4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rantai Pasokan Kertas
2.1.1 Pengertian Rantai Pasokan
Rantai Pasokan supply chain terdiri dari semua pihakyang terlibat, baik langsung maupun tidak langsung, dalam upaya pemenuhan permintaan konsumen. Rantai pasokan tidak saja mencakup
perusahaan manufaktur dengan pemasok, namun juga transportir, gudang, pengecer, bahkan konsumen itu sendiri. Dalam setiap organisasi, perusahaan manufaktur misalnya, rantai pasokan
meliputi semua fungsi yang dilakukan dalam menerima dan memenuhi permintaan konsumen Chopra dan Meindl 2001. Rantai pasokan merupakan sekumpulan aktivitas fisik dan pembuatan keputusan
yang dihubungkan oleh aliran material dan informasi serta terkait aliran uang dan hak milik yang melewati batas-batas organisasi Van der Vorst 2006.
Tujuan setiap rantai pasokan seharusnya adalah untuk memaksimumkan keseluruhan nilai yang dihasilkan. Nilai tersebut sangat berkaitan erat dengan profitabilitas rantai pasokan supply chain
profitability or surplus, yaitu selisih antara pendapatan yang diperoleh dari konsumen dengan keseluruhan biaya yang terjadi sepanjang rantai pasokan. Semakin tinggi profitabilitas rantai pasokan,
semakin sukses rantai pasokan tersebut Chopra dan Meindl 2001. Dalam rantai pasokan apa pun, hanya ada satu sumber pendapatan: konsumen. Dari
konsumenlah rantai pasokan memperoleh aliran uang positif yang kemudian “dipertukarkan” diantara tingkat-tingkat organisasi rantai pasokan tersebut. Setiap tingkat mengambil bagian tertentu atas
aktivitas yang dilakukannya dalam rangka pemenuhan permintaan konsumen tadi. Semua aliran informasi, produk, dan keuangan membuahkan biaya dalam rantai pasokan. Dengan demikian,
manajemen yang sesuai bagi aliran-aliran tersebut adalah kunci kesuksesan rantai pasokan. Manajemen rantai pasokan supply chain management
– SCM yang efektif mencakup manajemen aset rantai pasokan serta aliran produk, informasi, dan keuangan untuk memaksimumkan profitabilitas
rantai pasokan total Chopra dan Meindl 2001. Bagaimanapun, saat ini nilai yang hendak dan mampu dibayarkan oleh konsumen
customer’s willingness to pay atas suatu produk tidak saja bergantung pada biaya-biaya finansial yang terkait
dengan aktivitas pemenuhannya. Konsep nilai telah berkembang menjadi lebih terkait dengan apa yang sering disebut dengan „Tiga P‟ ‘Tripple P‟: People manusia, Planet bumi, dan Profit
keuntungan. Kinerja sosial dan lingkungan menjadi aspek yang juga dipertimbangkan dalam pembentukan „nilai‟ oleh konsumen, disamping kinerja finansial Van der Vorst 2006.
Dalam definisi SCM, proses bisnis menunjuk pada rangkaian aktivitas terstruktur dan terukur yang dirancang untuk memproduksi output tertentu bagi konsumen atau pasar tertentu Davenport
1993 dalam Van der Vorst 2006. Chopra dan Meindl 2001 mengklasifikasikan proses-proses rantai pasokan suatu perusahaan kedalam tiga proses makro berikut, sebagaimana juga ditunjukkan pada
Gambar 1. a. Customer Relationship Management CRM, yaitu semua proses yang berfokus pada interaksi
antara perusahaan dengan konsumennya. b. Internal Supply Chain Management ISCM, yaitu semua proses yang terjadi dalam internal
perusahaan. c. Supplier Relationship Management SRM, yaitu semua proses yang berfokus pada interaksi
antara perusahaan dengan pemasoknya.
5 Pemasok
Perusahaan Konsumen
SRM ISCM
CRM Memasok source
Negosiasi Pembelian
Kolaborasi desain Kolaborasi pasokan
Perencanaan strategis Perencanaan permintaan
Perencanaan Pasokan Pemenuhan fulfillment
Pelayanan lapangan Pasar
Harga Jual
Pusat panggilan Manajemen pesanan
Gambar 1. Proses-proses makro rantai pasokan Chopra dan Meindl 2001 Sebuah perusahaan, relatif dibandingkan dengan para pesaingnya, seharusnya menetapkan
serangkaian kebutuhan konsumen untuk berusaha dipenuhi dengan produk atau jasa yang dihasilkan. Ini disebut sebagai strategi kompetitif perusahaan. Strategi kompetitif ditetapkan berdasarkan pada
bagaimana konsumen memprioritaskan antara harga, waktu pengiriman, variasi, dan kualitas dari produk yang diinginkannya. Strategi kompetitif ini membutuhkan pelaksanaan peran dan strategi yang
baik dari semua fungsi rantai nilai value chain perusahaan; pengembangan produk baru, pemasaran dan penjualan, operasi, distribusi, serta palayanan. Agar mencapai kesesuaian antarstrategi tersebut,
perusahaan perlu mengerti tentang konsumennya dan ketidakpastian rantai pasokannya, serta mengerti tentang kemampuan rantai pasokan yang dijalankan. Sehubungan dengan hal di atas, Tabel 1 berikut
memaparkan perbedaan strategi fungsional antara dua jenis rantai pasokan: efisien dan responsif Chopra dan Meindl 2001.
Tabel 1. Perbandingan antara rantai pasokan yang efisien dengan yang reponsif
Rantai Pasokan Efisien Rantai Pasokan Responsif
Tujuan utama Memasok permintaan pada tingkat
biaya terendah Merespon permintaan dengan cepat
Strategi desain produk
Memaksimalkan kinerja pada tingkat biaya produk minimum
Menciptakan „modularitas‟ agar memungkinkan penundaan
diferensiasi produk
Strategi harga Marjin lebih rendah karena harga
adalah pertimbangan utama bagi konsumen
Marjin lebih tinggi Strategi proses
manufaktur Biaya lebih rendah melalui tingkat
utilisasi tinggi Mempertahankan fleksibilitas
kapasitas untuk menyangga ketidakpastian permintaanpasokan
Strategi persediaan
Meminimalkan persediaan untuk menurunkan harga
Mempertahankan persediaan penyangga terkait dengan
ketidakpastian permintaanpasokan Strategi waktu
tunggu Diturunkan, namun pada tingkat
yang tidak mempengaruhi biaya Sangat diiturunkan, walaupun
biayanya signifikan Strategi pemasok
Memilih berdasarkan harga dan kualitas
Berdasarkan kecepatan, fleksibilitas, reliabilitas, dan kualitas
Sumber: Chopra dan Meindl 2001
6
2.1.2 Karakteristik Rantai Pasokan Kertas