Pabrik Gula Semboro Pabrik Gula Wringinanom

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Keragaan Fisik Input-Output Usahatani Tebu

Produktivitas tebu tanam awal di lahan sawah sebesar lebih tinggi daripada produksi tanam awal dilahan kering. Demikian pula produksi tebu pada tanam awal bibit lebih tinggi dari pada produksi tebu yang berasal dari kepras 1. Produksi tebu dari bibit di lahan sawah sekitar 120 tonha, sedangkan produksi tebu dari kepras 1, 2, dan 3 berturut turut 110, 100, dan 95 tonha. Produksi tebu di lahan tegalan untuk dari bibit sekitar 100 tonha, sedangkan produksi untuk kepras 1, 2, dan 3 berturut turut adalah 90, 80, dan 75 tonha. Selain itu, keragaan produktivitas dan efisiensi usahatani tebu yang rendah disebabkan input yang rendah karena keterbatasan petani untuk membiayai usahataninya secara mandiri. Kondisi tersebut tercermin dari pemakaian bibit seadanya dengan kecenderungan melakukan kepras berulang kali, sehingga terjadi penurunan produktivitas lahan per hektar dari waktu ke waktu. Oleh sebab itu, makin banyak petani di Jawa tidak bersedia menanam tebu sehingga areal pengusahaan tebu berkurang yang pada akhirnya semakin banyak PG kekurangan bahan baku. Luas areal tanam tebu di Jawa pada tahun 1995 sebesar 308.4 ribu hektar menurun menjadi 214 ribu hektar pada tahun 2002, sedangkan pada tahun yang sama untuk Luar Jawa, dari 125.3 ribu hektar meningkat menjadi 137.2 ribu hektar Malian, et al; 2004. Meskipun produksi tebu pada lahan sawah lebih tinggi dibandingkan pada tegalan, kebijakan produksi gula dengan mengandalkan tebu lahan sawah di Jawa jelas sangat tidak bijaksana. Hal ini disebabkan potensi usahatani tebu lahan kering di Jawa masih dapat ditingkatkan produktivitasnya melalui perbaikan manajemen usahatani yang dibarengi kebijakan pemerintah terhadap insentif harga gula dan penyediaan kredit usahatani. Di sisi lain, Pulau Jawa juga merupakan sentra produksi beras, sehingga akan bersaing ketat dalam pemanfaatan lahan yang ada.

6.2 Biaya Produksi Usahatani Tebu

Biaya usahatani tebu terdiri dari biaya untuk pembelian bibit terutama untuk tanam awal, pupuk, pestisidaherbisida, tenaga kerja, sewa lahan dan biaya lain. Komponen biaya tenaga kerja terdiri dari biaya persiapan dan pengolahan tanah, kletek, tanam, kepras, pemeliharaan dan tebang, muat, angkut TMA. Biaya usahatani untuk tenaga kerja dan sewa lahan sangat besar, mencapai lebih dari 70 persen. Sementara itu, komponen terbesar biaya tenaga kerja usahatani tebu adalah biaya TMA. Biaya ini dipengaruhi oleh produksi tebu per satuan luas dan jauh dekat lokasi panen dengan pabrik. Rata-rata biaya TMA per ton tebu adalah Rp 45 000 – Rp 50 000. Tabel 6. Struktur Biaya usahatani Tebu Struktur Biaya Sawah Bibit SR1 SR2 SR3 Tegalan Bibit TR1 TR2 TR3 Pupuk 5.16 7.34 7.52 7.91 6.59 9.29 9.58 9.74 Bahan Bakar 0.53 0.64 0.66 0.69 0.67 0.82 0.84 0.85 Pestisida 0.62 0.76 0.78 0.82 0.80 0.96 0.99 1.01 Tenaga Kerja 40.70 48.30 47.20 48.43 47.26 55.46 54.29 53.67 Modal 7.41 7.41 7.41 7.69 7.41 7.41 7.41 7.41 Lahan 36.87 34.93 35.80 37.66 26.15 25.27 26.07 26.49 Bibit 8.19 0.00 0.00 0.00 10.46 0.00 0.00 0.00 Pajak 0.51 0.62 0.64 0.67 0.65 0.79 0.81 0.83 Biaya tenaga kerja untuk usahatani tebu di lahan tegalan lebih tinggi dari pada lahan sawah disebabkan pemeliharaan tanaman di lahan tegalan lebih intensif dari pada di lahan sawah, seperti kegiatan pemupukan, kletek dan bumbun. Biaya sewa lahan di lahan sawah juga lebih tinggi dari lahan tegalan. Tabel 7. Biaya Usahatani Tebu di Lahan Sawah Rp Struktur Biaya Sawah Bibit SR1 SR2 SR3 Pupuk 1 260 000 1 470 000 1 470 000 1 470 000 Bahan Bakar 129 000 129 000 129 000 129 000 Pestisida 152 500 152 500 152 500 152 500 Tenaga Kerja 9 936 000 9 678 000 9 228 000 8 282 000 Modal 1 808 200 1 484 360 1 448 360 1 430 360 Lahan 9 000 000 7 000 000 7 000 000 7 000 000 Bibit 2 000 000 Pajak 125 000 125,000 125,000 125,000 Total 24 410 700 20 038 860 19 552 860 18 588 860 Biaya untuk bibit pada kepras tidak ada, hal ini disebabkan karena kepras berasal dari keprasan bibit pertama. Biaya pupuk untuk kepras juga menjadi lebih besar karena tanaman kepras memerlukan pupuk yang lebih banyak. Biaya sewa lahan pada kepras lebih rendah dari tanaman bibit karena waktu panen yang lebih pendek. Tabel 8. Biaya Usahatani Tebu di Lahan Tegalan Rp Struktur Biaya Tegalan Bibit TR1 TR2 TR3 Pupuk 1 260 000 1 470 000 1 470 000 1 470 000 Bahan Bakar 129 000 129 000 129 000 129 000 Pestisida 152 500 152 500 152 500 152 500 Tenaga Kerja 9 036 000 8 778 000 8 328 000 8 103 000 Modal 1 416 200 1 172 360 1 136 360 1 118 360 Lahan 5 000 000 4 000 000 4 000 000 4 000 000 Bibit 2 000 000 Pajak 125 000 125 000 125 000 125 000 Total 19 118 700 15 826 860 15 340 860 15 097 860

6.3 Keuntungan Finansial dan Ekonomi Usahatani Tebu

Keuntungan finansial privat merupakan indikator daya saing competitiveness dari sistem komoditas berdasarkan teknologi, nilai output, biaya input dan transfer kebijakan yang ada. Sedangkan keuntungan ekonomi sosial merupakan indikator keunggulan komparatif comparative advantage atau