mereka menetapkan harga yang lebih rendah. Kesulitan lain yaitu keterbatasan dana untuk mengembangkan usaha dengan membuka kios sendiri.
Disamping itu, perusahaan juga mengalami kesulitan untuk memenuhi permintaan pelanggan yang meningkat terutama pada saat hari raya yang
meningkat hingga dua kali lipat, sedangkan sumberdaya yang dimiliki kurang mencukupi pada saat hari raya, sehingga harus membeli dari pabrik pesaing di
Sukabumi atau Bandung.
4.2. Tujuan dan Struktur Organisasi Perusahaan
Tujuan awal dari CV Taruna ini adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarga serta membuka lapangan pekerjaan yang berasal dari keluarga mereka
sendiri. Namun, seiring berkembangnya usaha yang mereka jalankan, tujuan perusahaan juga untuk mengembangkan inovasi agar usaha lebih maju dan
berkembang serta dapat bersaing di pasaran. Perusahaan bersedia untuk diliput acara televisi yang ingin mengetahui proses produksi serta para dosen dan
mahasiswa yang ingin melakukan penelitian di pabrik ini. Saat ini, Taruna memiliki 18 orang karyawan tetap termasuk pemilik usaha.
Taruna tidak memiliki struktur organisasi formal, sehingga struktur organisasi masih tergolong sederhana. Gambaran struktur organisasi CV Taruna dapat dilihat
pada Gambar 5.
Gambar 5. Struktur organisasi CV Taruna
Proses produksi diawasi langsung oleh Bapak Eman sedangkan produksi mi glosor dilakukan 10 orang pekerja, dan empat orang pekerja untuk produksi mi
terigu, serta tenaga pemasar dan promosi yang berjumlah tiga orang. Semua Pemilik CV Taruna
Tenaga Kerja Produksi 14 orang
Tenaga Kerja Pemasaran 3 orang
Pekerja Produksi Mi Sagu 10 orang
Pekerja Produksi Mi Terigu 4 orang
keputusan dan kebijakan usaha berada di tangan pemilik. Semua kegiatan produksi dan pemasaran yang dilakukan ditangani langsung oleh pemilik.
4.3. Kegiatan Perusahaan 4.3.1. Kegiatan Produksi
Perusahaan memproduksi dua jenis mi basah, yaitu mi yang berbahan dasar sagu dan terigu, dengan jumlah permintaan yang berbeda-beda.
4.3.1.1. Produksi Mi Terigu
Pabrik Taruna rutin memproduksi rata-rata 30 bal satu bal sama dengan 25 kg mi terigu setiap harinya. Perbandingan tepung yang digunakan untuk
produksi dengan jumlah mi terigu yang dihasilkan adalah satu banding dua dalam kg. Jenis mi terigu yang dipesan ada beberapa jenis, yaitu berdasarkan bentuknya
adalah mi gepeng dan mi bulat sedangkan berdasarkan warna adalah mi tanpa warna dan yang berwarna. Permintaan terhadap mi yang diberi warna lebih tinggi.
Untuk menunjang proses produksi dibutuhkan beberapa peralatan penting seperti mesin pengaduk, mesin pencetak, tungku pemasak, wajan, sendok
pengaduk, tirisan, kipas angin, wajan minyak kacang, timbangan, serta meja pendinginan dan pengemasan.
