memadai, sehingga menyebabkan biaya produksi per kg gula tinggi. Rendemen yang dihasilkan PG-PG juga sangat menurun.
Rendemen gula yang dihasilkan PG-PG selama 10 tahun 1993-2004 relatif berfluktuasi dengan rata-rata mencapai 7.24 persen, jauh lebih rendah
dibandingkan 10 tahun sebelumnya 1983-1992 yang dapat mencapai 9.8 persen. Produktivitas gula yang dihasilkan PG-PG nasional selama 10 tahun terakhir
1993 – 2004 juga relatif rendah dengan rata-rata 5.12 tonha. Produksi gula yang
dihasilkan PG-PG tersebut relatif rendah dan cenderung menurun dengan rata-rata 3.3 persen per tahun. Penurunan rendemen, produktivitas dan produksi gula yang
cukup drastis terjadi pada tahun 1998, yaitu mencapai lebih dari 15 persen.
6.8.3 Kebijakan Penyesuaian Struktural
Dalam upaya peningkatan kemandirian pangan nasional, khususnya untuk komoditas gula, diperlukan kebijakan yang komprehensif yang meliputi berbagai
subsistem: on-farm maupun off-farm hulu dan hilir, agar tercapai keseimbangan kesejahteraan antara petani produsen dan konsumen. Berdasarkan analisis PAM,
analisis sensitivitas dan juga pengalaman dari beberapa Negara pengekspor gula, ada beberapa kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah guna mendorong
terjadinya perubahan struktural. Kebijakan yang dapat dilakukan mencakup :
A. Subsistem hulu:
1 Meningkatkan produktivitas lahan, melalui penggunaan bibit tebu unggul
berkualitas, teknologi kultur jaringan, serta rehabilitasipembaharuan pertanaman tebu lama melalui bongkar kepras. Kebijakan bongkar kepras
yang telah digulirkan hingga saat ini sudah tepat dan perlu dilakukan secara berkesinambungan, untuk melepas ketergantungan kita terhadap impor.
2 Pengembangan areal perkebunan tebu di Jawa diarahkan pada lahan tegalan,
sehingga tidak terjadi persaingan dengan produksi tanaman pangan. Pengembangan areal tebu sebaiknya diarahkan ke daerah lain luar Jawa
yang masih potensial. 3
Peningkatan Kredit Ketahanan Pangan KKP bagi petani tebu. Fasilitas pemerintah dalam penyediaan KKP telah banyak dinikmati petani tebu.
Selain itu, KKP juga merupakan insentif bagi petani untuk menanam tebu.
C. Subsistem Hilir:
4 Peningkatan efisiensi di hilir dapat dilakukan dengan merasionalisasi,
merehabilitasi dan memodernisasi pabrik-pabrik gula yang telah tua, atau dengan membangun pabrik baru di daerah yang potensial. Untuk itu
diperlukan kebijakan investasi baik bagi para pengusaha pabrik gula maupun petani tebu dengan memberikan kemudahan akses kepada lembaga
keuanganinvestor, dan keringanan pajak impor peralatan pabrik gula; 5
Pengembangan industri pergulaan nasional dalam kerangka pengembangan industri berbasis tebu, dimana pengembangan pabrik gula dilakukan
bersama-sama dengan pengembangan industri lainnya seperti alkohol, gula tetes dan lain-lain.
6 Penguatan kelembagaan melalui asosiasi kelompok tani tebu, tim pembina
pelaksanaan kerjasama antara pabrik gula dan petani tebu, perlu lebih memperjuangkan bargaining position petani khususnya dalam penentuan