Pengembangan Perkebunan Karet TINJAUAN PUSTAKA

Namun sebagai suatu sistem dinamis, tentunya pengembangan suatu industri mempunyai perilaku tersendiri dan dapat berinteraksi satu sama lainnya, sehingga perlu diidentifikasi berbagai keunggulannya. Keunggulan tersebut meliputi produktivitas produksi, pemasaran, tenaga kerja, pasar dan akses terhadap infrastruktur yang dimiliki oleh daerah suatu wilayah. Secara kumulatif pengembangan usaha akan dapat menciptakan berbagai peluang-peluang yang lebih besar dalam pembangunan dan pengembangan ekonomi lokal, seperti peningkatan produk unggulan daerah, penyerapan tenaga kerja, tumbuhnya industri hulu dan hilir serta aktivitas investor dan sektor jasa baik formal maupun informal Masril, 2005. Dalam suasana lingkungan strategis yang berubah dengan cepat, penajaman arah kebijakan dan perencanaan bagi reformasi pembangunan pertanian pada masa depan menjadi demikian penting. Dengan mengantisipasi perubahan eksternal maupun internal, visi pembangunan pertanian dapat dirumuskan sebagai pertanian yang menjadi ciri pada era reformasi.

2.4. Pengembangan Perkebunan Karet

Tanaman karet memiliki peranan yang sangat besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas penghasil getah ini. Karet tidak hanya diusahakan oleh perkebunan- perkebunan besar milik negara yang memiliki areal ratusan ribu hektar, tetapi juga diusahakan oleh swasta dan rakyat. Hingga saat ini diperkirakan luas areal pertanaman karet di Indonesia berkisar 3 juta hektar dan merupakan luas areal pertanaman yang terluas di dunia. Sebagian besar dari luas areal tersebut pengelolaannya kurang memadai, hanya beberapa perkebunan besar milik negara dan beberapa perkebunan swasta saja yang pengelolaannya sudah lumayan. Sementara kebanyakan perkebunan karet milik rakyat dikelola seadanya, bahkan ada yang tidak dirawat dan hanya mengandalkan pertumbuhan alami Tim Penulis PS, 2009. Akibatnya produktivitas karet menjadi rendah. Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia. Luas areal perkebunan karet di Indonesia telah mencapai 3.262.291 hektar dengan rincian kepemilikan adalah 84,5 merupakan kebun milik rakyat, 8,4 milik swasta dan 7,1 milik negara Setiawan dan Andoko, 2008. Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com Badan Litbang Pertanian 2007 menyatakan bahwa selama lebih dari tiga dekade 1970-2005, areal perkebunan karet di Indonesia meningkat sekitar 1,27 per tahun. Namun pertumbuhan ini hanya terjadi pada areal karet rakyat ± 1,6 per tahun, sedangkan pada perkebunan besar negara dan swasta cenderung menurun. Dengan luasan sekitar 3,3 juta ha pada tahun 2005, mayoritas 85 perkebunan karet di Indonesia adalah perkebunan rakyat, yang menjadi tumpuan mata pencaharian lebih dari 15 juta jiwa. Dari keseluruhan areal perkebunan rakyat tersebut, sebagian besar ± 91 dikembangkan secara swadaya murni, dan sebagian kecil lainnya yaitu sekitar 288.039 ha ± 9 dibangun melalui proyek PIR, PRPTE, UPP Berbantuan, Partial, dan Swadaya Berbantuan. Berbeda dengan tingkat pertumbuhan areal yang relatif rendah, pertumbuhan produksi karet nasional selama kurun waktu 1970-2005 relatif tinggi yaitu sekitar 3,89 per tahun. Hal ini disebabkan terjadi peningkatan areal perkebunan karet rakyat yang menggunakan klon unggul yang produktivitasnya cukup tinggi. Hal ini didukung oleh data yang menunjukkan pertumbuhan produksi tertinggi terjadi pada perkebunan rakyat 4,33 per tahun, sedangkan pertumbuhan produksi perkebunan besar swasta dan negara masing-masing hanya sekitar 3,88 dan 1,77 per tahun. Namun demikian secara umum produktivitas karet rakyat masih relatif rendah 796 kghath bila dibandingkan dengan produktivitas perkebunan besar negara 1.039 kghath maupun swasta 1.202 kghath. Hal ini, antara lain, disebabkan sebagian besar 60 tanaman karet petani masih menggunakan bahan tanam asal biji seedling tanpa pemeliharaan yang baik, dan tingginya proporsi areal tanaman karet yang telah tua, rusak atau tidak produktif ± 13 dari total areal Badan Litbang Pertanian, 2007. Hasil utama dari pohon karet adalah lateks yang dapat dijualdiperdagangkan oleh masyarakat berupa lateks segar, slabkoagulasi ataupun sit asapsit angin. Selajutnya produk tersebut sebagai bahan baku pabrik Crumb RubberKaret Remah yang menghasilkan bahan baku untuk berbagai industri hilir seperti ban, sepatu karet, sarung tangan, dan lain sebagainya. Hasil sampingan dari pohon karet adalah kayu karet yang dapat berasal dari kegiatan Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com rehabilitasi kebun ataupun peremajaan kebun karet tuatidak menghasilkan lateks lagi. Umumnya kayu karet yang diperjual belikan adalah dari peremajaan kebun karet yang tua yang dikaitkan dengan penanaman karet baru lagi. Kayu karet dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan rumah, kayu api, arang, ataupun kayu gergajian untuk alat rumah tangga furniture. Pemanfaatan kayu karet dari kegiatan peremajaan kebun karet tua dapat dilaksanakan bersamaan atau terkait dengan program penanaman tanaman hutan seperti sengon atau akasia sebagai bahan pulppembuat kertas. Areal tanam menggunakan lahan kebun yang diremajakan dan atau lahan-lahan milik petani serta lahan-lahan kritis sekitar pemukiman. Sebagai salah satu komoditi industri, produksi karet sangat tergantung pada teknologi dan manajemen yang diterapkan dalam sistem dan proses produksinya. Produk industri karet perlu disesuaikan dengan kebutuhan pasar yang senantiasa berubah. Status industri karet Indonesia akan berubah dari pemasok bahan mentah menjadi pemasok barang jadi atau setengah jadi yang bernilai tambah lebih tinggi dengan melakukan pengolahan lebih lanjut dari hasil karet. Kesemuanya ini memerlukan dukungan teknologi industri yang lengkap, yang mana diperoleh melalui kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi yang dibutuhkan. Indonesia dalam hal ini telah memiliki lembaga penelitian karet yang menyediakan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi di bidang perkaretan.

2.5. Pengembangan Kawasan Perkebunan Rakyat