Bahan yang digunakan dalam produksi mi terigu yaitu tepung terigu, air, tawas, pengenyal, air abu, soda asap, pewarna, dan minyak kacang. Proses
produksi mi terigu tersebut terdiri dari beberapa tahapan. Tahap pertama produksi adalah pencampuran air, tawas, pengenyal, air abu, soda asap, dan pewarna, lalu
ditambahkan tepung terigu dan dilakukan pengadukan adonan dengan mesin pengaduk molen selama 15 menit. Selanjutnya adonan yang telah homogen
dimasukkan ke dalam mesin cetak. Setelah adonan tersebut dibentuk menjadi lembaran, selanjutnya mi dicetak, dan direbus selama lima menit. Mi ditiriskan
dan diberi minyak kacang agar tidak lengket, lalu didinginkan dengan menggunakan kipas angin. Proses produksi mi basah dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Diagram alir proses produksi mi terigu basah
Tepung terigu 25 kg
Tawas + Pengenyal +
soda asap + Air +
Pewarna + abu soda
Adonan homogen
Minyak kacang
Mi terigu 50 kg
Perebusan 5 menit
Pencampuran dalam molen
15 menit
Pencetakan mi dengan mesin
pencetak mi
Pengemasan Penirisan
Pencampuran
Pendinginan
4.3.1.2. Produksi Mi Sagu
Gambar 7. Diagram alir proses produksi mi sagu basah
Tawas + Air + Pewarna
Tepung sagu 5 kg +
air 6 liter
Adonan awal
Tepung sagu 20 kg
Minyak kacang
Mi sagu 100 kg
Perebusan 5 menit
Pencampuran hingga
adonan homogen
Perebusan 1 menit
Pencampuran hingga adonan
homogen
Pencetakan mi dengan pencetak
hidrolik
Pengemasan Perendaman
1 jam
Penirisan
Pencampuran
Perusahaan memproduksi rata-rata 64 bal mi sagu setiap harinya. Perbandingan tepung yang digunakan untuk produksi dengan jumlah mi sagu
yang dihasilkan adalah satu banding empat dalam kg. Jenis mi sagu yang diproduksi hanya yang berbentuk bulat dengan dua jenis warna. Perusahaan
memproduksi mi berwarna kuning dan merah kecoklatan sesuai dengan permintaan pelanggan.
Dalam proses produksi diperlukan beberapa peralatan yaitu meja tempat mengaduk adonan, alat pencetak manual, tungku pemasak, wajan, ember untuk
penyiapan adonan, ember perendaman mi, sendok pengaduk, tirisan, kipas angin, wajan minyak kacang, timbangan, serta meja pendinginan, dan pengemasan.
Proses produksi terdiri dari beberapa tahap yaitu pembuatan binder campuran air, tawas, pewarna, dan 20 persen tepung sagu yang direbus selama
lima menit hingga homogen, selanjutnya tepung sagu ditambahkan ke dalam binder sambil terus diaduk. Pengadukan dilakukan secara manual hingga
terbentuk adonan yang kalis licin. Adonan mi tersebut kemudian dicetak dan direbus selama kurang lebih satu menit. Mi dipindahkan ke dalam bak berisi air
dibiarkan selama satu jam. Mi ditiriskan dan dilimuri minyak kacang agar tidak lengket. Proses produksi mi sagu basah dapat dilihat pada Gambar 7.
4.3.2. Kegiatan Pemasaran
Promosi dilakukan untuk mendorong pembelian produk secara lebih cepat dan lebih besar. Selain itu, promosi bertujuan mengkomunikasikan produk kepada
masyarakat agar lebih dikenal. Kegiatan promosi dilakukan dengan memajang produk di tempat penjual atau distributor di pasar dengan memberikan sampel dari
produk. Perusahaan mempunyai tiga orang tenaga pemasar yang sekaligus menjadi pengantar pesanan mi basah.
CV Taruna hanya melakukan kegiatan penjualan di pabrik saja dengan mengantarkan pesanan kepada pedagang. Perusahaan memiliki 20 orang
pelanggan. Pelanggan merupakan distributor yang menjual mi basah kepada pengecer. Mereka melakukan pemesanan mi basah setiap harinya. Selanjutnya, mi
basah dijual kepada pedagang pengecer seperti pedagang bakso, soto bogor, dan pedagang makanan olahan mi basah lainnya. Pengecer kemudian menjualnya
kepada konsumen akhir yang mengkonsumsi makanan siap santap. Alur kegiatan pemasaran CV Taruna dapat dilihat pada Gambar 8.
