Preferensi Konsumen dan Konsumen

Gambar 10. Perbandingan biaya produksi mi basah per kg Setelah dilakukan penghitungan biaya produksi dan analisis BC ratio diperoleh bahwa apabila menggunakan tepung terigu yang lebih mahal, yaitu tepung terigu Cakra Kembar, Segitiga Biru, dan Lencana Merah. Dengan harga MOCAF Rp 6000kg, jika dikombinasikan dengan tepung terigu Cakra Kembar seharga Rp 7.500kg dapat menurunkan biaya produksi dan meningkatkan nilai BC Ratio. Jika MOCAF dikombinasikan dengan tepung terigu Segitiga Biru seharga Rp 7.000kg juga dapat menurunkan biaya produksi dan meningkatkan BC Ratio. Selanjutnya, jika MOCAF dikombinasikan dengan tepung terigu Lencana Merah seharga Rp 5.500kg dapat menurunkan biaya produksi pada kombinasi 20 persen dan meningkatkan BC Ratio, akan tetapi terjadi peningkatan biaya produksi pada kombinasi 25 persen dan penurunan BC Ratio. Bagi pengguna terigu Cap Payung seharga Rp. 5.000, kombinasi meningkatkan biaya produksi dan menurunkan BC Ratio, sehingga belum dapat dipilih.

4.6. Preferensi Konsumen dan Konsumen

Seteleh dilakukan penilaian konsumen terhadap rasa Y1, aroma Y2, kekenyalan Y3, kelembutan Y4, dan warna Y5 pada tiap jenis mi selanjutnya dianalisis melalui preferensi konsumen. 4.6.1.Preferensi Distributor Data untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap produk mi basah diperoleh dengan mengambil 20 responden yang merupakan distributor CV Taruna. Responden yang merupakan distributor mi basah yaitu yang melakukan pemesanan mi basah setiap harinya, dilakukan dua kali pengambilan data. Setiap responden diminta untuk mencicipi tiga jenis mi basah, mi 1 100 persen terigu, mi 2 kombinasi 80 persen terigu dan 20 persen MOCAF, dan mi 3 kombinasi 75 persen terigu dan 25 persen MOCAF. Data yang diperoleh dari responden diolah dengan metode Kruskal Wallis dengan menggunakan bantuan SPSS 16. Preferensi konsumen dianalisis dengan menggunakan bantuan metode Kruskal Wallis terhadap lima atribut pada mi basah yaitu, rasa Y1, aroma Y2, kekenyalan Y3, kelembutan Y4, dan warna Y5. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa atribut yang mempunyai pengaruh nyata pada mi basah yaitu kelembutan Y4 dan warna Y5. Atribut Y4 memiliki nilai signifikansi 0.038 kurang dari 0,05 sedangkan Y5 memiliki nilai signifikansi 0,01 kurang dari 0,05, sehingga perlu dilakukan uji lanjut. Tabel 15. Test Statistics terhadap distributor mi basah Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Chi-Square .679 5.025 4.562 6.538 14.746 Df 2 2 2 2 2 Asymp. Sig. .712 .081 .102 .038 .001 Uji lanjut dilakukan terhadap atribut kelembutan Y4 dan warna Y5 dengan menggunakan uji T Paired dengan bantuan SPSS 16. Dari hasil uji lanjut terhadap kelembutan Y4 maka diperoleh bahwa mi 1 dengan mi 2 berbeda nyata karena memiliki nilai signifikansi kurang dari 0,05 adalah sebesar 0,02. Sedangkan mi 1 dengan mi 3 tidak berbeda nyata karena memiliki nilai signifikansi 0,10 lebih besar dari 0,05 serta mi 2 dengan mi 3 tidak berbeda karena memiliki nilai signifikansi 0,40 lebih besar dari 0,05. Sedangkan hasil uji lanjut terhadap atribut warna Y5 maka diperoleh bahwa mi 1 dengan mi 2 berbeda nyata karena memiliki nilai signifikansi 0,000 kurang dari 0,05. Sedangkan mi 1 dengan mi 3 berbeda nyata karena memiliki nilai signifikansi 0,010 kurang dari 0,05 serta mi 2 dengan mi 3 tidak berbeda karena memiliki nilai signifikansi 0,40 lebih besar dari 0,05. Perbandingan atribut mi basah dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Perbandingan atribut mi basah distributor Mi 1 Mi 2 Mi 3 Mi 1 Mi 2 Rasa, aroma, kekenyalan, kelembutan, warna Mi 3 Rasa, aroma, kekenyalan, kelembutan, warna Rasa, aroma, kekenyalan, kelembutan, warna Distributor mi basah tidak dapat membedakan mi basah dengan kombinasi MOCAF dan tepung terigu kecuali atribut kelembutan pada kombinasi MOCAF 20 persen serta atribut warna pada kombinasi MOCAF 20 persen dan 25 persen. 4.6.2.Preferensi Konsumen Akhir Data yang digunakan untuk mengetahui preferensi konsumen akhir mi basah diperoleh dari 30 reponden yang berasal dari 24 orang mahasiswa dan 6 orang masyarakat. Setiap responden melakukan penilaian setelah mencicipi tiga jenis mi basah yaitu mi 1 bahan baku 100 persen terigu, mi 2 kombinasi 80 persen terigu dan 20 persen MOCAF, dan mi 3 kobinasi 75 persen terigu dan 25 persen MOCAF. Data yang diperoleh dari konsumen akhir diolah dengan metode Kruskal Wallis menggunakan bantuan SPSS 16. Setelah pengolahan data diketahui bahwa atribut yang mempunyai pengaruh nyata pada mi adalah kelembutan Y4. Atribut kelembutan memiliki nilai signifikansi 0,02 kurang dari 0,05, sehingga perlu dilakukan uji lanjut. Hasil uji Kruskal Wallis dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Test Statistics terhadap konsumen akhir mi basah Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Chi-Square .201 .154 5.287 12.328 3.467 Df 2 2 2 2 2 Asymp. Sig. .904 .926 .071 .002 .177 Setelah dilakukan uji lanjut terhadap kelembutan Y4 dengan menggunakan uji t diperoleh bahwa kelembutan mi 1 dengan mi 2 berbeda nyata karena memiliki nilai signifikansi 0,000 kurang dari 0,05. Sedangkan mi 1 dengan mi 3 berbeda nyata karena memiliki nilai signifikansi 0,007 kurang dari 0,05 serta mi 2 dengan mi 3 tidak berbeda karena memiliki nilai signifikansi 0,599 lebih besar dari 0,05. Perbandingan atribut mi basah pada kombinasi MOCAF dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Perbandingan atribut mi basah konsumen akhir Mi 1 Mi 2 Mi 3 Mi 1 Mi 2 Rasa, aroma, kekenyalan, kelembutan, warna Mi 3 Rasa, aroma, kekenyalan, kelembutan , warna Rasa, aroma, kekenyalan, kelembutan, warna

4.7. Implikasi Manajerial