2 Faktor struktural, berasal semata-mata dari stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkannya pada sistem syaraf individu.
Persepsi menurut Rakhmat 1994 salah satunya ditentukan oleh faktor personal. Faktor-faktor personal seperti karakteristik individu usia, suku bangsa, jenis
kelamin, pendidikan,
pekerjaan, pendapatan,
kepribadian, kebutuhan
interpersonal, tindak komunikasi, dan peranan individu. Menurut DeVito 1997 dalam Mulyana terdapat enam proses yang
mempengaruhi persepsi seseorang terhadap sesuatu, yaitu: 1 teori kepribadian implicit, 2 primasi-resensi, 3 aksentuasi perseptual, 4 ramalan yang
terpengaruhi dengan sendirinya, 5 konsistensi, dan 6 stereotipe. Proses-proses ini sangat mempengaruhi apa yang kita lihat dan apa yang tidak kita lihat, apa
yang kita simpulkan dan apa yang tidak kita simpulkan tentang orang lain. Proses ini membantu menjelaskan mengapa kita membuat perkiraan tertentu dan tidak
membut perkiraan yang lain tentang orang.
2.2 Kerangka Pemikiran
Relasi gender yang menitikberatkan hubungan kekuasaan dalam pembagian kerja, peran dan alokasi sumber daya dapat dilihat dari curahan waktu laki-laki
dan perempuan dalam pekerjaan reproduktif dan produktif. Kerja reproduktif merupakan pekerjaan yang dilaksanakan dengan mengerjakan pekerjaan rumah,
seperti memasak, mengurus anak, dan pekerjaan lain dalam rumah tangga. Kerja produktif merupakan pekerjaan untuk memenuhi sandang, pangan dan papan.
Kerja reproduktif dalam masyarakat dianggap lebih pantas dikerjakan oleh kaum perempuan dan kerja produktif oleh kaum laki-laki. Berkembangnya
industrialisasi di Indonesia saat ini, memberikan peluang kepada perempuan untuk dapat turut serta bekerja mencari nafkah di sektor publik kerja produksi. Akan
tetapi keterlibatan perempuan tersebut tidak mengurangi beban dan tanggung jawab perempuan dalam sektor reproduksi. Karakteristik individu seperti jenis
kelamin, usia, pengalaman kerja, jumlah tanggungan dan status pernikahan kemungkinan berhubungan dengan relasi gender dalam pembagian kerja tersebut.
Peraturan kerja secara tertulis haruslah dimiliki oleh setiap perusahaan. Peraturan kerja dibuat untuk mengatur hubungan pekerja dengan pihak
perusahaan. Pelaksanaan peraturan kerja harus dilaksanakan oleh pihak perusahaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pelaksanaan peraturan kerja
juga harus dilaksanakan secara adil dan setara untuk seluruh pekerja baik laki-laki maupun perempuan sesuai dengan konsep Kesetaraan dan Keadilan Gender
KKG. Setiap pekerja harus memiliki akses, partisipasi, kontrol dan manfaat yang sama antara pekerja laki-laki dan perempuan. Persepsi pekerja mengenai
pelaksanaan peraturan kerja tersebut penting untuk memastikan perusahaan telah memperoleh hak-haknya sebagai pekerja. Persepsi merupakan pandangan individu
untuk memberikan makna pada suatu objek. Karakteristik individu yang melekat pada pekerja dan relasi gender dalam pembagian kerja dimungkinkan
berhubungan dengan persepsi pekerja tersebut tentang pelaksanaan peraturan kerja dan pelaksanaan peraturan kerja yang ditinjau dari konsep KKG.
Adapun keterkaitan antara variabel-variabel tersebut, tersaji dalam Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Persepsi Pekerja tentang Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Pelaksanaan Peraturan Kerja
Keterangan : : alur hubungan diuji
: alur hubungan tidak diuji
Karakteristik individu •
Jenis kelamin •
Usia •
Pengalaman kerja •
Jumlah tanggungan •
Status pernikahan Persepsi tentang
pelaksanaan peraturan kerja perusahaan
• Upah
• Jaminan Sosial
• Masa Cuti
• Perlindungan
Kesehatan dan Keselamatan kerja
Rekomendasi Perbaikan peraturan kerja yang peka
gender untuk peningkatan produktivitas kerja
Relasi Gender dalam pembagian kerja:
• Reproduktif
• Produktif
Persepsi tentang pelaksanaan
peraturan perusahaan ditinjau dari KKG
• Akses
• Partisipasi
• Kontrol
• Manfaat
Informasi tentang Peraturan kerja
perusahaan dan KKG
2.3 Hipotesis Penelitian