Penentuan kriteria unit penangkapan berdasarkan CCRF

Dari analisis ekonomi usaha perikanan pajeko di Halmahera utara memperlihatkan bahwa usaha ini layak untuk dikembangkan karena mendatangkan keuntungan dimana untuk pajeko 5 GT menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 240.930.886 dan pajeko 7 – 10 GT akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 852.128.700. Tabel 15 Penilaian aspek sosial pada unit penangkapan ikan pajeko di Tobelo. No Kriteria Pajeko Purse seine 5 GT 7 – 10 GT 1 Tingkat penerimaan pendapatan nelayan relatif sedang. √ √ 2 Unit penangkapan dapat diterima oleh masyarakat. √ √ 3 Tidak beresiko tinggi √ √ 4 Dapat menampung atau menyerap tenaga kerja √ √ Pada penilaian aspek sosial dengan tiga 3 kriteria menunjukan bahwa unit penangkapan ikan pajeko purse seine dapat mendukung kriteria CCRF karena tingkat penerimaan pendapatan meningkat dan ternyata unit penangkapan ini diterima dimasyarakat, menyerap tenaga kerja untuk pajeko 5 GT sebanyak 15 orang dan untuk pajeko 7 – 10 GT sebanyak 20 sampai 25 orang. Operasi penangkapan dilakukan dengan sistim one days fishing dengan jarak tempuh hingga tiba di area penangkapan yang tidak terlalu jauh menyebabkan tingkat resiko kecil. Tabel 16 Penilaian aspek lingkungan pada unit penangkapan ikan pajeko di Tobelo. No Kriteria Pajeko Purse seine 5 GT 7 – 10 GT 1 Aspek penangkapan tidak merusak lingkungan atau ekosistem √ √ Unit penangkapan ikan pajeko purse seine termasuk unit penangkapan ikan yang tidak destruktif karena pukat cincin purse seine yang digunakan tidak menjangkau terumbu karang dan ikan yang merupakan target penangkapan hanya beruaya di permukaan perairan. Tabel 17 Penilaian aspek pasca panen pada unit penangkapan ikan pajeko di Tobelo. No Kriteria Pajeko Purse seine 5 GT 7 – 10 GT 1 Proses penangkapan mempertahankan nilai gizi - - 2 Distribusi ikan dan produk perikanan mempertahankan nilai gizi, mutu dan keamanan produk perikanan - - Pada aspek pasca panen tentunya unit penangkapan ikan pajeko tidak dapat menjamin kriteria ini karena yang menentukan kajian gizi dan kemamanan produk perikanan bukan pada level penangkap ikan tetapi harus ditinjau pada level berikut yaitu pengupul dan penjual, yang bersentuhan langsung dengan proses setelah penangkapan. Tabel 18 Penilaian aspek hukum pada unit penangkapan ikan pajeko di Tobelo. No Kriteria Pajeko Purse seine 5 GT 7 – 10 GT 1 Unit Penangkapan legal atau tidak dilarang untuk dioperasikan. √ √ 2 Tidak menangkap hewan yang dilindungi. √ √ 3 Dalam pelaksanaannya mematuhi peraturan yang berlaku. √ √ Aspek hukum sangat penting dalam usaha dalam bentuk apapun, dan untuk usaha perikanan pajeko di Halmahera Utara telah mendukung kriteria yang diarahkan oleh CCRF karena semua unit pajeko tidak dilarang melakukan penangkapan, tidak menangkap hewan yang dilindung tetap mengikuti koridor yang berlaku khususnya kewajiban atau kontribusi terhadap Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Utara. Berdasarkan analisis singkat CCRF unit penangkapan ikan pajeko menunjukan bahwa untuk pengembangan lebih jauh perluh memperhatikan aspek biologi dan pasca panen. 6 SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

1. Berdasarkan analisis usaha maka diperoleh perbedaan pendapatan yang signifikan pada pajeko 5 GT dan pajeko 7 – 10 GT. 2. Berdasarkan analisis usaha dan kriteria investasi menunjukkan usaha perikanan pajeko ukuran 7-10 GT lebih layak untuk dikembangkan di Kabupaten Halmahera Utara.

3. Hasil kajian deskriptif terhadap CCRF menunjukan bahwa dari ketujuh

aspek yang dinilai aspek biologi, aspek teknologi, aspek ekonomi, aspek sosial, aspek lingkungan, aspek pasca panen dan aspek hukum yang terlihat tidak menunjukan dukungan terhadap CCRF adalah aspek bilogi dan aspek pasca panen.

6.2 Saran

1. Pengembangan usaha perikanan pajeko ukuran 7-10 GT layak untuk dilakukan, namun dalam implentasinya perlu dilakukan dengan perencanaan yang baik dan kajian komprehensif terhadap bio-technico- socio-economi serta CCRF. 2. Program modernisasi alat tangkap yang tidak terencana dibeberapa daerah di Indonesia telah berdampak negatif, seperti terjadinya overcapacity dan overfishing. Oleh karena itu, sebagai langkah antisipasi sebelum program modernisasi tersebut perlu dilakukan penelitian kapasitas atau optimasi perikanan tangkap pajeko di Kabupaten Halmahera Utara. 3. Program pengembangan skala usaha perikanan tangkap akan meningkatkan hasil produksi nelayan. Kondisi ini perlu diantisipasi sebelumnya dengan penyedian sarana dan prasarana penunjang perikanan tangkap seperti pabrik es, cold storage, tempat pelelangan ikan TPI. Selain itu, hal yang tidak kalah penting yaitu ketersediaan pasar untuk menyerap produksi ikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya membuka aksesjaringan pemasaran yang lebih luas melalui menjalin kemitraan dengan lembagapengusaha yang bergerak dibidang pemasaraneksportir produk perikanan, industi pengolahan perikanan yang pada kondisi sekarang masih kekurangan akan bahan baku.

