rehabilitasi kebun ataupun peremajaan kebun karet tuatidak menghasilkan lateks lagi.
Umumnya kayu karet yang diperjual belikan adalah dari peremajaan kebun karet yang tua yang dikaitkan dengan penanaman karet baru lagi. Kayu
karet dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan rumah, kayu api, arang, ataupun kayu gergajian untuk alat rumah tangga furniture. Pemanfaatan kayu
karet dari kegiatan peremajaan kebun karet tua dapat dilaksanakan bersamaan atau terkait dengan program penanaman tanaman hutan seperti sengon atau akasia
sebagai bahan pulppembuat kertas. Areal tanam menggunakan lahan kebun yang diremajakan dan atau lahan-lahan milik petani serta lahan-lahan kritis sekitar
pemukiman.
Sebagai salah satu komoditi industri, produksi karet sangat tergantung pada teknologi dan manajemen yang diterapkan dalam sistem dan proses
produksinya. Produk industri karet perlu disesuaikan dengan kebutuhan pasar yang senantiasa berubah. Status industri karet Indonesia akan berubah dari
pemasok bahan mentah menjadi pemasok barang jadi atau setengah jadi yang bernilai tambah lebih tinggi dengan melakukan pengolahan lebih lanjut dari hasil
karet. Kesemuanya ini memerlukan dukungan teknologi industri yang lengkap, yang mana diperoleh melalui kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi
yang dibutuhkan. Indonesia dalam hal ini telah memiliki lembaga penelitian karet yang menyediakan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi di bidang perkaretan.
2.5. Pengembangan Kawasan Perkebunan Rakyat
Dalam pembangunan perekonomian masa mendatang yang berakar pada kerakyatan, peranan penting subsektor perkebunan, dapat pula dilihat dari
besarnya tenaga kerja yang terserap didalamnya. Hal ini terjadi karena sistem produksi tanaman perkebunan, khususnya tanaman tahunan, hingga saat ini belum
dapat menggunakan peralatan mekanisasi secara penuh. Untuk kegiatan pemeliharaan dan pemanenan berbagai tanaman perkebunan dengan luas 14,8 juta
Ha, sebagai contoh, diperlukan tenaga kerja sebanyak sekitar 16,8 juta orang. Apabila setiap rumah tangga memiliki tenaga kerja 4 orang, maka terdapat kurang
lebih 67,2 juta jiwa yang menikmati hasil dari usaha bekerja pada subsektor perkebunan. Jumlah ini juga hanya mencakup kegiatan on-farm, dan akan
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
semakin bertambah tentunya, bila tenaga kerja pada subsistem tengah dan hilir juga diperhitungkan Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal,
2004.
Kebijakan pengembangan perkebunan diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rakyat melalui pengembangan kawasan ini dengan
pengelolaan sumberdaya secara optimal. Oleh karena itu, maka sentra-sentra perkebunan yang sudah ada dan kawasan di setiap kabupatenkota, atau
kecamatan yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan perkebunan rakyat, sudah saatnya diupayakan untuk ditingkatkan melalui sistem agribisnis.
Dengan demikian diharapkan dimasa mendatang, subsektor perkebunan akan mampu memenuhi sendiri kebutuhan dalam negeri dan tidak lagi bergantung pada
negara lain, bahkan sekaligus dapat bersaing dengan produk perkebunan dari luar negeri.
Pengembangan suatu wilayah menjadi kawasan perkebunan rakyat perlu diarahkan pada peningkatan efisiensi pemanfaatan lahan, khususnya lahan-lahan
tidur yang belum ditanami, gundul, atau kritis karena bekas tebangan yang kemudian ditinggalkan begitu saja tanpa adanya usaha reboisasi. Dalam hal ini,
pengembangannya dilakukan dengan cara menghijaukan lahan-lahan tersebut dengan menanami tanaman yang sesuai dengan kondisi lingkungannya, memiliki
nilai ekonomi, mudah perawatannya, cepat masa panennya, dan mudah pemasarannya. Dengan demikian tujuan untuk menjaga kelestarian ekosistem
kawasan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat atau rakyat sekitarnya dapat tercapai sekaligus dengan baik.
Pengembangan kawasan perkebunan rakyat juga dapat dilakukan dengan mengambil secara terbatas areal hutan yang memiliki potensi untuk kawasan
perkebunan rakyat dengan luas maksimal 20.000 hektar untuk satu propinsi dan 100.000 hektar untuk seluruh Indonesia, sesuai keputusan Menteri Kehutanan dan
Perkebunan Nomor 728Kpts-ii1998 tentang Luasan dan Pelepasan Hutan untuk Budidaya Perkebunan. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah untuk
meningkatkan peran serta masyarakat, meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam memanfaatkan sumberdaya alam serta mewujudkan azas pembangunan
yang berkelanjutan dalam rangka memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
bagi kesejahteraan rakyat. Disamping itu juga harus diperhatikan mengenai kelerengan, ketinggian, curah hujan kedalaman efektif tanah, temperatur sesuai
dengan jenis komoditas perkebunan yang akan dibudidayakan serta harus sesuai dengan tata ruang daerah Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan
Tertinggal, 2004.