Pedagang
Gambar 8. Diagram alur kegiatan pemasaran CV Taruna 4.4. Karakteristik
Responden
Responden terdiri dari produsen mi basah, pedagang, dan konsumen. Produsen yang menjadi responden yakni pengusaha mi basah. Sedangkan
pedagang mi basah yang menjadi responden pada penelitian merupakan distributor mi yang menjual mi kepada pengecer. Distributor terdiri dari 20 orang.
Distributor tersebar di beberapa lokasi berbeda yaitu di Pasar Leuwiliang, Pasar Ciampea, Pasar Bogor, Pasar Anyar, Pasar Cumpok, Pasar Ciawi, Cisarua, dan
Caringin. Sementara, konsumen yang menjadi responden terdiri dari 30 orang.
4.4.1.Produsen
Pengusaha mi basah bernama Bapak Eman Sula Eman, berusia 39 tahun. Beralamat di Pancasan Baru RT 01 RW 12 Kelurahan Pasir Jaya, Bogor.
Sedangkan pabrik mi basah berlokasi di tempat yang berbeda yaitu di RT 04 RW 12 Kelurahan Pasir Jaya, Bogor.
4.4.2.Distributor
Distributor perusahaan untuk mi terigu terdiri dari 20 orang yang dilakukan dua kali penilaian dengan dua kali percobaan produksi mi basah. Tidak semua
pengisian kuesioner tahap kedua dilakukan oleh distributor yang melakukan pengisian kuesioner pada tahap pertama percobaan. Karakteristik distributor
berdasarkan usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 6.
Perusahaan Produsen
Distributor Pengecer
Konsumen
Tabel 6. Karakteristik distributor pabrik mi basah
Usia Tahun Jenis Kelamin
Jumlah Wanita
Pria 17-22 0
1 1
23-28 1 3
4 29-34 2
1 3
35-40 0 2
2 41-46 1
6 7
47-52 0 53-58 2
1 3
Jumlah 6 14
20 Distributor mi basah tersebar dibeberapa lokasi yaitu di Pasar Leuwiliang,
Pasar Ciampea, Pasar Bogor, Pasar Anyar, Pasar Cumpok, Pasar Ciawi, Cisarua dan Caringin. Distributor pada masing-masing daerah mempunyai kriteria yang
berbeda dalam memilih mi untuk mereka jual yaitu warna, tekstur, dan kelembutan. Semua distributor lebih menyukai tekstur yang kasar dan keras
sebagai tanda bahwa mi tahan lebih lama dibandingkan dengan mi yang dengan tekstur lembut.
4.4.3.Konsumen Akhir
Konsumen akhir terdiri dari 30 orang yaitu 15 orang wanita dan 15 orang pria. Semua responden 100 persen menyukai makanan olahan dari mi basah.
Responden melakukan penilaian terhadap mi basah yang telah diolah lebih lanjut menjadi mi goreng. Karakteristik konsumen dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 7.
Tabel 7. Karakteristik konsumen akhir mi basah
Usia Tahun Jenis Kelamin
Jumlah Wanita
Pria 17-22 12
10 22
23-28 3 5
8 Jumlah 15
15 30
Setelah pengolahan data konsumen akhir dapat diketahui frekuensi responden dalam mengkonsumsi mi basah sebagai makanan yang disukai, dapat
dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Frekuensi konsumsi mi basah
Jenis Kelamin Frekuensi
Jumlah 1 2
3 4
Wanita 4
5 2
4 15
Pria 2 5
6 2
15 Jumlah 6
10 8
6 30
Sedangkan data mengenai waktu mengkonsumsi mi basah oleh konsumen dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 . Waktu konsumsi mi basah
Pagi Siang
Sore Malam
Jumlah Wanita 2 9 3 1
15 Pria
1 7 1 6 15
Jumlah 3 16 4 7 30 Diketahui bahwa 50 persen responden pernah mendengar MOCAF namun
50 persennya mengaku belum pernah mendengar MOCAF. Sebanyak 26 orang responden 86,67 persen tertarik untuk mengkonsumsi mi yang menggunakan
bahan baku campuran MOCAF dengan terigu, sedangkan empat orang responden 13,33persen tidak tertarik untuk mengkonsumsinya.