4. DAFTAR PUSTAKA

[ADB] Asian Development Bank. 2002. Policy and Fisheries: The Issues: challenges and Opportunities. Http:www.adb.org Arikunto S. 2000. Manajemen Penelitian, Edisi Baru. Jakarta : Rieneka Cipta. 645 hlm. Ayodhyoa AU. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Bogor : Yayasan Dewi Sri. 81 hlm. Bahari R. 1989. Peranan Koperasi Perikanan dalam Pengembangan Perikanan Tangkap. [Prosiding] Temu Karya Ilmiah Perikanan Rakyat; Jakarta, 18-19 Desember 1991. Jakarta : Pusat Penelitian Perikanan dan Pengembangan Perikanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. hlm 165-180. Bakkoro MS dan A Effendy. 2005. Tingkah Laku Ikan: Hubungan dengan Metode Pengoperasian Alat Tangkap Ikan. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. 131 hlm. Barani M. 2003. Kebijakan dan Program Kerja Ditjen Perikanan Tangkap. Makalah Ditjen Perikanan Tangkap. Disampaikan pada DIKLATPIM, Jakarta, Oktober, 2003. Brandt A Von. 1984. Fish Catching Methods of the World. Survey, England: Fishing News Books, Ltd Farnman. 418 p. Charles AT. 2001. Sustainable fishery systems. Canada: Blakwell Science Ltd. 370 p. Choliq A, O Sofyan, RA Wirasasmita. 1993. Evaluasi Proyek Suatu Pengantar. Bandung : Pionir Jaya. [Ditjen] Direktorat Jendral Perikanan Tangkap DKP, 2005. Definisi dan Klasifikasi Statistik Perikanan Tangkap. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan. 50 hlm. Dahuri R. 2000. Pendayagunaan Sumberdaya Kelautan Untuk Kesejahteraan Rakyat. Jakarta: LISPI. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Halmahera Utara. 2007. Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2007. Halmahera Utara: DKP Kabupaten Halmahera Utara. 48 hlm. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Halmahera Utara. 2008. Rencana Induk Pengembangan Wilayah Pesisir Kabupaten Halmahera Utara. Halmahera Utara: DKP Kabupaten Halmahera Utara. 5:1-21. Djamin Z. 1984. Perencanaan dan Analisa Proyek. Jakarta : Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 167 hlm. [FAO] Food and Agriculture Organization. 2002. International Workshop on Factor Contributing to Unsustainability and Overexploitation iny of a Fisheries. Bangkok, 4-8 February 2002. FAO Fish. Report No. 672. Gordon HS. 1954 The Economic Theory of a Common Property Resources : the Fishery Journal of Political Economy, 622 : 124 – 142. Gray C, P Simanjuntak, KS Lien, PFL Maspaitella dan RCG Varley. 1993. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 328 hlm. Haluan J dan TW Nurani. 1988. Penerangan Metode Skoring dalam Pemilihan Teknologi Penangkapan Ikan yang Sesuai dengan dikembangkan di Suatu Wilayah Perairan. Bogor: Bulletin Jurusan PSP 2:3-16. Hernanto F.1989. Ilmu Usaha Tani. Jakarta : Penebar Swadaya. 309 hlm. Husnan S. 1994. Studi kelayakan Proyek. Edisi ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. 379 hlm. Kadariah, L Karlina, C Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi Revisi. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 181 hlm. Karman A. 2008. Pengembangan Perikanan Mini Purse Seine Soma Pajeko Berbasis Rumpon di Sekitar Pulau Mayau, Kota Ternate Provinsi Maluku Utara. Tesis tidak dipublikasikan, Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor: IPB. 126 hlm. Kesteven GL. 1973. Manual of Fisheries Science. Part 1An Introduction To Fisheries Science. Roma: FAO of The United Nation. 43p. Martasuganda S, AO Sudrajat, S Saad, J Pariwono, R Basuki, MN Asyik, S Rustam, dan D Christanto. 2002. Teknologi Untuk Pemberdayaan Mayararakat Pesisir. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan. 67 hlm. Monintja DR. 1990. Study on the Development Prospect of Fish Aregating Divise for Tuna in Pelabuhan Ratu. Prosiding Seminar Hasil Penelitian. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Nugroho D. 2006. Kondisi Trend Biomassa Ikan Layang Decapterus spp di Laut Jawa dan Sekitarnya. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia.12 1 : 167- 174. Numberi F. 2009. Evolusi Pembangunan Kelautan dan Perikanan Indonesia. Makalah Menteri Kelautan dan Perikanan. Disampaikan pada Rembug Nasional Kelautan, Bogor 30 Januari. 32 hlm. Purba B.C. 2008, Model Pengembangan Kemitraan Usaha Perikanan Tangkap Dengan Lembaga Keuangan di Kabupaten Indramayu. Jurnal Ilmiah Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap. Rahim A. 2005. Analisis Margin Pemasaran Ikan laut Segar di TPI Mina Bahtera Kabupaten Kulon Progo. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan 153:157- 162. Sobari MP, Karyadi, Diniah. 2006. Kajian aspek Bio-Teknik dan Finansial Terhadap Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Teri di Perairan Pamekasan Madura. Buletin Ekonomi Perikanan 63 :16-25. Soeharto. 2002. Studi Kelayakan Proyek Industri. Jakarta : Penerbit Erlangga.