Sejarah Singkat Perusahaan Penerimaan Produsen dan Preferensi Konsumen terhadap Penggunaan MOCAF sebagai Campuran Bahan Baku Mi Basah (Studi Kasus pada CV Taruna di Bogor)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sejarah Singkat Perusahaan

Taruna merupakan sebuah CV yang didirikan oleh Bapak Wen Juendi pada tahun 1975 yang berlokasi di Pancasan Baru RT 04 RW 12 kelurahan Pasir Jaya, Bogor. Perusahaan mempunyai omset Rp 228.000.000 per tahun dan 18 orang pekerja pada tahun 2010, sehingga masih tergolong ke dalam usaha kecil. Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 yaitu memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000 satu miliar rupiah, milik warga negara Indonesia, berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar. Pada awal berdirinya, Taruna merupakan usaha yang hanya memproduksi mi sagu atau dikenal masyarakat dengan nama mi glosor yang merupakan makanan khas Jawa Barat. Namun selama 20 tahun perusahaan ini tidak berproduksi namun pada tahun 1998 mulai berproduksi kembali dibawah pimpinan anak Bapak Wen yang bernama Bapak Eman Sula Eman. Perusahaan ini kembali berproduksi karena tuntutan kebutuhan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Proses produksi pada awalnya hanya dilakukan oleh Bapak Wen sendiri. Namun semenjak 1998 perusahaan telah mempekerjakan tujuh orang karyawan untuk membantu proses produksi mi basah dan telah mampu membeli bangunan sebagai pabrik tempat berproduksi serta mobil untuk mengantar pesanan pelanggan pada tahun 2007. Seiring dengan perkembangan perusahaan, mulai berdatangan permintaan untuk mi basah yang berbahan baku tepung terigu, sehingga perusahaan juga memproduksi mi terigu basah. Dalam menjalankan usaha terdapat beberapa kendala yang dialami oleh perusahaan yaitu dalam hal pesaing. Perusahaan ini mempunyai beberapa pesaing utama diantaranya perusahaan mi basah lain di Sukabumi dan Bandung karena mereka menetapkan harga yang lebih rendah. Kesulitan lain yaitu keterbatasan dana untuk mengembangkan usaha dengan membuka kios sendiri. Disamping itu, perusahaan juga mengalami kesulitan untuk memenuhi permintaan pelanggan yang meningkat terutama pada saat hari raya yang meningkat hingga dua kali lipat, sedangkan sumberdaya yang dimiliki kurang mencukupi pada saat hari raya, sehingga harus membeli dari pabrik pesaing di Sukabumi atau Bandung.

4.2. Tujuan dan Struktur Organisasi Perusahaan