pengadopsi awal yang potensial, terutama mereka yang menjadi pemimpin opini Kotler dan Amstrong, 2008.
Sesuai dengan pemikiran Kotler dan Amstrong, dalam proses difusi inovasi terdapat pengaruh karakteristik produk pada tingkat adopsi, yaitu 1 keunggulan
relatif, tingkat di mana inovasi tampak mengungguli produk yang ada, 2
kesesuaian, tingkat di mana inovasi memenuhi nilai dan pengalaman konsumen potensial, 3 kompleksitas, tingkat di mana inovasi sulit dipahami atau
digunakan, 4 dapat dibagi, tingkat dimana inovasi dapat dicoba pada basis terbatas, 5 kemampuan komunikasi, tingkat dimana hasil penggunaan inovasi
dapat diteliti atau digambarkan orang lain.
2.7. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang tepung MOCAF ini masih belum banyak dilakukan dari segi manajemen, khususnya dari segi keuangannya. Sedangkan dari segi teknologi
pangan telah banyak dilakukan penelitian, khususnya dari kandungan gizinya. Berdasarkan penelitian sebelumnya, produk-produk makanan yang dibuat dengan
bahan baku 100 persen MOCAF mempunyai karakteristik yang tidak jauh beda dengan produk yang dibuat menggunakan tepung terigu berprotein rendah pastry
flour .
Selain itu, hasil uji coba yang telah dilakukan dengan mensubstitusi MOCAF terhadap tepung terigu menunjukkan bahwa MOCAF dapat mensubsti-
tusi tepung terigu hingga tingkat substitusi 15 persen pada produk mi instan, dan hingga 25 persen untuk mi bermutu rendah baik dari segi mutu fisik maupun
organoleptik Subagio, 2008. Secara teknis pun, proses pembuatan mi tidak mengalami kendala yang berarti jika MOCAF digunakan sebagai bahan
pencampur produk berbahan baku terigu. Panikulata 2008 dalam penelitiannya yang berjudul “Potensi Modified
Cassava Flour MOCAF sebagai Subtituen Tepung Terigu pada Produk Kacang
Telur”. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik MOCAF dan terigu sebagai bahan baku pembuat kulit kacang telur dan menentukan tingkat
substitusi MOCAF terhadap tepung terigu yang dapat diaplikasikan pada formula kacang telur, sehingga dapat diterima baik oleh konsumen. Berdasarkan hasil
penelitian, karakteristik bahan baku yang mempengaruhi tekstur kacang telur adalah kadar protein, lemak, kadar amilosa dan amilopektin. MOCAF memiliki
kandungan protein yang sangat rendah bila dibandingkan dengan terigu. Kandungan protein MOCAF sebesar 0,53 persen sedangkan terigu sebesar 0,79
persen. Semakin tinggi kandungan protein dalam suatu bahan akan menyebabkan semakin keras tekstur produk yang dihasilkan. Maka, kacang telur yang
disubstitusi dengan MOCAF akan menhasilkan tekstur yang tidak terlalu keras dan dapat diterima baik oleh konsumen dengan skor penerimaan minimum
sebesar 3,50. Semakin tinggi tingkat substitusi MOCAF terhadap terigu pada formulasi kacang telur, akan menghasilkan tekstur produk yang masir, karena
MOCAF memiliki kandungan amilosa yang tinggi dibandingkan terigu dan kadar lemak yang rendah. Kadar amilosa MOCAF sebesar 34,75 persen dan kadar
lemak sebesar 0,54 persen sedangkan terigu memiliki kadar amilosa sebesar 29,78 persen dengan kadar lemak sebesar 1,03 persen. Selain itu, tekstur juga
dipengaruhi oleh kandungan amilopektin. Semakin tinggi kandungan amilopektin suatu bahan maka semakin tinggi daya kembang produk. MOCAF memiliki
kandungan amilopektin yang lebih tinggi dari terigu, yaitu sebesar 39,55 persen dan terigu sebesar 33,74 persen. Daya kembang MOCAF lebih tinggi daripada
terigu. Berdasarkan analisis struktur secara subjektif, substitusi MOCAF dapat diterima baik oleh konsumen sampai tingkat substitusi 25 persen dengan
perolehan skor preferensi konsumen sebesar 3,56. Hasil analisis tekstur menggunakan Texture Analiser juga menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
substitusi MOCAF terhadap terigu, maka tekstur kacang telur semakin renyah, sehingga nilai crispness yang terbaca oleh Texture Analiser semakin tinggi
sedangkan gaya yang terbaca akan semakin rendah. Semakin rendah gaya yang dibutuhkan, menunjukkan bahwa semakin banyak rongga udara yang terdapat di
dalam produk kacang telur. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat substitusi, maka akan menghasilkan tekstur produk yang semakin renyah.
Damanik 2010 dalam penelitiannya yang berjudul “Akseptasi Teknis, Finansial dan Preferensi Konsumen terhadap Substitusi Sebagai Bahan Baku Roti
dan Pizza dengan Menggunakan MOCAF”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah MOCAF dapat dijadikan sebagai kombinasi bahan baku
Menganalisis apakah MOCAF dapat dijadikan sebagai kombinasi bahan baku pada pizza dan roti manis, menganalisis apakah terdapat perbedaan proses
produksi pada pizza dan roti manis, yang menggunakan bahan baku terigu 100 persen dengan bahan baku kombinasi MOCAF, menganalisis apakah MOCAF
mampu menurunkan biaya produksi pizza dan roti manis, menganalisis respons konsumen terhadap pizza dan roti manis yang menggunakan bahan baku
kombinasi. Berdasarkan hasil penelitian, proses produksi pada pizza dan roti manis yang memiliki kandungan MOCAF membutuhkan tambahan waktu 3-5
menit disebabkan karena MOCAF lebih lama mengembang, sehingga mengakibatkan adanya penambahan biaya produksi pada pemakaian gas. Nilai
Benefit Cost Ratio terhadap roti manis meningkat dari 1,3283 menjadi 1,324.
Demikian juga dengan pizza, nilai Benefit Cost Ratio nya meningkat dari 1,7591 menjadi 1,7672. Karena nilai Benefit Cost Ratio terhadap roti manis dan pizza
meningkat, maka kombinasi 20 persen MOCAF dan 80 persen terigu dapat diterima. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa semakin tinggi persen
kandungan MOCAF, semakin mampu menurunkan total biaya produksi. MOCAF dapat dikombinasikan dengan tepung terigu sebagai bahan baku pizza dan roti
manis. Pada kombinasi 20 persen MOCAF dan 80 persen terigu, responden tidak dapat menemukan adanya perbedaan baik dari variabel, rasa, aroma, kelembutan,
kekenyalan, manfaat yang dirasakan, dan warna pada pizza dan roti manis.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian