Metode Pengambilan Keputusan pada Seleksi Pemasok

12

2.2.3 Metode Pengambilan Keputusan pada Seleksi Pemasok

Metode seleksi pemasok yaitu model atau pendekatan yang digunakan untuk melakukan proses pemilihan pemasok. Metode yang dipilih sangatlah penting bagi keseluruhan proses seleksi dan dapat berdampak signifikasn pada hasil seleksi pemasok yang dilakukan. Beberapa metode yang telah dikembangkan dan diklasifikasikan oleh begitu banyak peneliti selama bertahun-tahun. Metode- metode tertentu merupakan pilihan yang telah populer selama ini, sedangkan beberapa lainnya muncul baru-baru ini. Biasanya ketika sebuah perusahaan memutuskan untuk mengembangkan atau memilih suatu metode seleksi pemasok, hasilnya berupa kombinasi dari beberapa metode dengan keunggulan yang berbeda-beda, disesuaikan dengan kebutuhan spesifik perusahaan Tahriri et al. 2007. Oleh karena itu, perlu untuk mengeksplorasi metode-metode seleksi yang berbeda dan membahas aplikasinya yang berbeda pula. 1. Model Pembobotan Metode ini menilai pemasok dengan memperingkatkan kinerjanya dalam banyak kriteria dan menghitungnya sebagai satu kesatuan skor. Metode yang dikategorikan kedalam weighting model diantaranya categorical method, dan weighted-point method. Dengan pendekatan categorical model, kinerja pemasok diklasifikasikan dalam kategori-kategori yang berbeda, seperti biaya, kualitas, ketepatan waktu pengiriman, dan sebagainya. Selanjutnya pembeli dari bagian pengadaan, produksi, penjualan, dan kualitas memberikan pendapatnya mengenai kinerja pemasok terkait kriteria-kriteria tersebut: memuaskan, tidak memuaskan, atau netral. Kelemahan dari metode ini terutama bahwa semua kriteria dinilai sama penting, sehingga jarang memberikan masukan bagi pengembangan kinerja pemasok Kachainchai dan Weerawat 2009. Categorical model merupakan metode yang sederhana, juga tercepat, termudah, dan termurah untuk diimplementasikan. Namun metode ini biasanya melibatkan subjektivitas yang tinggi dan karenanya menjadi kurang tepat Petroni 2000. Metode weighted-point mempertimbangkan kriteria-kriteria dengan bobot tertentu yang sudah ditetapkan oleh pembeli. Setiap bobot kriteria tersebut kemudian dikalikan dengan skor kinerja pemasok yang dinilai oleh pembeli. Akhirnya, nilai kinerja untuk semua kriteria tadi ditotal untuk mendapatkan nilai akhir bagi tiap-tiap pemasok Tahriri et al. 2007. Metode weighted- point selama ini merupakan teknik yang paling umum digunakan. Operasi matematis dalam metode ini sederhana namun efisien dalam pembuatan keputusan yang optimal. Akan tetapi, metode ini memiliki beberapa keterbatasan, salah satunya yaitu tidaklah mudah bagi metode ini untuk dengan efektif mempertimbangkan kriteria evaluasi yang bersifat kualitatif Kachainchai dan Weerawat 2009. 2. Model biaya total Pendekatan ini mencoba untuk menghitung semua biaya terkait dengan seleksi pemasok dalam satuan keuangan. Model ini meliputi cost ratio method dan total cost of ownership TCO method. Metode yang pertama didasarkan pada analisis biaya yang mempertimbangkan rasio biaya dari kualitas produk, pengiriman, pelayanan, dan harga. Metode ini menghitung biaya tiap-tiap kriteria sebagai persentase dari total pembelian. Rating yang lebih tinggi diberikan pada pemasok dengan rasio biaya terhadap nilainya yang lebih rendah Kachainchai dan Weerawat 2009. Metode cost ratio sangat fleksibel. Ia merupakan metode kompleks yang membutuhkan sistem penghitungan biaya yang tepat Tahriri et al. 2007. TCO adalah suatu metodologi dan filosofi yang melihat lebih jauh harga dari sebuah pembelian dengan memperhitungkan biaya-biaya lainnya terkait pembelian Kachainchai dan Weerawat 2009. Model TCO cukup presisi, namun mahal untuk diimplementasikan karena 13 kompleksitasnya dan membutuhkan lebih banyak waktu, serta mensyaratkan kemampuan identifikasi elemen-elemen lebih penting lainnya Tahriri et al. 2007. 