Metode Pengambilan Sampel Batasan Konsep dan Pengukuran

angka-angka Soeratno dan Arsyad 1993. Data kuantitatif dan kualitatif tersebut bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer mengenai komponen-komponen perikanan tangkap baik secara fisik, aktivitas maupun pengelolaannya. Data primer dikumpulkan dengan metode observasi, wawancara dan pengisian kuisioner. Observasi dilakukan terhadap komponen-komponen perikanan tangkap dari segi kondisi fisik, kapasitas, ukuran, pemanfaatan dan pengelolaannya. Wawancara dan pengisian kuesioner ditujukan kepada stakeholder sektor perikanan tangkap, diantaranya Dinas Perikanan, pengelola pelabuhan, nelayan dan masyarakat sekitar yang terlibat. Data sekunder merupakan data time series tahun 2003-2009 sebagai data utama yang digunakan dalam penenlitian, terdiri atas data produksi perikanan tangkap, jumlah unit penangkapan ikan, jumlah nelayan, kependudukan dan PDRB Kota Pekalongan. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Pekalongan, Kantor Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan dan Badan Perencanaan dan Pembangunan daerah Kota Pekalongan.

4.5 Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling atau pemilihan responden dengan sengaja. Pemilihan responden nelayan dilakukan dengan pertimbangan bahwa responden mampu berkomunikasi dengan baik dalam pengisian kuisioner dan berpengalaman dalam pengoperasian alat tangkap purse seine dan gillnet yang menjadi objek penelitian. Pemilihan responden dari instansi dilakukan dengan pertimbangan bahwa responden memiliki posisi penting dalam instansi dan memiliki pengetahuan yang lebih di bidang yang menjadi objek penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan memilih sub kelompok dari populasi, sehingga sampel yang dipilih mempunyai sifat yang mewakili sifat- sifat populasi. Responden yang diwawancarai dikelompokkan menjadi instansi pemerintahan Kota Pekalongan dan nelayan. Responden dari instansi pemerintahan yang diwawancarai berjumlah lima orang, terdiri atas Staf Divisi Pengembangan dan Penelitian Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan, Staf Badan Penanaman Modal Daerah Kota Pekalongan, Kepala Divisi Operasional Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan, Kepala Sub Bidang Perikanan Laut dan Staf bagian Statistik Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Pekalongan, Responden nelayan yang diwawancarai berjumlah 10 orang, terdiri atas lima orang nelayan purse seine dan lima orang nelayan gillnet yang mendaratkan hasil tangkapannya di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. Penelitian ini hanya memfokuskan pada alat tangkap purse seine dan gillnet, karena kedua alat tangkap tersebut merupakan alat tangkap yang paling dominan mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Pekalongan.

4.6 Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, selanjutnya ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi dan keragaan pembangunan subsektor perikanan tangkap di Kota Pekalongan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan lebih lanjut.

4.6.1 Analisis teknis subsektor perikanan tangkap

Analisis teknis digunakan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor teknik yang mempengaruhi produksi unit penangkapan ikan purse seine dan gillnet. Aspek teknik yang digunakan sebagai tolak ukur seperti konstruksi alat tangkap, daerah penangkapan ikan, metode penangkapan ikan serta produktivitas dari alat tangkap purse seine dan gillnet, Menurut Hanafiah 1986, produktivitas adalah suatu alat untuk melihat efisiensi teknik dan suatu proses produksi yang merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan input sumberdaya yang dipergunakan. Produktivitas dihitung menggunakan data sekunder untuk mengetahui produktivitas per alat tangkap, produktivitas per trip, produktivitas per nelayan dan produktivitas per biaya operasional. Keempat jenis produktivitas tersebut digunakan karena merupakan aspek penting yang nilainya dapat digunakan untuk melihat efisiensi teknik dan produksi suatu alat tangkap. Rumus produktivitas tersebut, yaitu : Produktivitas per alat tangkap = Jumlah produksi ton Jumlah alat tangkap unit Produktivitas per tri p = Jumlah produksi ton Jumlah tr ip tri p Produktivitas per nelayan = Jumlah produksi ton Jumlah nelayan orang