4.5. Analisis Teknis dan Finansial 4.5.1.Penerimaan Teknis
Percobaan dilakukan dengan bantuan tiga pekerja sesuai pembagian kerjanya. Satu pekerja bertanggung jawab dalam proses pembuatan, pengadukan
adonan, dan pencetakan mi. Satu pekerja merebus mi sementara satu orang pekerja lagi memberi minyak kacang pada mi yang telah direbus. Pada tahap
selanjutnya mi didinginkan menggunakan kipas angin. Secara teknis, proses produksi mi tersebut memiliki tingkat dan jenis kesulitan yang berbeda untuk tiap
campuran MOCAF, dapat dilihat pada Gambar 9. Tabel pada Lampiran 14
Gambar 9. Tingkat kesulitan pada produksi mi basah
Semua jenis mi yang diproduksi diberi perlakuan sama melalui proses produksi dan waktu yang sama. Perbedaan masing-masing percobaan adalah
dalam persentase penggunaan jumlah tepung terigu dan MOCAF serta jumlah campuran, air dan air abu. Penggunaan air yang lebih banyak pada adonan mi 20
persen MOCAF dan 25 persen MOCAF karena adonan yang dirasa sangat kering. Sedangkan pada campuran pengenyal, tawas dan soda asap yang digunakan
mengalami pengurangan jumlah. Namun jumlah air abu yang digunakan mengalami kenaikan untuk dapat menghasilkan tekstur mi yang lebih keras dan
tidak lembek. Perubahan jumlah bahan yang digunakan secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 10.
25 persen MOCAF
15 persen MOCAF
10 persen MOCAF
20 persen MOCAF
Sama Sama
Sedikit lebih
sulit
Tidak terdapat kesulitan
- pengadukan dengan bantuan tangan - lembaran tidak mulusada retakan
- harus dipindah pelan-pelan untuk
dicetak jadi mi - warna kurang rata
- sedikit lengket
Sedikit lebih
sulit
Tidak terdapat kesulitan
- pengadukan dengan bantuan tangan - lembaran tidak mulusada retakan
- harus dipindah pelan-pelan untuk
dicetak menjadi mi - warna kurang rata
- sedikit lengket
Tabel 10. Perubahan komposisi bahan tambahan
Jenis Mi Satuan
Air Campuran Air Abu
Mi 1100 terigu Liter
1,36 0,360
0,14 Mi 2 80 terigu,
20 MOCAF Liter
1,36+0,15 = 1,51 0,150
0,40
Mi 3 75 terigu, 25 MOCAF
Liter 1,36+0,15 = 1,51
0,230 0,40
Ket : Campuran tawas, pengenyal, dan soda asap Hasil wawancara yang diperoleh, produsen mi basah mengalami kesulitan
dalam mempersiapkan adonan karena penakaran yang berbeda dari komposisi bahan yang biasa dilakukan. Hal ini menyebabkan persiapan bahan sedikit lebih
sulit. Sedangkan dalam proses produksi terdapat kesulitan pada pengadukan bahan karena melakukan percobaan dengan jumlah bahan-bahan yang berbeda
menyebabkan pengadukan adonan lebih lama. Dengan jumlah tepung yang digunakan saat percobaan sedikit yakni lima kg dibandingkan kapasitas mesin
pengaduk 25 kg, sehingga perlu bantuan pengadukan manual dengan tangan agar adonan rata.
Produsen mengaku tertarik untuk menggunakan tepung MOCAF yang belum dijual di pasar tradisional. Produsen kurang sesuai dengan harga MOCAF
yang lebih mahal dari harga tepung terigu yang biasa digunakan, serta kualitas mi basah yang dihasilkan dengan kombinasi MOCAF tidak sebagus mi terigu 100
persen.
4.5.2.Analisis Benefit Cost Ratio
Penggunaan campuran MOCAF pada produksi mi basah menyebabkan perubahan biaya yang dikeluarkan untuk beberapa bahan yang digunakan.
