“Setau saya perusahaan memang selalu memusyawarahkanmeeting apabila ada kepentingan khusunya hak pekerja dengan Serikat Pekerja dan ketua masing-masing
departemen, tapi hasilnya nanti kita hanya tau dari perusahaan sehingga kesannya memang itu sudah keputusan perusahaan dan kita nerima aja” S, 20 tahun.
Hasil rataan skor untuk responden laki-laki menunjukkan angka sebesar 3,28 yang artinya persepsi responden laki-laki tentang pelaksanaan partisipasi
cukup baikcukup adil dan setara, sedangkan untuk responden perempuan sebesar 3,42 yang artinya persepsi responden perempuan tentang pelaksanaan partisipasi
baikadil dan setara. Perbedaan persepsi responden laki-laki dan perempuan tersebut tidak signifikan, karena di perusahaan baik responden laki-laki maupun
perempuan diperlakukan secara adil dan setara. Seluruh responden tidak terlalu dilibatkan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan peraturan kerja perusahaan.
Penentuan besarnya upah sesuai dengan UMK, kenaikan upah berkala ditentukan oleh pihak perusahaan yang dimusyawarahkan dengan perwakilan masing-masing
ketua departemen, jaminan sosial yang diberikan kepada pekerja ditentukan perusahaan, penentuan masa cuti yang diperoleh pekerja ditentukan perusahaan,
sedangkan untuk perlindungan kesehatan dan keamanan kerja untuk kecelakaan kecil biasanya teman satu pekerjaan yang menolong dan mengambilkan obat
pekerja yang terluka.
8.1.3 Persepsi Kontrol
Kontrol adalah kekuasaan yang sama bagi pekerja laki-laki dan perempuan pada peraturan kerja perusahaan. Penilaian persepsi tentang kontrol ini dilakukan
dengan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai kontrol responden pada pelaksanaan peraturan upah, jaminan sosial, masa cuti, perlindungan kesehatan
dan keselamatan kerja. Pada Tabel 12 di atas menunjukkan total rataan skor sebesar 3,09 yang artinya persepsi responden secara keseluruhan tentang kontrol
cukup baikcukup adil dan setara. Hal ini dikarenakan pekerja tidak dapat menentukan peraturan dan pelaksanaan peraturan kerja yang ada. Seluruh
pelaksanaan peraturan dilaksanakan dan diatur oleh perusahaan. Pekerja baik laki- laki maupun perempuan tidak memiliki kekuasaan untuk menentukan peraturan
dan pelaksanaannya. Senada yang dinyatakan oleh salah satu responden laki-laki yang menyatakan bahwa:
“Yah mba kita sebagai pekerja mah ga bisa nentuin pelaksanaan peraturan, apalagi nentuin peraturan perusahaan, meskipun ada Perjanjian Kerja Bersama, tetep aja
yang nentuin orang-orang yang di atas” S, 25 tahun.
Hasil rataan skor untuk responden laki-laki menunjukkan angka rataan skor sebesar 3,00 dan responden perempuan sebesar 3,18. Artinya baik responden laki-
laki maupun perempuan memiliki persepsi yang sama tentang kontrol yaitu cukup baikcukup adil dan setara. Hal ini dikarenakan seluruh responden tidak dapat
menentukan peraturan dan pelaksanaan peraturan perusahaan. Responden laki-laki maupun perempuan diperlakukan secara adil dan setara untuk tidak terlalu ikut
serta dalam kontrol pelaksanaan peraturan kerja perusahaan. Kontrol pelaksanaan peraturan perusahaan tersebut biasanya dilakukan oleh Serikat Pekerja SP saja.
8.1.4 Persepsi Manfaat
Manfaat adalah kegunaan atau keuntungan yang diperoleh pekerja dari peraturan yang berlaku dalam perusahaan. Penilaian persepsi tentang manfaat ini
dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai manfaat dari pelaksanaan peraturan upah, jaminan sosial, masa cuti, perlindungan kesehatan
dan keselamatan kerja. Pada Tabel 12 di atas menunjukkan hasil total rataan skor sebesar 4,25 yang artinya persepsi seluruh responden tentang manfaat pelaksanaan
peraturan perusahaan sangat baiksangat adil dan setara. Persepsi responden sangat baiksangat adil dan setara karena memang mereka merasakan manfaat dari
pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut dan manfaat yang mereka peroleh tidak berbeda antara responden laki-laki dan perempuan.
