BAB VI RELASI GENDER DALAM PEMBAGIAN KERJA
6.1 Relasi Gender dalam Pembagian Kerja
Relasi gender dalam pembagian kerja untuk penelitian ini didekati dari profil kegiatan laki-laki dan perempuan berdasarkan curahan waktu dan tenaga
kerja di keluarga responden dalam satu bulan. Perbandingan pembagian kerja berdasarkan rataan curahan waktu per bulan disajikan dalam Tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7. Relasi Gender dalam Pembagian Kerja di Keluarga untuk Kerja Reproduktif dan Produktif
Aktivitas Rataan Jam per Bulan
Total Rataan Jam
L P
Reproduktif
Menyiapkan makanan Mencuci pakaian
Menyetrika pakaian Membersihkan rumah
Belanja kebutuhan rumah tangga
Produktif
Kegiatan usaha sendiri -
Jualan pulsa Bekerja di luar rumah
2,50 -
- -
2,83
0,11 192
66,34 63,58
75,90 60,52
9,82
2,69 192
68,84 63,58
75,90 60,52
12,65
2,8 384
Total Rataan Jam 197,44
470,85 668,29
6.1.1 Reproduktif
Pembagian kerja dalam keluarga maupun komunitas dapat dilihat dari profil kegiatan laki-laki dan perempuan. Berdasarkan konsep peran laki-laki dan
perempuan dalam keluarga dapat dibedakan adanya lingkup kerja reproduktif. Pembagian kerja dalam keluarga untuk kerja reproduktif adalah kegiatan yang
menjamin kelangsungan hidup manusia dan keluarga, seperti melahirkan dan mengasuh anak serta pekerjaan rumah tangga. Kerja reproduktif dalam penelitian
ini dilihat dari pembagian kerja laki-laki dan perempuan dalam menyiapkan makanan, mencuci pakaian, menyetrika pakaian, membersikan rumah dan belanja
kebutuhan rumah tangga. Pada Tabel 7 di atas terlihat bahwa kerja reproduktif lebih banyak dikerjakan oleh perempuan dan dikerjakan setiap hari kemudian
dihitung dalam rataan satuan jam per bulan diperoleh angka rataan sebesar 276,16 jam per bulan. Hal ini dikarenakan relasi gender yang ada dalam keluarga
responden selalu menempatkan perempuan pada pekerjaan rumah dan laki-laki dalam kegiatan publik, sehingga baik responden perempuan yang masih lajang
maupun sudah menikah di keluarganya selalu mendapatkan bagian untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Meskipun responden bekerja di luar rumah dengan
menjadi pekerja pabrik, tetap saja pekerjaan rumah mereka yang kerjakan. Salah satu responden perempuan yang sudah menikah menyatakan bahwa:
“Umumnya pekerjaan rumah tangga memang dikerjakan perempuan mba,meskipun perempuan itu kerja di pabrik, laki-laki kan kewajibannya hanya mencari uang
untuk menafkahi keluarga, kadang-kadang juga sih mereka bantu-bantu paling bantu untuk membeli kebutuhan rumah tangga aja” AB, 25 tahun.
Untuk responden laki-laki, meskipun secara keseluruhan mereka menyatakan tidak mengerjakan pekerjaan reproduktif, tapi beberapa responden
ada yang kadang-kadang ikut membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Pekerjaan reproduktif yang kadang-kadang dilakukan laki-laki yaitu menyiapkan makanan
dan belanja kebutuhan rumah tangga dengan rataan 5,33 jam per bulan. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh salah satu responden yang sudah menikah
menyatakan bahwa :
“Kalo pas gajian kadang-kadang saya yang suka belanja kebutuhan rumah tangga, atau berdua sama istri saya, kalo kegiatan lain istri saya yang kerjaan meskipun dia
juga kerja di pabrik mba” D, 29 tahun.
Menurut hasil penelitian Hasanudin 2009, diketahui bahwa curahan waktu kerja perempuan istri atau anak perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki
suami atau anak laki-laki. Total curahan waktu perempuan per bulan yaitu sebesar 51,15 persen dan laki-laik mencapai 48,85 persen. Curahan waktu kerja
perempuan dominan pada aktivitas reproduktif. Tingginya curahan waktu perempuan pada kegiatan reproduktif disebabkan oleh nilai budaya yang
menganggap bahwa perempuan “cocok” bekerja pada kegiatan tersebut. Menurut hasil penelitian Rohmah 2009, perempuan dominan dalam pekerjaan reproduktif
karena adanya ideologi gender yang menganggap perempuan memiliki tugas bekerja di rumah untuk mengerjakan pekerjaan domestik dan laki-laki bekerja di
sektor publik untuk menafkahi keluarga. Dengan adanya ideologi tersebut telah menempatkan perempuan sebagai pekerja reproduktif pekerjaan yang dilakukan
di dalam rumah dan laki-laki sebagai pekerja produktif jenis kerja yang dilakukan di luar rumah. Ideologi gender tersebut disosialisasikan secara terus
menerus dari generasi yang satu ke generasi yang lain terutama melalui agama, pendidikan formal, dan keluarga.
Menurut Hubeis 2010 kegiatan reproduktif pada umumnya memerlukan waktu yang lama, bersifat rutin, cenderung sama dari hari ke hari dan hampir
selalu merupakan tanggung jawab perempuan dan anak perempuan. Pekerjaan reproduktif yang dilakukan didalam rumah tangga tidak diperhitungkan sebagai
pekerjaan produktif karena tidak dibayar-unpaid work. Dengan demikian peran reproduktif dalam masyarakat dikonstruksikan merupakan tanggung jawab
perempuan atau anak perempuan.
6.1.2 Produktif