Perubahan pada bahan baku tepung terigu, MOCAF, campuran pengenyal, tawas, dan soda asap menyebabkan perubahan pada biaya produksi mi. Perubahan
jumlah air yang merupakan air ledeng tidak menyebabkan perubahan signifikan pada biaya produksi dikarenakan kapasitas produksi yang kecil dan hanya dua kali
percobaan.
Diketahui bahwa dengan peningkatan persentase penggunaan tepung MOCAF menimbulkan peningkatan biaya, namun terdapat pula penurunan biaya
disebabkan penurunan jumlah penggunaan bahan tambahan lain yaitu campuran tawas, pengenyal dan soda asap. Setelah dilakukan perhitungan nilai Benefit Cost
Ratio maka dapat diketahui bahwa nilai BC mi 1 sebesar 1,3144, BC mi 2 sebesar 1,3019 dan BC mi 3 sebesar 1,2832. Karena nilai BC mi 2 dan mi 3
lebih kecil dari BC mi 1 maka usaha ini belum dapat dipilih untuk dijalankan. Dari hasil perhitungan labarugi menunjukkan bahwa perubahan biaya
produksi yang terjadi pada produksi mi kombinasi MOCAF dapat mengurangi keuntungan dan menyebabkan kerugian bagi produsen mi basah. Setelah
penghitungan biaya produksi masing-masing mi diketahui bahwa biaya produksi mi 1 sebesar Rp. 3.432,70, sedangkan mi 2 sebesar Rp. 3.456,20, dan mi 3 sebesar
Rp. 3.506,90. Rincian perubahan biaya produksi pada proses produksi dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 . Analisis Benefit Cost Ratio pada mi basah
Akun Satuan Terigu
100 MOCAF
Terigu 80
MOCAF 20
Terigu 75
MOCAF 25
Tepung Terigu Cap Payung Rp
25.000 20.000
18.750 Tepung MOCAF
Rp 6.000
7.500 Bahan Bakar
Rp 2.466,67
2.466,67 2.466,67
Campuran Bumbu Rp
1.156,20 481,75
738,70 Pewarna Rp
220 220
220 Minyak Kacang
Rp 3.150
3.150 3.150
Air + Listrik Rp
444 444
444 Biaya tenaga kerja
Rp 1.800
1.800 1.800
Total biaya Rp
34.237 34.562
35.069 Marjin Rpkg
1.076 1.044
993 Biaya produksi
Rpkg 3.423,7
3.456,2 3.506,9
Harga jual mi Rpkg
4.500 4.500
4.500 Total perolehan
Rp 45.000
45.000 45.000
Benefit Cost = BC 1,3144
1,3019 1,2832
Dari analisis rabarugi dapat disimpulkan bahwa penggunaan kombinasi MOCAF untuk membuat mi basah belum dapat dipilih karena akan menyebabkan
kerugian dikarenakan harga tepung terigu Cap Payung Rp 5000 yang digunakan
untuk produksi biasanya jauh lebih murah daripada harga tepung MOCAF Rp 6000 ini sendiri. Sebagai perbandingan, dilakukan simulasi penghitungan biaya
produksi dan analisis Benefit Cost Ratio untuk pengguna jenis tepung terigu lain. Terigu yang digunakan untuk simulasi adalah terigu dengan harga lebih mahal
daripada terigu Cap Payung, seperti terigu Cakra Kembar, Segitiga Biru, dan Lencana Merah.
Apabila menggunakan terigu Cakra Kembar dengan harga pasar Rp7.500kg, maka penggunaan kombinasi MOCAF dapat menurunkan biaya
produksi dan meningkatkan marjin. Berdasarkan analisis Benefit Cost Ratio diketahui bahwa penggunaan kombinasi MOCAF meningkatkan nilai Ratio BC,
sehingga dapat dikatakan bahwa kombinasi MOCAF secara finansial dapat dipilih untuk membuat mi basah, dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Analisis Benefit Cost Ratio pengguna terigu Cakra Kembar
Satuan Terigu
100 Terigu 80
MOCAF 20
Terigu 75 MOCAF
25 Biaya total produksi
Rp 5 kg 46.737
44.562 44.444
Biaya produksi Rp kg
4.673,70 4.456,20
4.444,40 Marjin Rp
kg -174
44 56
Ratio BC 0,9628
1,0098 1,125
Apabila menggunakan terigu Segitiga Biru dengan harga Rp 7.000kg, maka penggunaan kombinasi 20 persen MOCAF dapat menurunkan biaya produksi dan
meningkatkan marjin, namun biaya produksi meningkat pada penggunaan 25 persen MOCAF. Berdasarkan analisis Benefit Cost Ratio diketahui bahwa
penggunaan kombinasi MOCAF dan terigu Segitiga Biru meningkatkan nilai Ratio BC, sehingga secara finansial kombinasi MOCAF dapat dipilih untuk
membuat mi basah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Analisis Benefit Cost Ratio pengguna terigu Segitiga Biru
Satuan Terigu
100 Terigu 80
MOCAF 20 Terigu 75
MOCAF 25 Biaya total produksi
Rp 5 kg 44.237
42.562 42.569
Biaya per kg Rp kg
4.423,70 4.256,20
4.256,90 Marjin Rp
76 244
243 Ratio BC
1,0173 1,0573
1,0571 Apabila menggunakan terigu Lencana Merah dengan harga Rp 5.500kg,
maka penggunaan kombinasi 20 persen MOCAF dan terigu Lencana Merah mampu menurunkan biaya produksi dan meningkatkan marjin, namun biaya
produksi meningkat pada penggunaan 25 persen MOCAF. Berdasarkan analisis Benefit Cost Ratio
diketahui bahwa penggunaan kombinasi 20 persen MOCAF meningkatkan nilai Ratio BC, namun pada kombinasi 25 persen nilai BC lebih
kecil dari penggunaan terigu 100 persen pada produksi mi basah, sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan kombinasi 20 persen MOCAF dan 80 persen terigu
Lencana Merah dapat dipilih untuk membuat mi basah, namun kombinasi 25 persen MOCAF belum dapat dipilih. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel
14.
Tabel 14. Analisis Benefit Cost Ratio pengguna terigu Lencana Merah
Satuan Terigu
100 Terigu 80
MOCAF 20 Terigu 75
MOCAF 25 Biaya total produksi
Rp 5 kg 36.737
36.562 36.944
Biaya per kg Rp kg
3.673,70 3.656,20
3.694,40 Marjin Rp
826 844
806 Ratio BC
1,2249 1,2308
1,218 Perbandingan biaya produksi mi basah dengan penggunaan empat jenis
terigu digambarkan pada grafik. Untuk lebih jelasnya, perbandingan biaya produksi mi dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Perbandingan biaya produksi mi basah per kg
Setelah dilakukan penghitungan biaya produksi dan analisis BC ratio diperoleh bahwa apabila menggunakan tepung terigu yang lebih mahal, yaitu
tepung terigu Cakra Kembar, Segitiga Biru, dan Lencana Merah. Dengan harga MOCAF Rp 6000kg, jika dikombinasikan dengan tepung terigu Cakra Kembar
seharga Rp 7.500kg dapat menurunkan biaya produksi dan meningkatkan nilai BC Ratio. Jika MOCAF dikombinasikan dengan tepung terigu Segitiga Biru
seharga Rp 7.000kg juga dapat menurunkan biaya produksi dan meningkatkan BC Ratio.
Selanjutnya, jika MOCAF dikombinasikan dengan tepung terigu Lencana Merah seharga Rp 5.500kg dapat menurunkan biaya produksi pada kombinasi 20
persen dan meningkatkan BC Ratio, akan tetapi terjadi peningkatan biaya produksi pada kombinasi 25 persen dan penurunan BC Ratio. Bagi pengguna
terigu Cap Payung seharga Rp. 5.000, kombinasi meningkatkan biaya produksi dan menurunkan BC Ratio, sehingga belum dapat dipilih.
4.6. Preferensi Konsumen dan Konsumen