Hasil rataan skor masing-masing responden ternyata berbeda. Hasil rataan skor untuk responden laki-laki menunjukkan angka sebesar 4,00 yang berarti
persepsi responden laki-laki baikadil dan setara dan rataan skor untuk responden perempuan menunjukkan angka rataan sebesar 4,51 yang berarti persepsi
responden perempuan tentang manfaat sangat baiksangat adil dan setara. Perbedaan ini mungkin dikarenakan manfaat dari upah yang diterima responden
perempuan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena responden perempuan lebih banyak yang belum menikah dan tidak memiliki tanggungan
sehingga upah yang diterima hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Selain itu, perempuan yang masih lajang diwajibkan untuk tinggal di Mess dan semua
keperluan pangan ditanggung perusahaan, sedangkan untuk responden laki-laki tidak ada mess sehingga untuk kebutuhan pangan membeli sendiri. Senada dengan
yang dinyatakan oleh responden laki-laki yang menyatakan bahwa :
“Kalo pekerja perempuan enak ada Mess, mereka tinggal di sana dan semua kebutuhan pangan di tanggung oleh perusahaan, sedangkan laki-laki tidak” S, 25
tahun.
8.2 Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Persepsi Pekerja tentang Pelaksanaan Peraturan Kerja Perusahaan ditinjau dari Konsep
KKG Hubungan antara karakteristik individu jenis kelamin, usia, pengalaman
kerja, jumlah tanggungan dan status pernikahan dengan persepsi pekerja tentang pelaksanaan peraturan kerja perusahaan ditinjau dari konsep KKG akses,
partisipasi, kontrol dan manfaat dianalisis dengan menggunakan Uji Chi Square
dan Rank-Spearman. Hasil pengujian hubungan dapat terlihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Hasil Pengujian Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Persepsi Pekerja tentang Pelaksanaan Peraturan Kerja Perusahaan
ditinjau dari Konsep KKG
Karakteristik Individu Korelasi
Persepsi Akses
Partisipasi Kontrol
Manfaat Jenis Kelamin
Usia Pangalaman Kerja
Jumlah Tanggungan Status Pernikahan
χ
2
r
s
r
s
r
s
χ
2
0,402 -0,270
-0,167 -0,185
0,227 0,195
-0,094 0,010
-0,129 0,126
0,152 -0,141
0,054 -0,027
0,212 0,320
-0,137 -0,083
-0,157 0,285
Keterangan: Berhubungan nyata pada p0,05; Berhubungan sangat nyata pada p0,01; χ
2
=koefisien Chi Square; r
s
=koefisien Rank- Spearman
Pada Tabel 13 di atas terlihat bahwa ada beberapa karakteristik individu yang berhubungan dengan persepsi pekerja tentang pelaksanaan peraturan kerja
ditinjau dari konsep KKG. Karakteristik individu yang memiliki hubungan yang nyata tersebut yaitu antara jenis kelamin dengan persepsi tentang akses dan
manfaat serta antara usia dengan persepsi tentang akses. Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan “Terdapat hubungan nyata antara karakteristik
individu dengan persepsi pekerja tentang pelaksanaan peraturan kerja perusahaan ditinjau dari konsep KKG” ditolak.
8.2.1 Hubungan anatara Jenis Kelamin dengan Persepsi Pekerja tentang Pelaksanaan Peraturan Kerja Perusahaan ditinjau dari Konsep KKG
Hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi pekerja tentang pelaksanaan peraturan kerja ditinjau dari KKG diuji dengan menggunakan Uji Chi Square.
Berdasarkan Tabel 13 terlihat bahwa karakteristik individu jenis kelamin memiliki hubungan yang sangat nyata dengan persepsi tentang pelaksanaan peraturan
ditinjau dari akses dengan nilai probabilitas sig sebesar 0,001 dimana nilainya lebih kecil dari 0,01 p0,01. Hal ini dimungkinkan karena ada perbedaan akses
laki-laki dan perempuan untuk pelaksanaan peraturan upah, jaminan sosial, masa cuti, perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja.
Hasil pengujian untuk hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi pekerja tentang pelaksanaan peraturan kerja ditinjau dari partisipasi dan manfaat
menunjukkan nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 p0,05. Artinya tidak terdapat hubungan yang nyata antara jenis kelamin dengan persepsi pekerja
tentang pelaksanaan peraturan kerja ditinjau dari partisipasi dan kontrolnya. Hal ini dikarenakan seluruh pekerja baik laki-laki maupun perempuan kurang
memiliki partisipasi dan kontrol terhadap pelaksanaan peraturan kerja perusahaan. Berdasarkan hasil pengujian hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi
tentang pelaksanaan peraturan kerja ditinjau dari manfaat diperoleh nilai probabilitas sig sebesar 0,022 dimana nilainya lebih kecil dari 0,05 p0,05.
