Kerangka Pemikiran Konseptual Competitiveness Analysis of Sugarcane Farming System and Structural Adjustment of Sugar Industry in East Java

Gambar 4. Diagram Kerangka Pemikiran Konseptual Usahatani Tebu Produksi Tebu Pabrik Gula Produksi Gula Industri Gula Jawa Timur Biaya Usahatani Biaya Tataniaga Biaya Pengolahan Analisis PAM Daya Saing Dampak Kebijakan Pemerintah Analisis Sensitivitas Structural Adjustment Analisis Finansial Analisis Ekonomi Implikasi Kebijakan IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di kabupaten Situbondo, Lumajang dan Jember di Jawa Timur. Pemilihan Jawa Timur dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa sebagian besar produksi gula Indonesia bersumber dari Jawa Timur dan Kabupaten yang dipilih mewakili keberadaan PG besar dan kecil serta memiliki jumlah petani rakyat yang cukup banyak. Penelitian berlangsung dari November 2007 – Februari 2008.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang diambil terdiri dari dua jenis data yaitu data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan petani tebu, pengelola pabrik gula, peneliti P3GI, ketua APTRI, AGI, dan importir. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Kementrian Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bulog, dan Sekretariat Dewan Gula Indonesia.

4.3 Metode Pengambilan Contoh

Petani reponden di masing-masing lokasi dipilih berdasarkan jenis bibit dan jenis lahan dengan menggunakan metode purposive sampling. Pemilihan responden petani yang dipilih berdasarkan dari agroklimat lahan lahan sawah dan tegalan dan juga jenis bibit bibit bibit PC, kepras1, kepras 2 dan kepras 3. Total, ada 16 petani responden, yang 4 diantaranya juga menanam di lahan sawah dan lahan tegalan. Responden petani yang diwawancara di Situbondo total sebanyak 8 petani dan 6 petani di Jember dan 2 di Lumajang. Selain responden petani, data yang didapat dari petani responden diverifikasi oleh beberapa responden ahli diantaranya ketua APTR, peneliti P3GI, Administratur PG dan staf, untuk mendapat nilai yang umum central tendencies. Pemilihan pabrik gula dan importir gula dilakukan secara porpusive dengan pertimbangan PG yang dipilih mewakili keadaan umum PG besar dan kecil. PG besar yang dipilih yaitu PG Semboro yang memliki kapasitas giling 4 500 ton tebu per hari tth dan PG kecil diwakili oleh PG Wringin Anom dengan kapasitas giling 1 100 tth. Pemilihan kedua PG tersebut juga didasarikan oleh PG yang masih menggiling tebunya sehingga dapat diamati proses penggilingan tebunya. Pelabuhan yang dijadikan acuan adalah pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.

4.4 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Policy Analysis Matrix PAM untuk menganalisis efisiensi ekonomi dan besarnya intervensi pemerintah serta dampaknya pada usahatani tebu, pengolahan tebu dan pemasaran tebu dan gula secara keseluruhan dengan sistematis. Analisis daya saing komparatif didapatkan dari perhitungan Rasio Sumberdaya Domestik DRC, sedangkan keunggulan kompetitif didapat dari perhitungan Rasio Biaya Privat PCR. Setelah analisis PAM dilakukan maka akan terlihat dari usahatani tebu yang sebaiknya dilakukan structural adjusment. 4.4.1. Policy Analysis Matrix PAM Model atau kerangka analisis ekonomi yang lebih lengkap untuk menganalisis keadaan ekonomi dari pemilik ditinjau dari sudut usaha swasta private profit dan sekaligus memberi ukuran tingkat efisiensi ekonomi usaha atau keuntungan sosial social profit adalah dengan menggunakan model Matriks Analisis Kebijakan Policy Analysis Matrix, PAM. Menurut Monke dan Pearson 1989, model PAM dapat memberikan pemahaman lebih lengkap dan konsisten terhadap semua pengaruh kebijakan dan kegagalan pasar pada penerimaan revenue, biaya-biaya costs, dan keuntungan profit dalam produksi sektor pertanian secara luas. Asumsi yang digunakan dalam analisis PAM adalah: 1. Harga pasar adalah harga yang benar-benar diterima petani yang di dalamnya terdapat kebijakan pemerintah distorsi pasar. 2. Harga bayangan adalah harga pada kondisi pasar persaingan sempurna yang mewakili biaya imbangan sosial yang sesungguhnya. Pada komoditas tradable , harga bayangan adalah harga yang terjadi di pasar dunia. 3. Output bersifat tradable, sedangkan input dapat dipisah berdasarkan faktor asing dan faktor domestik. 4. Eksternalitas diasumsikan tidak ada. Menurut Monke and Pearson 1989, kontruksi model PAM disajikan pada Tabel 3. Terdapat tiga isu yang menyangkut prinsip-prinsip yang dapat ditelaah dengan model PAM, yaitu : 1. Dampak kebijakan terhadap daya saing competitiveness dan tingkat profitability pada tingkat usahatani. 2. Pengaruh kebijakan investasi pada tingkat efesiensi ekonomi dan keunggulan komparatif comparative advantage. 3. Pengaruh kebijakan penelitian pertanian pada perbaikan teknologi.