Kebijakan Terhadap Harga Output

1. Implikasi pada anggaran pemerintah Kebijakan subsidi positif akan mengurangi anggaran pemerintah karena pemerintah harus mengeluarkan dana untuk subsidi komoditi yang bersangkutan. Kebijakan subsidi negatif atau pajak akan menambah anggaran pemerintah, karena pemerintah mendapat tambahan penerimaan dari para wajib pajak. Sedangakan, kebijakan perdagangan tidak mempunyai dampak terhadap anggaran pemerintah. 2. Tipe alternatif kebijakan Kebijakan subsidi mempunyai delapan tipe alternatif kebijakan, yaitu : a. Subsidi positif terhadap produsen barang impor. b. Subsidi negatif terhadap produsen barang impor. c. Subsidi positif terhadap produsen barang ekspor. d. Subsidi negatif terhadap produsen barang ekspor. e. Subsidi positif terhadap konsumen barang impor. f. Subsidi negatif terhadap konsumen barang impor. g. Subsidi positif terhadap konsumen barang ekspor. h. Subsidi negatif terhadap konsumen barang ekspor. Kebijakan perdagangan terdiri dari dua tipe alternatif kebijakan, yaitu : a. Hambatan terhadap barang impor. b. Hambatan terhadap barang ekspor. 3. Tingkat kemampuan penerapan. Kebijakan perdagangan hanya dapat diterapkan terhadap komoditi yang tradable atau komoditi yang diekspor dan diimpor. Sedangkan kebijakan subsidi, dapat diterapkan ke semua komoditi baik komoditi tradable maupun komoditi non tradable. Salah satu kebijakan yang banyak diterapkan pemerintah adalah kebijakan subsidi positif terhadap produsen barang impor. Pemerintah menginginkan pertumbuhan output hasil pertanian dalam negeri dan melakukan subsidi terhadap produksi komoditi tersebut dari anggaran pemerintah. Gambar 1. Subsidi Positif terhadap Produsen Barang Impor Sumber: Monke and Person, 1989 Kebijakan subsidi positif terhadap produsen barang impor akan meningkatkan transfer kepada produsen menjadi Pp lebih yang tinggi dari harga internasional Pw. Hal ini akan menyebabkan peningkatan output domestik dari Q 1 menjadi Q 2 . Konsumsi domestik tidak mengalami perubahan yaitu tetap sebesar Q 3 , karena harga yang diterima konsumen tetap sebesar Pw. Kebijakan ini menyebabkan penurunan impor dari Q 3 – Q 1 menjadi Q 3 – Q 2 . Tingkat subsidi per unit yang diterima produsen adalah Pp - Pw dan dikenakan pada tingkat produksi Q 2 . Total transfer dari pemerintah kepada produsen adalah Q 2 x Pp - PW dan diperlihatkan oleh area PpABPw. Transfer tersebut menciptakan adanya efisiensi yang hilang dalam ekonomi. Hal tersebut P B S D A C Q Q 3 Q 2 Q 1 P P P W dikarenakan pemerintah tidak memilih penggunaan sumberdaya yang langka untuk dialokasikan pada tingkat harga yang terbentuk sebesar Pw. Biaya impor untuk komoditi Q 2 – Q 1 adalah sebesar Q 1 CBQ 2 . Kebijakan subsidi oleh pemerintah akan meningkatkan produksi domestik untuk mensubstitusi jumlah impor dengan nilai sumberdaya domestik yang digunakan memproduksi sebesar Q 2 – Q 1 adalah area di bawah kurva penawaran, yaitu Q 1 CAQ 2 . Efisiensi yang hilang akibat adanya subsidi positif terhadap produsen barang impor dapat ditunjukkan dengan perbedaan antara biaya sumberdaya yang digunakan untuk meningkatkan produksi domestik Q 1 CAQ 2 dengan opportunity cost dari impor sebesar Q 1 CBQ 2 , atau area CAB.

b. Kebijakan Terhadap Harga Input

Selain kebijakan terhadap output, kebijakan pemerintah juga diterapkan pada input pupuk, pestisida, dan sebagainya baik input yang dapat diperdagangkan tradable maupun input yang tidak dapat diperdagangkan. Intervensi pemerintah pada input non tradable berupa hambatan perdagangan tidak tampak karena input tersebut hanya diproduksi dan dikonsumsi di dalam negeri. Intervensi pemerintah berupa kebijakan-kebijakan dalam perdagangan input juga akan mengubah variabel-variabel seperti halnya pada output. Gambar 2a menunjukkan adanya pajak pada input yang menyebabkan peningkatan biaya produksi sehingga pada tingkat harga output yang sama, output domestik mengalami penurunan dari Q 1 menjadi Q 2 dan kurva supply bergeser ke kiri atas. Efisiensi ekonomi yang hilang sebesar ABC, yang merupakan perbedaan output yang hiang dengan biaya produksi untuk menghasilkan output tersebut sebesar Q 2 BCQ 1 . 1. Kebijakan input tradable. Pengaruh subsidi dan pajak pada input tradable dapat ditunjukkan oleh Gambar 2. Gambar 2. Subsidi dan Pajak pada Input Tradable Sumber: Monke and Person, 1989 Gambar 2b menunjukkan dampak subsidi pada input tradable yang digunakan. Kondisi perdagangan bebas menunjukkan harga yang berlaku adalah Pw dan tingkat produksi yang dihasilkan adalah Q 1 . Adanya subsidi pada input tradable menyebabkan biaya produksi semakin rendah dan penggunaan input intensif sehingga kurva penawaran S bergeser ke kanan bawah dan produksi mengalami kenaikan dari Q 1 menjadi Q 2 . Sedangkan efisiensi yang hilang karena adanya subsidi tersebut adalah ABC yang merupakan pengaruh perbedaan antara biaya produksi setelah output meningkat yaitu Q 1 ACQ 2 dengan penerimaan output yang meningkat yaitu Q 1 ABQ 2 . P D Q P S’ S A B C S’ S A B C D P W P W Q 1 Q 2 Q 2 Q 1 Q b S + II a S - II Salah satu kebijakan input tradable yang ditetapkan pemerintah untuk industri gula adalah subsidi pupuk. Kebijakan subsidi tersebut diharapkan dapat meningkatkan produktivitas usahatani tebu dan industri gula. 2. Kebijakan Input Non Tradable Kebijakan pemerintah pada input non tradable, berupa hambatan perdagangan tidak tampak karena input non tradable hanya diproduksi dan dikonsumsi di dalam negeri. Kebijakan pemerintah dalam hal ini adalah pajak dan subsidi. Pd adalah harga domestik sebelum diberlakukan pajak dan subsidi. Pc merupakan harga di tingkat konsumen setelah diberlakukannya pajak dan subsidi. Harga di tingkat produsen setelah diberlakukannya pajak dan subsidi adalah sebesar Pp. Gambar 3. Dampak Subsidi dan Pajak pada Input Non Tradable Sumber: Monke and Pearson, 1989 Gambar 3 a menunjukkan bahwa sebelum diberlakukan pajak terhadap input, harga dan jumlah keseimbangan dari permintaan dan penawaran input non tradable berada pada Pd dan Q 1 . Harga di tingkat produsen turun menjadi Pp dan C S P P P p C S P d A B P c P d A B D E P c D P p E P p ’ Q Q a S + N a S - N Q 3 Q 2 Q 1 Q 2 Q 1