4.6.2 Analisis peranan subsektor perikanan tangkap a

Shift share Analisis shift share digunakan untuk menganalisis dan mengetahui pergeseran dan peranan perekonomian di daerah. Metode itu dipakai untuk mengamati struktur perekonomian dan pergeserannya dengan cara menekankan pertumbuhan sektor di daerah, yang dibandingkan dengan sektor yang lain pada daerah yang sama Badan Pusat Statistik 2006. Sumbangan subsektor perikanan terhadap PDRB dapat dihitung dengan menggunakan analisis perubahan sumbangan shift share terhadap PDRB setiap tahun : P i = S i T i x 100 Keterangan : S i = PDRB subsektor perikanan pada tahun i T i = Total PDRB pada tahun i P i = Besarnya kontribusi pada tahun i b Location Quotient LQ Penentuan apakah subsektor perikanan tangkap merupakan sektor basis atau bukan dalam pembangunan daerah, dianalisis dengan menggunakan metode Location Quotient LQ. Metode LQ merupakan analisis untuk mengetahui kondisi PDRB, laju pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja, sehingga dapat ditentukan arahan pembangunan selanjutnya. Analisis LQ digunakan untuk mengetahui besarnya peranan sektor perikanan dalam menunjang pembangunan wilayah Kota Pekalongan . Peranan tersebut merupakan kontribusi dari sektor perikanan terhadap pertumbuhan wilayah. Kontribusi perikanan berupa kemampuan perikanan dalam penyerapan tenaga kerja. Besar kecilnya peranan sektor perikanan dilihat dari perikanan tersebut sebagai sektor basis atau non basis Kadariah 1985. Budiharsono 2001 menyatakan bahwa metode Location Quotient LQ merupakan perbandingan antara pangsa relatif pendapatan dan tenaga kerja pada sektor perikanan di tingkat wilayah terhadap pendapatan dan tenaga kerja dari total wilayah. Metode ini juga membandingkan pangsa relatif pendapatan dan tenaga kerja pada sektor perikanan di tingkat kota terhadap pendapatan dan tenaga kerja total kota. Hal tersebut secara matematis dinyatakan sebagai berikut: = Keterangan : v i : Total pendapatan dan tenaga kerja subsektor perikanan tangkap di Kota Pekalongan v t : Total pendapatan dan tenaga kerja sektor perikanan di Kota Pekalongan V i : Total pendapatan dan tenaga subsektor perikanan tangkap di Provinsi Jawa Tengah V t : Total pendapatan dan tenaga kerja sektor perikanan di Provinsi Jawa Tengah Kriteria penentuan sektor basis : Jika LQ 1, maka subsektor perikanan tangkap merupakan sektor non basis Jika LQ 1, maka subsektor perikanan tangkap merupakan sektor basis.

4.6.3 Analisis dampak subsektor perikanan tangkap

Setiap peningkatan yang terjadi pada kegiatan basis akan menimbulkan efek pengganda Multiplier Effect pada perekonomian wilayah secara keseluruhan Glasson 1977 . Multiplier Effect jangka pendek dalam hal ini dihitung berdasarkan indikator pendapatan dan dapat dinyatakan dalam rumus : = Keterangan : MS y : Koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator pendapatan ΔY : Perubahan pendapatan sektor perikanan Kota Pekalongan ΔY b : Perubahan pendapatan subsektor perikanan tangkap Kota Pekalongan Perhitungan Multiplier Effect berdasarkan indikator tenaga kerja menggunakan rumus : = Keterangan : MS e : Koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator tenaga kerja ΔE : Perubahan tenaga kerja sektor perikanan Kota Pekalongan ΔY e : Perubahan tenaga kerja subsektor perikanan tangkap Kota Pekalongan