Artinya terdapat hubungan yang nyata antara jenis kelamin dengan persepsi tentang pelaksanaan peraturan kerja ditinjau dari manfaat. Pelaksanaan peraturan
kerja menurut responden laki-laki dan perempuan memberikan manfaat yang berbeda bagi pemenuhan kebutuhan masing-masing responden.
8.2.2 Hubungan antara Usia dengan Persepsi Pekerja tentang Pelaksanaan Peraturan Kerja Perusahaan ditinjau dari Konsep KKG
Hubungan antara usia dengan persepsi pekerja tentang pelaksanaan peraturan kerja ditinjau dari konsep KKG diuji dengan menggunkan uji korelasi
Rank-Spearman. Dalam penelitian ini usia dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu 19-23 tahun, 24-28 tahun dan 29-33 tahun. Berdasarkan hasil pengujian hubungan
antara usia dengan persepsi tentang peraturan kerja ditinjau dari konsep KKG hanya memiliki hubungan yang nyata dengan akses.
Pada Tabel 13 terlihat bahwa usia dengan persepsi pekerja tentang pelaksanaan peraturan kerja ditinjau dari akses memiliki hubungan yang nyata
dengan nilai probabilitas sig sebesar 0,013 dimana nilainya lebih kecil dari 0,05 p0,05. Hasil pengujian juga menunjukkan koefisien korelasi yang negatif yaitu
-0,270 yang berarti semakin bertambah usia responden, semakin kurang baik persepsinya tentang akses. Usia responden pada penelitian ini bervariasi, sehingga
memiliki persepsi yang berbeda tentang akses. Berdasarkan hasil pengujian usia dengan persepsi tentang partisipasi,
kontrol dan manfaat memiliki hubungan yang tidak nyata karena diperoleh nilai probabilitas sig lebih besar dari 0,05 p0,05. Hal ini dikarenakan baik usia
responden lebih tua maupun muda memberikan penilaian relatif sama pada persepsi tentang partisipasi, kontrol, danmanfaat untuk pelaksanaan peraturan
upah, jaminan sosial, masa cuti, perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja kerja responden.
8.2.3 Hubungan antara Pengalaman Kerja dengan Persepsi Pekerja tentang Pelaksanaan Peraturan Kerja Perusahaan ditinjau dari Konsep KKG
Hubungan karakteristik individu pengalaman kerja dengan persepsi pekerja tentang pelaksanaan peraturan kerja ditinjau dari KKG diuji dengan menggunakan
uji korelasi Rank-Spearman. Berdasarkan hasil penelitian pengalaman kerja responden dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu 0-2 tahun, 2-4 tahun dan 4-6
tahun. Berdasarkan hasil pengujian pengalaman kerja dengan persepsi pekerja tentang pelaksanaanperaturan kerja ditinjau dari akses, partisipasi, kontrol dan
manfaat memiliki hubungan yang tidak nyata karena diperoleh nilai probabilitas sig yang lebih besar dari 0,05 p0,05. Hal ini dikarenakan baik pekerja yang
memiliki pengalaman kerja yang sudah lama maupun belum memiliki pengalaman kerja memberikan penilaian yang relatif sama untuk persepsi tentang
akses, partisipasi, kontrol dan manfaat untuk pelaksanaan peraturan upah, jaminan sosial, masacuti, perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja.
8.2.4 Hubungan antara Jumlah Tanggungan dengan Persepsi Pekerja tentang Pelaksanaan Peraturan Kerja Perusahaan ditinjau dari Konsep
KKG Hubungan karakteristik individu jumlah tanggungan dengan persepsi
pekerja tentang pelaksanaan peraturan kerja ditinjau dari konsep KKG diuji dengan menggunakan uji korelasi Rank-Spearman. Jumlah tanggungan responden
dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu 0-1 orang, 2-3 orang dan 4 orang. Jumlah tanggungan diduga memiliki hubungan nyata dengan persepsi pekerja tentang
pelaksanaan peraturan kerja ditinjau dari konsep KKG. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai probabilitas sig yang lebih
besar dari 0,05 p0,05 yang berarti jumlah tanggungan tidak memiliki hubungan yang nyata dengan persepsi pekerja tentang pelaksanaan peraturan kerja baik yang
ditinjau dari akses, partisipasi, kontrol dan manfaatnya. Responden yang memiliki jumlah tanggungan banyak maupun sedikit cenderung memiliki persepsi yang
cukup baik tentang pelaksanaan peraturan ditinjau dari konsep KKG.
