42 Selama ini PTKL menerapkan strategi banyak pemasok dalam mengelola rantai pasokannya.
Langkah ini diambil oleh perusahaan antara lain agar mendapatkan harga sekompetitif mungkin dan kualitas barang sebaik mungkin. Dua hal ini memang sangat dimungkinkan untuk dicapai dengan
menerapkan strategi banyak pemasok karena terdapat banyak alternatif yang bisa diperbandingkan. dengan demikian, sifat dari hubungan dengan pemasok seperti ini hanya jangka pendek. Seperti yang
sudah disampaikan sebelumnya, pemilihan pemasok pemenang oleh PTKL biasanya didasarkan pada hasil negosiasi dengan capaian terbaik dari berbagai calon pemasok dalam berbagai aspek. Hal ini
dapat menimbulkan resiko underestimasi biaya koordinasi jika tidak benar-benar diperhatikan. Biaya overhead mungkin sekali membengkak akibat banyaknya komunikasi yang harus dijalin dengan calon
pemasok atau pemasok terpilih. Upaya untuk membangun hubungan jangka panjang dengan para pemasok kunci bisa menjadi
suatu strategi yang lebih menguntungkan bagi perusahaan dari pada strategi yang dijalankan saat ini. Beberapa alasan yang mendukung hal ini adalah sebagai berikut.
a. Ketidakpastian permintaan yang relatif kecil. Sebagai perusahaan yang sudah lama sustainable dalam industri kertas, PTKL memiliki para pelanggan yang cukup setia. Hal ini berarti
ketidakpastian dalam permintaan dapat diminimasi. Bila ketidakpastian permintaan relatiif kecil dan kebutuhan bahan memiliki korelasi positif dengan permintaan tersebut, maka pesanan
kepada para pemasok juga hampir dapat diperhitungkan dengan pasti. Dengan demikian, pemasok dapat mengurangi ketidakpastian permintaannya pula dari pembelinya PTKL.
b. Kemudahan dalam mengelola persediaan. PTKL dituntut untuk selalu memiliki persediaan bahan baku dan bahan penolong yang cukup pada tempat dan waktu yang tepat. Permintaan
dari pelanggan akan jenis kertas tertentu harus secara cepat direspon oleh perusahaan dengan menjalankan produksi. Hubungan jangka panjang dengan pemasok membuat perencanaan
persediaan lebih tepat karena pengadaannya lebih terjamin. Waktu tunggu dan biaya overhead karena banyaknya komunikasi dan negosiasi yang sebelumnya harus dijalin dengan banyak
pemasok bisa dikurangi secara signifikan. Waktu pengiriman juga dapat diperkirakan dengan lebih tepat.
4.4 Sumberdaya Rantai Pasokan Kertas
4.4.1 Sumberdaya Fisik
Perkembangan industri pulp dan kertas yang masih menggantungkan sumber bahan bakunya dari serat kayu mengimplikasikan kebutuhan lahanhutan yang luas. Hal ini diperkuat dengan adanya
potensi pasar domestik kertas yang proyeksi masih akan terus berkembang dan pergeseran pasokan utama pulp dan kertas dunia. Data tahun 2008 dari Departemen Kehutanan menyebutkan bahwa luas
areal hutan di Indonesia diperkirakan 133,369,684 ha, terdiri atas hutan lindung 31.6 juta ha, kawasan pelestarian alam 20.1 juta ha, hutan produksi 36.6 juta ha, hutan produksi terbatas 22.5 juta ha, dan
hutan produksi yang dapat dikonversi 22.8 juta ha. Proyeksi pasokan kayu untuk industri pulp dan kertas dari hutan tanaman industri HTI pada 2012 adalah 34.6 juta m3. Jumlah ini berencana terus
ditingkatkan hingga mencapai 44.2 juta m
3
pada 2014 dan 65.1 juta m
3
pada 2020 Departemen Perindustrian 2009.
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan HTI adalah aspek pengelolaan yang harus memperhatikan kaidah kelestarian sehingga pemanfaatannya berkelanjutan. Dengan kata lain,
perlu benar-benar diterapkan sustainable forest management SFM pada sistem HTI. Selain itu, masalah alokasi areal HTI, perizinan, dan aturan-aturan pengelolaannya perlu diatur sedemikian rupa
sehingga investasi pada sektor industri pulp dan kertas ini berjalan sesuai arah pengembangan yang diharapkan.