4.6.4 Analisis kebutuhan investasi

Hubungan antara peningkatan unsur investasi terhadap PDRB yang dikenal dengan Incremental Capital Output Ratio ICOR yaitu suatu ukuran yang menunjukkan besarnya tambahan investasi baru yang diperlukan untuk meningkatkan output sebesar satu unit. Secara teoritis, terdapat beberapa rumus yang dapat digunakan dalam penghitungan ICOR. Rumus dibawah ini mengasumsikan bahwa investasi yang dilakukan dalam tahun itu langsung dapat menghasilkan PDBPDRB pada tahun yang bersangkutan. Model matematikanya adalah sebagai berikut : ICOR = ∆ Keterangan : I : Besarnya tambahan investasi pada tahun t ICOR : Angka yang menunjukkan besarnya tambahan investasi yang diperlukan untuk meningkatkan satu unit output pada tahun t ΔY : Besarnya tambahan output PDB atau PDRB pada tahun t

4.6.5 Analisis komoditas hasil tangkapan unggulan

Penentuan jenis ikan unggulan yang dijadikan prioritas dalam pengembangan perikanan tangkap di Kota Pekalongan dapat diketahui melalui matrik dari pendekatan Location Quotient LQ. Secara lebih operasional, LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktivitas perikanan tangkap pada sub wilayah ke-i terhadap persentase aktivitas total terhadap wilayah yang diamati. Model matematikanya adalah sebagai berikut : = Keterangan : LQ : Location Quotient q i : produksi ikan jenis ke-i di Kota Pekalongan q t : produksi total perikanan tangkap Kota Pekalongan Q i : produksi ikan jenis ke-i Provinsi Jawa Tengah Q t : prosuksi total perikanan tangkap Provinsi Jawa Tengah Pendekatan adanya pemusatan produksi perikanan tangkap dengan LQ dibedakan dalam dua kelompok, setiap kelompok masing-masing terdiri atas 3 kriteria dan 2 kriteria. Kelompok pertama dilihat dari nilai perhitungan LQ itu sendiri, yaitu terpusat LQ 1, mendekati terpusat LQ = 0,80 sampai 0,99 dan tidak terpusat LQ 1. Masing-masing kelompok secara berurutan dibobot dengan nilai 3, 2 dan 1. Kelompok kedua dilihat dari nilai pertumbuhan LQ, yaitu nilai LQ yang mengalami pertumbuhan positif diberi bobot 3, nilai LQ yang mengalami pertumbuhan tetap diberi bobot 2, dan untuk nilai LQ yang mengalami pertumbuhan negatif diberi bobot 1. Dari kedua hasil bobot LQ tersebut, nilai penjumlahan tertinggi merupakan ikan unggulan dan dijadikan prioritas untuk pengembangan produksi perikanan tangkap di Kota Pekalongan. Data yang digunakan dalam penentuan komoditas unggulan adalah data selama enam tahun yaitu tahun 2003-2008. Penentuan suatu komoditas unggulan dapat dilakukan setelah mengetahui selang kelas. Selang kelas didapatkan melalui penjumlahan nilai bobot LQ dan pertumbuhan LQ yang memiliki nilai tertinggi serta menjumlahkan nilai LQ dan nilai pertumbuhan yang memiliki nilai terendah. Selisih antara kedua nilai tersebut kemudian dibagi tiga. Hasil yang didapatkan adalah merupakan selang yang digunakan dalam penentuan kelas komoditas unggulan, kelas komoditas netral dan kelas komoditas non unggulan. Skor tertinggi didapatkan sebesar 20 dan skor terendah sebesar 8. Selisih antara kedua nilai tersebut adalah 12, kemudian dibagi tiga dan hasil yang didapatkan adalah 4. Selang untuk komoditas unggulan adalah 17-20, selang untuk komoditas netral adalah 13-16 dan selang untuk komoditas non unggulan adalah 8-12.