8.2.5 Hubungan antara Status Pernikahan dengan Persepsi Pekerja tentang Pelaksanaan Peraturan Kerja Perusahaan ditinjau dari Konsep KKG
Penelitian ini membagi status pernikahan ke dalam dua kategori yaitu menikah dan belum menikah. Hubungan status pernikahan dengan persepsi
pekerja tentang pelaksanaan peraturan kerja ditinjau dari konsep KKG diuji dengan menggunakan Uji Chi Square. Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 13
terlihat perolehan nilai probabilitas sig untuk seluruh persepsi lebih besar dari 0,05 p0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan yang nyata antara status
pernikahan dengan persepsi tentang pelaksanaan peraturan ditinjau dari konsep KKG baik untuk akses, partisipasi, kontrol dan manfaat. Responden yang sudah
menikah maupun belum menikah memberikan penilaian yang relatif cukup baik
untuk pelaksanaan peraturan kerja ditinjau dari KKG.
8.3 Hubungan antara Relasi Gender dalam Pembagian Kerja dengan Persepsi Pekerja tentang Pelaksanaan Peraturan Kerja Perusahaan
ditinjau dari Konsep KKG Hubungan antara relasi gender dalam pembagian kerja reproduktif dan
produktif dengan persepsi pekerja tentang pelaksanaan peraturan kerja perusahaan diuji dengan menggunakan uji korelasi Rank-Spearman. Hasil
pengujian hubungan tersebut tersaji pada Tabel 14 di bawah ini. Hasil pengujian hubungan antara relasi gender dalam pembagian kerja dengan persepsi pekerja
tentang pelaksanaan peraturan kerja perusahaan yang ditinjau dari konsep KKG tidak memiliki hubungan yang nyata baik untuk persepsi akses, partisipasi,
kontrol maupun manfaat. Dengan demikian hipotesis keempat yang menyatakan “Terdapat hubungan nyata antara relasi gender dalam pembagian kerja dengan
persepsi pekerja tentang pelaksanaan peraturan kerja perusahaan dan persepsi pekerja tentang pelaksanaan peraturan kerja perusahaan ditinjau dari konsep
KKG” ditolak. Tabel 14. Hasil Pengujian Hubungan antara Relasi Gender dalam Pembagian
Kerja dengan Persepsi Pekerja tentang Pelaksanaan Peraturan Kerja Perusahaan ditinjau dari Konsep KKG
Relasi Gender dalam Pembagian Kerja
Persepsi Akses
Partisipasi Kontrol
Manfaat Reproduktif
Produktif 0,103
0,125 -0,039
-0,166 0,026
-0,116 -0,037
-0,153
Reproduktif adalah kegiatan yang menjamin kelangsungan hidup manusia dan keluarga, seperti melahirkan dan mengasuh anak serta pekerjaan rumah
tangga. Kerja reproduktif dalam penelitian ini dilihat dari pembagian kerja laki- laki dan perempuan dalam menyiapkan makanan, mencuci pakaian, menyetrika
pakaian, membersikan rumah dan belanja kebutuhan rumah tangga. Perusahaan tempat bekerja responden tidak memperhatikan pekerjaan lain di luar pekerjaan
perusahaan. Sehingga perusahaan tidak memperhatikan apakah pekerja memiliki beban kerja reproduktif atau tidak. Dengan demikian perusahaan tidak
membedakan akses, partisipasi, kontrol maupun manfaat seluruh pekerja. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai probabilitas sig lebih besar
dari 0,05 p0,05 untuk persepsi akses, partisipasi, kontrol dan mafaat. Dengan demikian relasi gender dalam pembagian kerja bidang reproduktif tidak
berhubungan nyata dengan persepsi pekerja tentang pelaksanaan peraturan kerja perusahaan ditinjau dari konsep KKG.
Responden penelitian ini adalah pekerja yang bekerja dalam bidang produktif seluruhnya. Hasil pengujian hubungan antara produktif dengan persepsi
pekerja tentang pelaksanaan peraturan kerja perusahaan diperoleh nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 p0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan
yang nyata. Hal ini dikarenakan seluruh responden bekerja dalam bidang produktif sehingga tidak memiliki persepsi yang berbeda dan perusahaan tidak
membeda-bedakan akses, partispasi, kontrol dan manfaat seluruh pekerja.
BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN