe fringing
reef merupakan tipe terumbu karang tepi yang terdapat di sepanjang perairan pantai dan hampir tidak dijumpai pada daerah pesisir yang banyak sungai
besarnya. Berdasarkan publikasi Pemerintah Propinsi Lampung 2002, diketahui
bahwa terumbu karang di Lampung dengan tipe fringing reef memiliki luasan relatif 20-60 meter. Pertumbuhan karang terhenti pada kedalaman 10-17
meter. Di bawah kedalaman itu terdapat lumpur atau hamparan pasir. Dari hasil survei CRMP 1998 diketahui pula bahwa di kawasan Teluk Lampung penutupan
karang batu cukup besar, yaitu mencapai 75 Yudha 2008.
38
Paparan terumbu karang yang terdapat di stasiun 3 tergolong cukup lebar. Paparan terumbu mulai terlihat pada jarak 40 meter dari pantai dan panjang paparan
kurang lebih 100 meter sampai ke tubir. Ujung tubir langsung dalam drop. Pada jarak 50 – 100 m kondisi karang didominasi oleh karang mati, pada karang mati
ini tampak beberapa yang tertutup alga DCA, dengan persentase tutupan antara 10-60 . Alga yang dominan menutupi karang mati adalah jenis Halimeda
opuntia. Pada paparan terumbu di stasiun 3 jenis karang yang ditemukan adalah
karang batu Arcopora yang meliputi Arcopora bercabang Arcopora branching, Arcopora meja dan Arcopora berjari. Disamping itu juga ditemukan karang lunak
non Arcopora yang meliputi coral massive, coral encrusting, coral branching, dan karang api.
Paparan terumbu distasiun 3 tampak mengalami kerusakan terutama oleh sedimentasi Gambar 10 dan akibat penangkapan ikan menggunakan bom oleh para
nelayan. Penggunaan bom yang merusak karang tampak pada kondisi di daerah tubir bagian dalam inner reef flats, dimana terdapat tumpukan pecahan karang
mati diduga sebagai akibat dari penangkapan ikan dengan menggunakan bom. karang.
Gambar 10 Karang yang rusak di stasiun 3 Pada titik 0 m secara umum dapat dikatakan tidak ada biota biotik yang
tumbuh dan hidup kecuali biota biotik yang terbawa arus pasang surut ke tepi pantai. Tanda lain kerusakan terumbu karang di stasiun 3 ini tampak berupa
kerusakan fisik. Dimana tipe dasar perairan yang dominan adalah pecahan-pecahan
39
Pada stasiun 3 Caulerpa racemosa selain berasosiasi dengan ekosistem terumbu karang, Caulerpa racemosa juga berasosiasi dengan lamun. Komunitas padang
lamun memang tidak seindah terumbu karang, tetapi komunitas lamun ini memiliki peranan yang sama pentingnya dengan ekosistem terumbu karang baik secara
ekologis maupun secara ekonomis. Dan bagi rumput laut seperti Caulerpa komunitas lamun secara ekologis memiliki fungsi penting yaitu mengikat sedimen dan
menstabilkan subtrat yang lunak, dengan sistem perakaran yang padat dan saling menyilang. Dari hasil pengamatan di lapangan pada stasiun 1 dan 2 tidak
ditemukan komunitas lamun sedangkan pada stasiun 3 terdapat komunitas lamun. Di stasiun 3 lamun jenis Enhalus sp, adalah jenis yang paling dominan. Lamun
ini tampak tumbuh bersama dengan Caulerpa dan juga Halimeda Gambar 11.
Gambar 11 Caulerpa racemosa ditengah komunitas lamun
4.1.2 Hewan herbivora