3. Model pemrograman matematis Model ini seringkali hanya mempertimbangkan kriteria kuantitatif. Pendekatan ini mencakup Artificial Neural Network ANN, Data Envelopment Analysis DEA Principle Component Analysis PCA Kachainchai dan Weerawat 2009; Tahriri et al. 2007. Sistem metode ANN mencakup dua fungsi, yaitu 1 fungsi untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja pembelian dan menyimpannya dalam suatu basis data sebagai sumber penyedia data bagi neural network, dan 2 fungsi yang menggunakan neural network untuk memilih pemasok Kachainchai dan Weerawat 2009. Model ANN dapat menghemat biaya dan waktu. Hanya saja, model ini mempunyai kelemahan pada kebutuhannya pada perangkat lunak khusus dan seorang personil ahli pada subjek ini Tahriri et al. 2007. DEA adalah suatu metode pemrograman matematis untuk menilai efisiensi komparatif dari unit-unit pembuat keputusan decision-making units – DMU, dimana keberadaan input dan output yang banyak menyulitkan proses perbandingan tersebut. DEA merupakan metode non- parametrik yang memungkinkan pengukuran efisiensi tanpa harus menentukan bentuk fungsi produksinya atau bobot untuk input dan output yang berbeda Kachainchai dan Weerawat, 2009. Metode PCA memiliki dua keuntungan, yaitu kemudahan dan kemampuannya menangani bermacam atribut yang bertentangan Tahriri et al. 2007. Lee et al. 2001 mengklasifikasikan model mathematical programming kedalam goal programming GP atau multiobjective programming MOP dan linear programming LP atau mixed integer programming MIP. Sebelum membuat model pemrograman matematis, koefisien fungsi tujuan harus terlebih dahulu ditentukan. Kelemahan GP dan MOP terletak pada kebutuhannya terhadap tingkat tujuan yang dikehendaki dan tidak dapat mengakomodasi kriteria subjektif. Sedangkan pada formulasi masalah LPMIP, eskpresi tujuan banyak yang dinyatakan sebagai batasan constraint karena formulasi model ini hanya memungkinkan satu fungsi tujuan. 4. Analytical Hierarchy Process AHP AHP merupakan salah satu metode yang dalam prakteknya paling sering digunakan. Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Thomas Saaty pada 1971. Ini adalah suatu metode ideal untuk merangking alternatif ketika terdapat banyak kriteria dan subkriteria pada proses pengambilan keputusan. Pendekatan ini dapat menggabungkan kriteria kuantitaif dan kualitatif. Keunggulan pendekatan ini terletak pada kemampuannya dalam menyusun masalah yang kompleks, multi-aktor, multi-atribut, dan multi-periode secara hierarkis. AHP sering dipertimbangkan sebagai suatu metode seleksi pemasok karena pendekatan ini memungkinkan pembuat keputusan meranking pemasok berdasarkan kepentingan relatif kriteria dan kesesuaiannya dengan pemasok Tahriri et al. 2007. Proses dalam model AHP dimulai dengan menentukan tingkat kepentingan relatif kriteria dalam pencapaian tujuan. Fokus berikutnya kemudian berlanjut pada mengukur tingkat pencapaian setiap alternatif terhadap kriteria yang ada. Pada akhirnya, hasil dari dua analisis tersebut disintesis untuk menghitung tingkat kepentingan relatif setiap alternatif terhadap pencapaian tujuan awal. Pada penelitian ini, pendekatan AHP dipilih untuk memodelkan seleksi pemasok pada industri kertas. Alasan utamanya yaitu karena kelebihan pendekatan model ini yang mampu mengakomodasi faktor-faktor kualitatif yang sangat penting, terutama dalam kebijakan hubungan dengan pemasok. 14

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Tren peningkatan yang ditunjukkan oleh permintaan kertas di dalam negeri selama dua dekade terakhir mengindikasikan bahwa produk berbasis selulosa ini memiliki potensi pasar yang sangat baik. Pengelolaan rantai pasokan dalam industri pulp dan kertas yang mencakup segala aktivitas yang terjadi dari hulu sampai hilir mempunyai peranan yang sangat penting dalam paradigma integratif. Terlebih industri ini melibatkan tahapan-tahapan aktivitas yang sangat panjang dan dilakukan oleh biasanya lebih dari satu perusahaan atau organisasi. Rantai pasokan kertas menjadi menarik untuk dikaji tidak saja sehubungan dengan tren konsumsinya yang terus meningkat, tetapi juga kompleksitas isu yang turut mempengaruhinya, seperti perhatian dunia akan konservasi hutan dan pemanasan global, serta perubahan peta sumber pasokan pulp dunia. Pada penelitian ini rantai pasokan kertas dianalis dengan mengikuti kerangka kerja Van der Vorst 2006. Dengan pendekatan ini, rantai pasokan dibedakan dalam empat elemen dasar yang saling terkait: struktur, proses bisnis, manajemen, dan sumberdaya rantai pasokan. Dari perspektif sebuah perusahaan, proses-proses dalam rantai pasokannya, menurut Chopra dan Meindl 2001, dapat dikelompokkan kedalam tiga wilayah utama: customer relationship management CRM, internal supply chain management ISCM, dan supplier relationship management SRM. Kesuksesan rantai pasokan sangat dipengaruhi oleh integrasi ketiga proses makro yang berjalan baik. Dengan berfokus pada ketiga proses makro ini, performa rantai pasokan yang melibatkan perusahaan dapat dideskripsikan. Fokus kajian penelitian ini selanjutnya diarahkan pada salah satu aspek terpenting dalam proses makro SRM, yaitu seleksi pemasok. Kerangka kerja untuk fokus kedua ini diadopsi dari Lee et al. 2001, Tam dan Tummala 2001, dan Tahriri et al. 2008. Model AHP diterapkan sebagai basis pendekatan untuk mengembangkan metode seleksi pemasok yang sistematis dan logis bagi suatu perusahaan kertas. Model AHP digunakan untuk mengkalkulasi bobot kriteria – baik yang kuantitatif maupun yang kualitatif – dalam pemilihan pemasok, dan memperingkatkan kinerja pemasok yang dievaluasi. Diagram kerangka pemikiran konseptual penelitian ini disajikan pada Gambar 4. Dengan mengadopsi kerangka kerja yang dikembangkan Lee et al. 2001, informasi yang diperoleh dari proses seleksi pemasok digunakan sebagai masukan bagi proses manajemen pemasok. Terdapat tiga bagian logis dari subkerangka peningkatan rantai pasokan kertas melalui aspek SRM- nya, yaitu sistem strategi pengadaan, sistem seleksi pemasok, dan sistem manajemen pemasok. Strategi pengadaan yang meliputi empat kriteria biaya, pengiriman, kualitas, dan pelayanan berfungsi untuk memilih item-item kritis dari sekian banyak item pembelian dalam suatu perusahaan kertas, untuk penilaian awal alte r na t i f pemasok yang dievaluasi, dan untuk me n g i d e n tifikasi kri t e ria seleksi pemasok. Pada penelitian ini, item-item kritis dipilih berdasarkan studi literatur yang dikonfirmasikan kepada pakar. Identifikasi kriteria-kriteria yang digunakan dalam seleksi pemasok item kritis tersebut juga didasarkan pada studi literatur dan konsultasi pakar. Dari 25 subkriteria awal yang teridentifikasi lihat Subbab 3.3 Rancangan Penelitian dan Definisi Operasional, responden ahli diminta untuk memberikan penilaian tentang tingkat kepentingan kriteria-kriteria tersebut menggunakan skala tiga- poin. Teknik yang digunakan Tam dan Tummala 2001 diterapkan dalam rangka mengurangi kriteria yang terlalu banyak dan kurang relevan, sehingga memudahkan proses pemberian nilai perbandingan berpasangan oleh pakar.