4.6.6 Analisis strategis pengembangan subsektor perikanan tangkap

Perencanaan pembangunan wilayah berbasis perikanan tangkap secara terpadu di Pekalongan dapat dirumuskan melalui analisis SWOT. Hasil analisis SWOT dapat digunakan untuk menetapkan suatu kebijakan pengembangan perikanan tangkap di wilayah Kota Pekalongan dalam jangka pendek. Analisis ini dapat menjawab permasalahan perikanan tangkap dan menghindari permasalahan baru. Pada gilirannya pembangunan terpadu dapat meningkatkan produksi ikan, konsumsi ikan, pemasaran hasil perikanan, pendapatan nelayan, memperluas lapangan kerja, memberikan dukungan terhadap pembangunan bidang industri tanpa melupakan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan, sehingga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah. Analisis SWOT adalah identifikasi secara sistematik antara kekuatan dan kelemahan dari faktor internal dan eksternal yang dihadapi suatu sektor. Faktor internal tersebut antara lain keadaan sumberdaya, lingkungan, operasional dan pemasaran, sedangkan faktor eksternal terdiri dari analisis pasar, masyarakat, pemerintah, sektor lain di wilayah pesisir dan kelembagaan. Analisis SWOT umumnya memiliki kelebihan, yakni sederhana, fleksibel, menyeluruh, menyatu, mengkolaborasi dan menghasilkan perencanaan terpadu. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor di dalam dan di luar komponen atau sistem perikanan secara sistematis untuk merumuskan suatu strategi perencanaan terpadu. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan Strengths dan peluang Opportunities, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan Weaknesses dan ancaman Threats. Rangkuti 1997 mengemukakan bahwa matrik SWOT dapat menghasilkan empat set kemungkinan strategi, yaitu SO, ST, WO dan WT. Masing-masing strategi tersebut, sebagai berikut: 1 Strategi SO Strength-Opportunity Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran suatu sektor, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. 2 Strategi ST Strength-Threat Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman. 3 Strategi WO Weakness-Opportunity Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. 4 Strategi WT Weakness-Threat Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Penggambaran matrik SWOT yang disusun dengan peluang dan ancaman ekternal dan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang ada secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Matrik SWOT Internal Eksternal Strengths S Tentukan faktor-faktor kekuatan Internal Weakness W Tentukan faktor-faktor kelemahan internal Opportunities O Tentukan peluang eksternal

I. Strategi SO

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

III. Strategi WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Threats T Tentukan ancaman eksternal

II. Strategi ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

IV. Strategi WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman Sumber : Rangkuti 1997. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa masing-masing faktor, yaitu faktor internal dan eksternal selalu dikaitkan. Matrik SWOT dapat mengilustrasikan bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh suatu perusahaan dapat dipertemukan dengan kelemahan dan kekuatan internal untuk menghasilkan empat kelompok kemungkinan alternatif strategis. Empat kemungkinan tersebut yaitu SO, ST, WO dan WT. Pada Gambar 4 dapat terlihat terdapat empat kuadran pada Diagram Analisis SWOT. 3. Mendukung strategi 1. Mendukung strategi turn around agresif 4. Mendukung 2. Mendukung strategi defensif strategi diversifikasi Gambar 4 Diagram analisis SWOT Rangkuti 1997. Berikut adalah uraian dari Gambar 4 di atas : Kuadran 1 : Kuadran ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif Growth oriented strategy. Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara stratifikasi diversifikasi produk. Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dipihak lain, ia menghadapi beberapa kendala atau kelemahan Peluang Ancaman Kelemahan Kekuatan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Untuk membuat analisis SWOT, dibutuhkan analisis terhadap lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi suatu wilayah. Analisis lingkungan internal dan eksternal dilakukan dengan membuat matriks Evaluasi Faktor Internal Internal Factor Evaluation – IFE dan Evaluasi Faktor Eksternal External Factor Evaluation – EFE. Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat matriks Internal Factor Evaluation IFE dan External Factor Evaluation EFE, yaitu : a Menyusun daftar faktor-faktor yang dianggap berpengaruh penting sebagai faktor internal dan eksternal subsektor perikanan tangkap Kota Pekalongan. Faktor-faktor strategis internal dan faktor-faktor strategi eksternal dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3. Tabel 2 Faktor strategi internal Faktor Strategi Internal Kekuatan A. Kesempatan kerja cukup besar di subsektor perikanan tangkap

