Tabel 15. Luas Areal dan Produksi Karet pada Perkebunan Rakyat dan Perkebunan Swasta di Kabupaten Cianjur Tahun 2010
No Kecamatan
Perkebunan Rakyat Perkebunan Swasta
TM Ha
Produksi Ton
Rata-rata Produksi
TonHa TM
Ha Produksi
Ton Rata-rata
Produksi TonHa
1 Cianjur
7,50 3,038
0,41 -
- -
2 Cilaku
4,00 1,332
0,33 -
- -
3 Sukaresmi
16,00 4,824
0,30 -
- -
4 Wr. Kondang
40,80 8,996
0,22 -
- -
5 Cibeber
69,50 30,650
0,44 284,38
77,91 0,27
6 Cikalongkulon
586,63 337,899
0,58 24,00
31,84 1,33
7 Mande
531,00 308,246
0,58 38,50
24,55 0,64
8 Campaka
0,00 0,000
0,00 -
- -
9 Sukaluyu
4,80 1,512
0,32 -
- -
10 Karangtengah
3,00 1,485
0,50 -
- -
11 Kadupandak
36,00 22,194
0,62 -
- -
12 Tanggeung
11,50 2,588
0,23 -
- -
13 Pagelaran
7,00 1,575
0,23 -
- -
14 Cibinong
70,00 34,650
0,50 674,90
244,30 0,36
15 Agrabinta
5,30 3,244
0,61 -
- -
16 Leles
5,50 2,475
0,45 -
- -
17 Cijati
57,00 23,598
0,41 -
- -
18 Cikadu
- -
- 175,53
60,03 0,34
Kabupaten Cianjur 1.455,53
788,304 0,54 1.197,31
438,62 0,37
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Cianjur, 2010
Peningkatan produksi dan produktivitas pada perkebunan karet rakyat sebenarnya masih bisa ditingkatkan yaitu melakukan peremajaan perkebunan
dengan mengganti tanaman tuarusak menggunakan bibitklon unggul. Hal ini akan berdampak pada perolehan hasil yang lebih tinggi daripada menggunakan
bibit dari petani sendiri.
5.5. Ketersediaan BenihBibit
Keterbatasan kemampuan petani dalam penyediaan benih unggul yang bermutu masih menjadi kendala utama dalam pencapaian produksi. Rata-rata
umur panen perkebunan karet yang menggunakan benih unggul sekitar 4-5 tahun setelah tanam, sedangkan bagi perkebunan karet rakyat yang tidak menggunakan
benih unggul panen baru dapat dilakukan pada umur tanaman sekitar 6-7 tahun.
Secara umum mutu bibit karet yang dihasilkan oleh para penangkar bibit masih sangat beragam. Bahan tanam karet unggul yang terjamin mutunya hanya
tersedia di Balai Penelitian atau para penangkar benih binaan melalui sistem waralaba di sentra-sentra pembibitan yang juga masih sangat terbatas jumlahnya.
Selain itu, masalah lain yang dihadapi penangkar bibit adalah keterbatasan sumber
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
entres yang terjamin kemurniannya dan keterbatasan jenis klon unggul baru yang dimiliki.
Tabel 16. Keadaan Pembibitan Oleh Penangkar Benih di Kabupaten Cianjur Tahun 2010
No. Kecamatan
Jenis Tanaman
Luas Pembibitan
ha Jumlah
Bibit Tersedia
pohon Sisa Bibit
di Pembibitan
pohon Banyaknya
Penangkar orang
1 Takokak
Teh 3,50
200.000 200.000
2 2
Sukanagara Teh
1,60 150.000
150.000 2
3 Kadupandak
Teh 1,20
200.000 200.000
1 4
Campaka Kopi
0,25 100.000
100.000 1
5 Cikalongkulon
Karet 2,00
100.000 100.000
1 Jumlah
8,55 750.000
750.000 7
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Cianjur, 2010
5.6. Sumberdaya Petani dan Kelompok Tani
Dari hasil survey dan wawancara untuk aspek sumberdaya manusia, diperoleh informasi bahwa tingkat penyerapan adopsi teknologi petani terhadap
informasi yang berhubungan dengan peningkatan produksi pada umumnya masih sangat rendah, walaupun penyuluhan dan pelatihan dalam rangka peningkatan
keterampilan dan pengetahuan sudah diberikan. Hal ini dikarenakan antara lain adalah tingkat pendidikan petani yang rendah, bahkan di Kecamatan
Cikalongkulon persentase tingkat pendidikan petani karet tidak lebih dari Sekolah Dasar SD mencapai 100, sedikit berbeda dengan kondisi di Kecamatan Mande
dimana tingkat pendidikan petani karet ada yang mencapai sampai ke jenjang pendidikan sarjana S1 walaupun jumlahnya sangat sedikit, namun demikian
tetap didominasi oleh petani karet dengan tingkat pendidikan yang tidak lebih dari SD yaitu sekitar 80.
Secara umum keragaan kelompok tani di tingkat Kabupaten Cianjur tergolong sedang dengan klasifikasi pemula dan lanjut. Kondisi ini menunjukan
bahwa kaidah kelompok tani belum dilaksanakan dengan baik, terutama konsolidasi pengelolaan usaha tani dalam suatu manajemen kelompok tani yang
disepakati bersama. Hal ini tergambar di lapangan, bahwa penyediaan sarana produksi dan pemasaran hasil masih dilaksanakan secara individu kecuali ada
program pemerintah dan peranan kelompok terhadap pemecahan berbagai masalah dalam berusaha tani secara khusus dan usaha pertanian secara
keseluruhan hampir tidak ada.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
Tabel 17. Kondisi Kelompok Tani di Wilayah Pengembangan Utara Kab. Cianjur
No. Kecamatan
Kelompok Tani
Kelas Kelompok Tani Pemula
Lanjut Madya
Utama 1. Cianjur
63 27
30 5
1 2. Cilaku
104 30
66 7
1 3. Warungkondang
120 84
36 1
4. Cibeber 116
12 48
50 6
5. Ciranjang 87
29 36
19 3
6. Sukaluyu 64
44 15
5 7. Bojongpicung
129 4
59 56
10 8. Karangtengah
100 9
80 11
9. Mande 88
24 60
4 10. Pacet
96 51
29 16
11. Sukaresmi 96
56 33
7 12. Cugenang
80 22
39 19
13. Cikalongkulon 112
40 72
14. Cipanas 19
17 2
15. Gekbrong Jumlah
1.274 219
645 342
69 Rata-rata
85 15
43 23
5 100,00
17,2 50,6
26,8 5,4
Sumber : Dinas Pertanian Kab. Cianjur, 2007
Perkembangan kelompok tani di Wilayah Pengembangan Utara WPU adalah yang terbaik, dimana berbagai kaidah berkelompok umumnya sudah
diterapkan relatif lebih baik meskipun masih memerlukan pembinaan yang relatif lebih baik meskipun masih memerlukan pembinaan yang lebih intensif terutama
yang terkait dengan manajemen kelompok dan kemitraan dengan swasta, baik yang berkaitan dengan penyediaan produksi maupun pemasaran hasil.
5.7. Sumberdaya Penyuluh