Mi basah fresh noodle atau wet noodle merupakan salah satu jenis mi yang sudah dikenal luas dan menjadi makanan yang disukai masyarakat di Indonesia.
Industri mi basah tersebar luas di banyak wilayah di Indonesia. Penyebarannya mencakup industri rumah tangga, industri kecil dan menengah hingga industri
besar. Terdapat dua jenis mi basah yang dikenal masyarakat, yaitu mi mentah raw noodle
dan mi rebus cooked noodle. Kualitas, baik organoleptik, fisikokimia, mikrobiologi maupun daya awet
dari mi basah dapat bervariasi. Perbedaan ini disebabkan oleh adanya perbedaan proses pengolahan dan penggunaan bahan tambahan. Mi basah dijual dalam
bentuk segar baik dalam keadaan terkemas maupun curah di pasar tradisional maupun supermarket. Mi basah juga dijual dalam bentuk olahan oleh pedagang
makanan, seperti soto mi, taoge goreng, mi ayam, mi goreng, selain itu dapat juga diolah menjadi aneka makanan di tingkat rumah tangga Astawan, 1999.
Berdasarkan uraian mengenai prospek perkembangan olahan pangan di Indonesia inilah penelitian yang berjudul Penerimaan Produsen dan Preferensi
Konsumen terhadap Penggunaan MOCAF sebagai Campuran Bahan Baku Mi Basah ini dilakukan.
1.2. Perumusan Masalah
Dari paparan latar belakang diatas, pokok permasalahan dari penelitian ini adalah :
1. Apakah MOCAF dapat dikombinasikan dengan terigu untuk membuat mi
basah? 2.
Apakah terdapat perbedaan pada proses produksi mi basah yang menggunakan bahan baku terigu 100 persen dengan yang menggunakan
campuran MOCAF? 3.
Apakah perubahan biaya produksi mi dengan campuran MOCAF yang terjadi masih dapat diterima?
4. Bagaimana respons konsumen terhadap mi basah yang bahan bakunya
menggunakan kombinasi MOCAF?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : 1.
Menganalisis apakah MOCAF dapat dijadikan sebagai kombinasi bahan baku pada mi basah.
2. Menganalisis apakah terdapat perbedaan pada proses produksi pada mi
basah, yang menggunakan bahan baku terigu 100 persen dengan bahan baku kombinasi MOCAF.
3. Menganalisis apakah perubahan biaya produksi mi yang terjadi dengan
penggunaan campuran MOCAF masih dapat diterima. 4.
Menganalisis respons konsumen terhadap mi basah yang menggunakan bahan baku kombinasi.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Membantu memperkenalkan
tepung MOCAF pada produsen mi basah yang
ada di Bogor. 2. Memberitahukan melalui percobaan kepada produsen mi basah jumlah
persentase MOCAF yang mampu dikombinasikan dengan terigu. 3.
Melanjutkan penelitian terdahulu tentang peluang pengembangan MOCAF.
1.5. Batasan Penelitian
Penelitian ini menganalisis penerimaan teknis, finansial, dan preferensi konsumen terhadap kombinasi bahan baku mi basah. Analisis finansial dilakukan
dengan menggunakan analisis Benefit Cost Ratio. Analisis kelayakan proyek atau usaha tidak tercantum dalam penelitian ini.
Pada penelitian ini dilakukan percobaan hingga penggunaan kombinasi MOCAF 25 persen. Berdasarkan referensi menunjukkan bahwa 25 persen
MOCAF dapat mensubstitusi terigu pada mi berkelas rendah, baik dari mutu fisik maupun organoleptik. Secara teknis, proses pembuatan mi tidak mengalami
kendala Subagio, 2008.Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh produsen mi juga melatarbelakangi dilakukannya percobaan hingga kombinasi MOCAF 25 persen
untuk membuat mi basah ini.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pangan