B. Sarana dan prasarana pelabuhan cukup lengkap

C. Terdapatnya komoditas hasil tangkapan unggulan

D. Kontribusi perikanan tangkap besar terhadap PDRB Kota Pekalongan Kelemahan

E. Kualitas SDM rendah F. Potensi sumberdaya laut rendah G. Regulasi perikanan dari pemerintah yang berbelit-belit H. Kurangnya pendampingan kepada nelayan Tabel 3 Faktor strategi eksternal Faktor Strategi Eksternal Peluang A. Jumlah SDM nelayan tinggi B. Tingkat permintaan dari luar terhadap produk perikanan tinggi C. Adanya laboratorium pengujian mutu hasil perikanan D. Terdapat kapal khusus pengangkut ikan Ancaman E. Persaingan pasar dengan daerah lain F. Harga BBM untuk unit penangkapan ikan yang cukup tinggi G. Adanya sindikat penjualan ikan di tengah laut H. Banyak nelayan yang melakukan pendaratan hasil tangkapannya di tempat lain b Penilaian bobot setiap faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal; konsisten dalam subsektor perikanan tangkap Kota Pekalongan. Pembobotan bertujuan untuk mengkuantifikasi faktor-faktor internal maupun faktor-faktor eksternal yang telah dianalisis. Rentang nilai bobot yang digunakan adalah satu sampai tiga. Aturan yang digunakan dalam pengisian kolom adalah: 1 = jika faktor horizontal kurang penting daripada faktor vertikal 2 = jika faktor horizontal sama penting dengan faktor vertikal 3 = jika faktor horizontal lebih penting daripada faktor vertikal Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus Kinnear dan Taylor 1996 diacu dalam Dewi 2008 а = ⅀ Keterangan : а : Bobot variabel ke-i Xi : Nilai variabel ke-i i : A, B, C, .......n n : jumlah faktor-faktor strategis Penilaian bobot faktor stategis internal dan faktor strategis eksternal masing- masing dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5. Tabel 4 Penilaian bobot faktor strategis internal Faktor Strategis Kekuatan Kelemahan Total Bobot Internal A B C D E F G H Kekuatan Indikator A Xa Indikator B Xb Indikator C Xc Indikator D Xd Kelemahan Indikator E Xe Indikator F Xf Indikator G Xg Indikator H Xh Total Σxi Tabel 5 Penilaian bobot faktor strategis eksternal Faktor Strategis Peluang Ancaman Total Bobot Eksternal A B C D E F G H Peluang Indikator A Xa Indikator B Xb Indikator C Xc Indikator D Xd Ancaman Indikator E Xe Indikator F Xf Indikator G Xg Indikator H Xh Total Σxi c Selanjutnya adalah membuat matriks Internal Factor Evaluation IFE dan matriks External Factor Evaluation EFE. Pemberian bobot pada setiap faktor dimulai dari 0,0 tidak penting sampai 1,0 sangat penting. Bobot yang diberikan pada suatu faktor menunjukkan seberapa penting faktor tersebut untuk menunjang keberhasilan. Jumlah dari semua bobot harus sama dengan 1,0. Pembobotan ditempatkan pada kolom kedua matriks. d Penentuan peringkat terhadap variabel-variabel hasil analisis situasi dilakukan dengan skala berikut : Nilai untuk matriks IFE, skala peringkat yang digunakan yaitu : 1 = sangat lemah 3 = kuat 2 = lemah 4 = sangat kuat Nilai untuk matriks EFE, skala peringkat yang dibutuhkan yaitu : 1 = rendah 3 = tinggi 2 = sedang 4 = sangat tinggi e Tiap peringkat dikalikan masing-masing bobotnya untuk setiap variabel, sehingga dapat ditentukan nilai yang dibobot. f Nilai yang dibobot dari setiap variabel dijumlahkan untuk menentukan nilai bobot total bagi subsektor perikanan tangkap di Kota Pekalongan. Matriks internal factor evaluation dan matriks external factor evaluation dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7. Tabel 6 Matriks Internal Factor Evaluation IFE Faktor Strategi Internal Bobot Nilai Nilai Dibobot Kekuatan A. Kesempatan kerja cukup besar di subsektor perikanan tangkap