43 Disamping bahan baku kayu dari HTI, penggunaan kertas bekas untuk produksi kertas
mempunyai proporsi yang juga signifikan. Dengan permintaan kertas dalam negeri yang agaknya masih akan terus bertumbuh, pasokan kertas bekas domestik diperkirakan juga meningkat. Saat ini,
tidak sampai 60 dari 5 juta ton kertas bekas yang digunakan pabrik kertas Indonesia dipenuhi dari pasokan dalam negeri. Tingkat pendaurulangan kertas pun masih stabil hanya dibawah 50 selama
lima tahun terakhir. Dengan perkiraan produksi kertas mencapai 13.7 juta ton pada 2020, maka diharapkan pula terjadi kenaikan proporsi terhadap kertas bekas domestik menjadi 8.2 juta ton pada
tingkat pendaurulangan kertas mencapai 61 Recovered Paper Market, 2010. Sehubungan dengan persoalan kertas bekas, belum ada target pendaurulangan dari pemerintah.
Selain itu, infrastruktur untuk pengumpulan sampah kertas yang masih kurang dan wilayah geografis Indonesia yang berupa kepulauan menjadi hambatan tersendiri. Namun demikian, daur ulang serat
domestik umumnya masih lebih murah dibandingkan dengan yang impor. Pertimbangan komersial inilah yang diharapkan mampu mendorong tingkat pendaurulangan kertas dalam negeri lebih tinggi
lagi di masa mendatang. Dalam rangka mencapai hal tersebut, salah satu upaya yang seharusnya dilakukan adalah memfasilitasi pembentukan kelembagaan klaster-klaster pengumpul kertas bekas,
mulai dari pemulung, pengepul kecil hingga pengepul besar. Dari segi infrastruktur, secara umum kondisinya di Indonesia masih buruk, terlebih di luar
pulau Jawa. Padahal pulau-pulau seperti Sumatera, Kalimantan, dan Papua diarahkan untuk pengembangan industri pulp ke depan. Kurang memadainya fasilitas publik jalan, listrik, pelabuhan
seringkali mendorong pelaku industri di luar pulau jawa membangun kebutuhan infrastrukturnya sendiri, sehingga investasi yang dibutuhkan bertambah besar. Perhatian dan peran lebih dari
pemerintah diperlukan untuk memperbaiki kendala infrastruktur semacam ini. Tabel 16. Kapasitas, bahan baku, dan produk pada lima mesin kertas PT Kertas Leces
Mesin Kertas Kapasitas
Bahan Baku Produk Kertas
I 30 tonhari
Kardus bekas OCC Sludge dari ETP
Afval campur Broke Mesin Kertas I
Medium liner
II 70 tonhari
Kardus bekas OCC SWL
Afval putih Broke Mesin Kertas II
Kertas tulis Kertas gambar
Medium Liner
III 200 tonhari
Pulp serat panjang Pulp serat pendek
Broke Mesin Kertas III Kertas tulis cetak
IV 40 tonhari
Pulp serat panjang Pulp serat pendek
Broke Mesin Kertas IV Berbagai jenis kertas tisu
V 300 tonhari
Pulp serat panjang Pulp serat pendek
Deinked pulp Broke Mesin Kertas IV
Kertas tulis cetak Kertas koran
Keterangan: OCC = Old Corrugated Carton
Afval = kertas sisa SWL
= Sorted White Ledger Broke = kertas yang rusak selama proses produksi
44 Pada kasus PTKL, pasokan bahan baku tidak diperoleh dari pengusahaan HTI. Kebutuhan
seratnya dipenuhi dengan menjalin jaringan pasokan baik dari produsen pulp, pabrik gula, pengepul kertas bekas lokal, maupun ekportir kertas bekas dari luar negeri. Kondisi ini memang sesuai dengan
kapasitas PTKL yang tidak besar, hanya 640 tonhari atau sekitar 170 ribu tontahun. Dalam menjalankan aktivitas produksi, PTKL dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut.
Pabrik pulp kimia : 2 unit
Pabrik deinking : 1 unit
Pabrik chemical recovery : 2 unit
Mesin kertas : 5 unit
Pembangkit listrik tenaga uap : 1 unit
Instalasi pengolah air limbah IPAL : 1 unit Pabrik chlor alkali
: 1 unit Pada Tabel 16 diterangkan kapasitas per unit mesin kertas, jenis bahan baku, dan jenis produk kertas
yang biasa dihasilkan.
4.4.2 Sumberdaya Teknologi