Selanjutya Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal 2004 menambahkan bahwa pengembangan kawasan perkebunan rakyat ini dapat
dibedakan menjadi empat tahap, yaitu: tahap pembukaan dan penyiapan lahan kawasan, pembangunan sarana dan prasarana, tahap pemilihan dan penanaman
komoditas, dan tahap perhitungan kelayakan ekonomi dan finansialnya. Keempat tahap ini sangat erat hubungannya satu sama lain dalam menunjang keberhasilan
proyek pengembangan kawasan perkebunan rakyat ini.
Kawasan perkebunan rakyat adalah suatu kawasan yang secara khusus dimanfaatkan untuk kegiatan usaha tanaman tahunan kopi, tebu, kelapa sawit,
teh, empah-rempah, dll dengan luasan tertentu sebagai pengembangan agribisnis; atau Perkebunan Terpadu sebagai komponen usaha tani yang berbasis pada
tanaman pangan, dan hortikultura; atau perkebunan terpadu sebagai komponen ekosistem tertentu seperti kawasan perkebunan rakyat lindung, perkebunan suaka
alam, dll; yang berorientasi ekonomi dengan sistem agribisnis berkelanjutan yang berakses ke industri hulu maupun industri hilir. Kawasan perkebunan rakyat
dimaksudkan juga suatu kawasan yang dalam pengembangannya banyak melibatkan partisipasi rakyat dan merangsang tumbuhnya investasi dari
masyarakat sekitarnya, demi pemberdayaan ekonomi atau peningkatan kesejahteraan rakyat.
Pengembangan kawasan perkebunan rakyat ini harus dapat mendukung upaya untuk mengurangi kesenjangan struktural, spasial, antar-golongan, dan
antar generasi, peningkatan pendapatan masyarakat, kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Hal ini dapat terjadi apabila pengembangannya diarahkan
pada: 1. Penyediaan bahan pangan dan obat-obatan melalui pemenuhan kebutuhan lemak nabati minyak goreng, santan kelapa, karbohidrat gula,
minuman penyegar teh, kopi, cokelat, rempah-rempah lada, kayu manis, obat- obatan jahe, kunyit, kencur, maupun melalui pengembangan tanaman sela
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
pangan di areal perkebunan, 2. Menghasilkan devisa bagi negara dan meningkatkan pendapatan petani, 3. mengembangkan wilayah marginal dan
terpencil di pelosok pedesaaan daerah aliran sungai, pasang surut, dan 4. Menjaga keseimbangan ekosistem dan tata air. 5 Pengembangan Usaha agribisnis
Pengembangan kawasan perkebunan rakyat harus dikelola berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
• Masyarakat atau rakyat sebagai pelaku utama dalam pengambilan manfaatnya. • Masyarakat atau rakyat sebagai pengambil keputusan dan menentukan sistem
pengusahaan dan pengelolaan yang tepat. • Pemerintah sebagai fasilitator dan pemantau kegiatan.
• Kepastian dan kejelasan hak dan kewajiban semua pihak. • Kelembagaan pengusahaan ditentukan oleh masyarakat atau rakyat.
• Pendekatan pengusahaan didasarkan pada jenis sumberdaya alam dan
keanekaragaman budaya yang ada. Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal, 2004.
Menurut Ditjen Perkebunan 2004, pengembangan kawasan perkebunan rakyat bertujuan untuk mengembangkan dan membina kawasan-kawasan
perkebunan rakyat agar menjadi kawasan perkebunan rakyat yang berwawasan agribisnis; meningkatkan peranan kelembagaan Perkebunan, meningkatkan
kemampuan usaha agribisnis masyarakat, meningkatkan populasi dan kapasitas produksi di setiap kawasan, dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
Perkebunan. Penanganannya diarahkan kepada usaha-usaha rehabilitasi dan konservasi lahan, pemanfaatan sumberdaya alam yang diperlukan oleh
masyarakat, peningkatan pendapatan masyarakat, pemenuhan kebutuhan masyarakat akan protein nabati, dan kelestarian lingkungan. Sasaran utamanya
adalah mengembangkan wilayahwilayah yang berpotensi sebagai sentra-sentra Perkebunan menjadi kawasan perkebunan rakyat yang berorientasi agribisnis.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
III. METODE PENELITIAN