B. Sarana dan prasarana perikanan tangkap yang

cukup lengkap C. Terdapatnya komoditas hasil tangkapan unggulan D. Kontribusi perikanan tangkap besar terhadap PDRB Kota Pekalongan Kelemahan E. Kualitas SDM rendah F. Potensi sumberdaya laut kurang G. Regulasi perikanan dari pemerintah berbelit-belit H. Kurangnya pendampingan kepada nelayan Total 1 ……… Tabel 7 Matriks External Faktor Evaluation EFE Faktor Strategi Eksternal Bobot Nilai Nilai yang Dibobot Peluang A. Jumlah sumberdaya nelayan tinggi B. Tingkat permintaan dari luar terhadap produk perikanan yang tinggi C. Adanya Laboratorium Pengujian Mutu Hasil Perikanan D. Terdapat kapal khusus pengangkut ikan Ancaman E. Persaingan pasar dengan daerah lain F. Harga BBM untuk unit penangkapan ikan yang cukup tinggi G. Adanya sindikat penjualan ikan di laut H. Banyak nelayan mendaratkan ikan ditempat lain Total 1 g Nilai bobot berkisar antara 1-4 dengan rata-rata 2,5. Nilai lebih kecil dari 2,5 menunjukkan bahwa posisi internal dan eksternal lemah, sedangkan nilai bobot total di atas 2,5 menunjukkan bahwa posisi internal dan eksternalnya berada pada tingkat yang kuat. Nilai bobot yang berada pada nilai 2,5 menunjukkan situasi eksternal dan internalnya berada pada posisi rata-rata. Pemilihan alternatif strategi yang terbaik dilakukan dengan memberikan nilai dan ranking sesuai dengan tingkat kepentingannya. Pemberian nilai ini diberikan kepada setiap unsur SWOT dan pemberian ranking dilakukan dengan cara penjumlahan dari penilaian bobot setiap faktor strategis internal dan eksternal yang didapat dari jawaban para responden.

