konsumsi, diversifikasi pangan tidak dimaksudkan untuk menggantikan beras, tetapi mengubah pola konsumsi masyarakat, sehingga masyarakat akan
mengkonsumsi lebih banyak jenis pangan dan lebih baik gizinya. Dengan menambah jenis pangan dalam pola konsumsi, diharapkan konsumsi beras akan
menurun Amang, 1995. Hal lain yang penting diperhatikan adalah menyangkut pembangunan dan
pengembangan industri pengolahan transformasi bahan pangan nonberas. Hal ini diperlukan karena kebanyakan komoditas nonberas tidak siap untuk dikonsumsi
secara langsung, seperti singkong harus diolah dulu untuk dijadikan tepung singkong Amang, 1995.
2.3. Tepung Terigu dan Ketahanan Pangan
Tepung terigu merupakan bahan baku untuk industri makanan skala besar yang menghasilkan produk seperti mi instan, biskuit dan lain-lain. Terigu juga
sebagai bahan baku industri kecil dan menengah yang menghasilkan antara lain mi basah, kue kering, roti tawar, dan lain-lain. Dalam industri pangan, tepung
terigu merupakan salah satu bahan yang mempengaruhi proses pembuatan adonan dan menentukan kualitas akhir produk berbasis terigu. Struktur pengguna terigu
nasional dapat dilihat pada Gambar 1.
Sumber : APTINDO, 2009 Gambar 1. Struktur pengguna terigu nasional
Industri tepung terigu merupakan salah satu bagian dari industri makanan yang telah menjadi komoditas makanan tambahan yang dari waktu ke waktu
menjadi semakin penting di Indonesia karena semakin menguasai hidup orang banyak. Secara umum diketahui bahwa tepung terigu merupakan salah satu input
untuk menghasilkan makanan seperti mi, roti, biskuit, dan berbagai jenis kue yang dikonsumsi hampir di setiap rumah tangga. Pengguna tepung terigu meliputi
segala lapisan masyarakat, mulai dari kalangan atas sampai kalangan bawah. Selain itu, industri tepung terigu memiliki keterkaitan dengan industri nasional
lainnya seperti industri makanan, sektor peternakan, industri kain belacu, dan kantong terigu yang melibatkan banyak tenaga kerja APTINDO, 2005.
Menurut data yang dikeluarkan APTINDO 2009 pengguna tepung terigu terbesar adalah industri mi basah dan industri kecil sebesar 32 persen, diikuti
dengan mi instan, roti, dan kue dengan penggunaan sebesar 20 persen, industri biskuit atau snack dan rumah tangga sebesar 10 persen, serta industri mi kering
sebesar delapan persen. Pasar terigu atas dasar produk akhir disajikan pada Gambar 2.
Sumber : APTINDO, 2009 Gambar 2. Pasar terigu berdasarkan produk akhir
Berdasarkan konsumsi masyarakat Indonesia terhadap tepung terigu menyebabkan komoditas ini dijadikan sebagai salah satu bahan pangan alternatif
yang dapat menggantikan beras, selain jagung dan sagu. Di samping itu, kandungan karbohidrat tepung terigu hampir setara dengan beras dan lebih
berkualitas dibandingkan jagung dan sagu APTINDO, 2005.
Setiap tahun pertumbuhan konsumsi tepung terigu bertambah antara lima hingga sepuluh persen. Meningkatnya pertumbuhan konsumsi terigu karena
semakin besarnya minat masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang bukan nasi. Masalah pada lahan dan iklim di Indonesia yang tidak cocok dengan
pembudidayaan gandum, membuat produsen tepung terigu Indonesia memiliki ketergantungan terhadap impor gandum. Maka fluktuasi yang terjadi pada harga
gandum dunia ikut mempengaruhi harga tepung terigu nasional APTINDO, 2009.
Impor gandum dan terigu dapat digunakan untuk menekan laju konsumsi beras. Namun di sisi lain tujuan tersebut menyebabkan ketergantungan pada
pangan impor yang dapat menyebabkan terjadinya kerapuhan ketahanan pangan. Hal ini dapat dijadikan sebagai pembelajaran untuk mengembangkan tepung
nonterigu. Apabila pada awalnya Indonesia menggunakan terigu untuk mengganjal konsumsi beras, saat ini sudah saatnya mengganjal terigu dengan
tepung nonterigu dengan memanfaatkan sumberdaya lokal untuk memperlambat peningkatan impor gandum.
2.4. MOCAF