Ketersediaan Prasarana Sarana Wilayah

Tabel 19. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Karet Rakyat di Kecamatan Cikalongkulon dan Mande Tahun 2008 - 2010 Kecamatan Tahun Luas Baku ha Luas Areal ha Produksi ton Provitas tonha TBM TM TTR Jumlah Bahan Mentah Bahan Olahan Cikalongkulon 2008 674,71 57,00 617,71 0,00 674,71 1.383,64 345,91 0,56 2009 1.101,77 57,00 586,63 28,00 671,63 1.231,92 307,98 0,53 2010 1.101,77 57,00 586,63 28,00 671,63 1.351,60 337,89 0,58 Jumlah 3.498,96 178,00 2.404,68 56,00 2.638,68 5.178,38 1.294,59 Mande 2008 904,24 211,50 558,74 134,00 904,24 1.434,44 358,61 0,64 2009 1.478,26 234,74 531,00 163,00 928,74 1.115,10 278,77 0,53 2010 1.478,26 309,74 531,00 88,00 928,74 1.232,98 308,25 0,58 Jumlah 4.568,50 785,48 2.165,48 519,00 3.469,96 5.187,92 1.296,98 Sumber : Dishutbun Kab. Cianjur, 2010

6.1.2. Ketersediaan Prasarana Sarana Wilayah

Kelangsungan perkebunan karet rakyat sangat bergantung kepada ketersediaan prasarana dan sarana di wilayah perkebunan. Ketersediaan bahan baku getah karet merupakan faktor utama dalam perkebunan karet rakyat, tentunya juga harus dimulai dari penyediaan bibit unggul yang baik. Ketersediaan dan pemakaian bibit unggul di tingkat petani merupakan suatu hal sulit dan jarang. Petani masih banyak menggunakan bibit dari hasil perbanyakan sendiri bibit rakyatseling, dari segi harga bibit unggul berkisar Rp. 7.500,- pohon dan seling berkisar Rp. 3.000,-pohon. Hal ini mengakibatkan umur tanaman setelah tanam sampai dengan menghasilkan getah karet menjadi lebih panjang, yakni berkisar 6-7 tahun, sementara jika menggunakan bibit unggul umur tanaman untuk menghasilkan relatif lebih cepat yakni sekitar 4-5 tahun setelah tanam. Rata-rata penggunaan bibitklon unggul pada perkebunan karet rakyat berkisar 10-20 dari total luas tanam, dengan ketersediaan benih unggul di penangkar benih sekitar 100.000 pohon maka ketersediaan bibit unggul tidak menjadi kendala karena masih ada ketersediaan bibit unggul di penangkar, hanya saja daya beli petani yang tidak mencukupi. Ketersediaan dan kualitas benih merupakan sarana terpenting dalam budidaya karet, karena akan menentukan hasil dan oleh sebab itu masalah pembibitan merupakan prioritas utama yang harus mendapat perhatian. Menurut informasi berdasarkan hasil survey dan sampel bahwa bibit karet klon unggul sulit Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com diperoleh. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya produksi dan produktivitas karet rakyat. Oleh karena itu untuk menjamin ketersediaan dari kualitas bibit, perlu dibangun sistem perbibitan yang dapat memfasilitasi para petani karet. Tersedianya jalan produksi juga akan sangat membantu petani dalam membawa hasil sadapan getah karet. Jalan produksi yang dapat dilalui oleh kendaraan roda dua sudah cukup banyak tersedia di dalam perkebunan dan sangat membantu petani dalam membawa hasil sadapan getah karet serta mobilisasi petani dalam melaksanakan usaha taninya. Pembuatan jembatan kecil pada parit- parit yang memotong jalan produksi sangat diperlukan, karena jalan produksi yang terdapat di areal perkebunan banyak terdapat parit sehingga menambah lama waktu pengangkutan. Selain itu juga, dengan adanya jembatan kecil pada jalan setapak jalan produksi tersebut diharapkan dapat lebih mempercepat waktu tempuh pengangkutan hasil panensadap. Getah karet hasil sadapan sebelum mengalami penggumpalan dini harus melalui proses penyaringan untuk memisahkan bahan campuran dari benda lain seperti kayu, daun dan kotoran lain. Setelah bersih dan melalui beberapa prosesperlakuan kemudian dibiarkan menggumpal selama 2-3 jam untuk menjadikannya seperti gumpalan siap untuk digiling. Hand Mangle adalah alat yang biasa digunakan oleh petani perkebunan karet rakyat untuk menggiling getah karet menjadi lembaran-lembaran sitsheet. Alat ini mempunyai arti penting dalam proses industri karet rakyat untuk skala rumah tangga. Penggilingan dengan menggunakan hand mangle melalui 2 dua tahap, dengan hasil gilingan polos dan beralur batik. Hasil gilingan polos biasanya mempunyai ketebalan ± 5 mm dan gilingan baralur batik ± 3 mm. Biasanya lateks hasil gilingan menggunakan hand mangle yang sudah di-kering angin-kan dipasaran seharga Rp. 25.000,- sd Rp. 30.000,-sheet. Dari sebanyak 1.493 kepala keluarga KK yang memiliki perkebunan karet di Kecamatan Cikalongkulon hanya terdapat 20 unit hand mangle dengan kapasitas riil sebesar 337,9 tontahun. Sedangkan di Kecamatan Mande, dari sebanyak 1.176 kepala keluarga KK hanya terdapat 30 unit hand mangle dengan kapasitas riil sebesar 308,3 tontahun. Jumlah hand mangle di tiap kecamatan Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com masih belum mencukupikurang untuk mengolah getahlateks dari bahan mentah menjadi bahan olahan sitsheet, karena dari jumlah bahan mentah yang dihasilkan dalam setahun hanya dapat diolah menjadi bahan olahan sekitar 25 Tabel 20, baik di Kecamatan Cikalongkulon maupun Kecamatan Mande. Tabel 20. Jumlah Hand Mangle di Kecamatan Cikalongkulon dan Mande Tahun 2010. No. Kecamatan Jumlah unit Bekerja Penuh unit Bekerja Tidak Penuh unit Kapasitas Rill tontahun Jumlah Pemilik orang 1 Cibeber 4 1 3 30,65 4 2 Cilaku 4 2 2 1,33 4 3 Karangtengah 1 1 1,49 1 4 Kadupandak 1 1 22,19 1 5 Argabinta 2 1 1 3,24 2 6 Cikalongkulon 20 20 337,90 20 7 Cianjur 2 1 1 3,04 2 8 Mande 30 20 10 308,25 30 9 Wr. Kondang 3 3 9,00 3 10 Cibinong 1 1 34,65 1 11 Leles 2 1 1 2,48 2 Sumber : Dishutbun Kab. Cianjur, 2010 6.2. Aspek Sosial 6.2.1. Sumberdaya Manusia