4.7 Batasan Konsep dan Pengukuran

Batasan konsep yang dilakukan pada penelitian ini antara lain : 1 Penelitian ini menganalisis subsektor perikanan tangkap; 2 Peranan subsektor perikanan tangkap dalam pembangunan adalah kedudukan subsektor perikanan tangkap dalam pembangunan wilayah yang diukur berdasarkan indikator pendapatan wilayah dan kesempatan kerja; 3 Sektor basis perikanan tangkap adalah perbandingan relatif kemampuan subsektor perikanan tangkap pada wilayah penelitian dibandingkan dengan wilayah administrasi di atasnya atau tingkat provinsi, serta subsektor perikanan tangkap mampu memenuhi kebutuhan komoditas perikanan Kota Pekalongan dan mengekspor ke luar Kota Pekalongan; 4 Produk Domestik Regional Bruto PDRB adalah pendapatan total suatu wilayah dari seluruh kegiatan perekonomian selama setahun. PDRB yang dimaksud dalam penelitian ini adalah PDRB atas dasar harga konstan; 5 Kesempatan kerja adalah jumlah angkatan kerja yang bekerja. Kesempatan kerja subsektor perikanan tangkap adalah jumlah angkatan kerja yang bekerja pada subsektor perikanan tangkap. Kesempatan kerja dinyatakan dalam orang atau jiwa; 6 Efek pengganda yang diperoleh dari perhitungan pendapatan per tenaga kerja adalah koefisien yang menunjukkan kemampuan setiap peningkatan dalam wilayah terhadap pertumbuhan wilayah yang bersangkutan; 7 Faktor internal adalah kekuatan yang merupakan keunggulan yang dimiliki oleh subsekor perikanan tangkap serta kelemahan yang merupakan keterbatasan atau kekurangan subsektor perikanan tangkap yang mempengaruhi kinerja pembangunan; 8 Faktor eksternal adalah peluang yang merupakan kesempatan yang dimiliki subsektor perikanan tangkap untuk dimanfaatkan dan ancaman yang merupakan hambatan yang berasal dari luar subsektor perikanan tangkap; 9 Strategi pembangunan adalah rencana pengembangan secara bertahap dan teratur dari kondisi rill saat ini menuju sasaran yang diinginkan. 5. KEADAAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Pekalongan Kota Pekalongan terletak di dataran rendah Pantai Utara Pulau Jawa. Kota Pekalongan terletak pada ketinggian kurang lebih 1 meter di atas permukaan laut dengan posisi antara 6 50’42’’ - 6 55’44’’ Lintang Selatan dan 109 37’55’’ – 109 42’19’’ Bujur Timur Anonim 2008 a . Anonim 2008 a menyatakan bahwa batas-batas wilayah administratif Kota Pekalongan adalah : Sebelah Utara : Laut Jawa Sebelah Selatan : Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang Sebelah Timur : Kabupaten Batang Sebelah Barat : Kabupaten Pekalongan Kota Pekalongan merupakan kota yang strategis karena mudah dijangkau dari berbagai kota lainnya. Kondisi jalan dan transportasi yang baik di Kota Pekalongan merupakan faktor utama mudahnya akses dari kota lainnya. Posisi Kota Pekalongan yang terletak di tengah Pulau Jawa juga memberikan pengaruh yang strategis. Kota Pekalongan memiliki luas 4.525 ha atau 0,14 dari luas wilayah Jawa Tengah, dibagi menjadi empat kecamatan, yaitu Kecamatan Pekalongan Barat, Pekalongan Timur, Pekalongan Selatan dan Pekalongan Utara. Jumlah penduduk Kota Pekalongan pada tahun 2009 sebanyak 276.158 jiwa, terdiri atas 134.402 laki-laki atau 48,67 dan 141.756 perempuan atau 51,33 dari total penduduk Kota Pekalongan. Sex ratio antara penduduk laki-laki dan perempuan di Kota Pekalongan sebesar 95. Artinya setiap 100 orang perempuan terdapat 95 orang laki-laki. Penyebaran hampir merata di empat kecamatan. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Pekalongan Barat, dengan jumlah penduduk sebesar 87.905 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi juga terdapat pada Kecamatan Pekalongan Barat yaitu dengan tingkat kepadatan 8,747 jiwa per km 2 . Jumlah penduduk dan tingkat kepadatan per kecamatan di Kota Pekalongan disajikan secara terperinci pada Tabel 8. Tabel 8 Jumlah penduduk kota Pekalongan tahun 2009 No Kecamatan Luas km 2 Penduduk jiwa Kepadatan jiwakm 2 1 Pekalongan Barat 10,05 87.905 8.747 2 Pekalongan Timur 9,52 64.274 6.751 3 Pekalongan Selatan 10,80 51.354 4.755 4 Pekalongan Utara 14,88 72.625 4.881 Total 45,25 276.158 6.103 Sumber : Pekalongan Dalam Angka 2009. Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 10 tahun ke atas yang terdiri atas angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Usia “angkatan kerja” yaitu penduduk dalam usia kerja 14-55 tahun yang bekerja, mempunyai pekerjaan sementara tetapi tidak bekerja, dan orang tidak bekerja yang mencari pekerjaan, sedangkan usia “bukan angkatan kerja” yaitu penduduk dalam usia kerja 14-55 tahun yang tidak bekerja, tidak mencari pekerjaan, tetapi kegiatan golongan ini masih bersekolah BPS Pekalongan 2010. Sektor perikanan merupakan sektor yang cukup mendominasi diantara industri-industri lainnya yang ada di Kota Pekalongan. Hal ini didukung adanya Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan yang merupakan Pelabuhan Perikanan Nusantara terbesar di Provinsi Jawa Tengah. Jumlah penduduk dan angkatan kerja tahun 2003-2008 Kota Pekalongan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Jumlah Penduduk dan angkatan kerja di Kota Pekalongan 2003-2008 Tahun Jumlah penduduk jiwa Total angkatan kerja jiwa 2003 264.217 5.633 2004 264.932 3.622 2005 267.574 3.430 2006 268.470 3.574 2007 271.990 3.493 2008 273.911 4.901 Sumber: Pekalongan Dalam Angka 2003-2008.

5.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kota Pekalongan