6.7 Strategi Pengembangan
Strategi pengembangan subsektor perikanan tangkap di Kota Pekalongan sangat diperlukan. Penjabaran hasil identifikasi terhadap komponen-komponen
analisis SWOT yang terdapat di Kota Pekalongan diuraikan lebih lanjut.
6.7.1 Identifikasi unsur SWOT subsektor perikanan tangkap 1
Kekuatan Strenght S1 Kesempatan kerja di subsektor perikanan tangkap cukup besar.
Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan merupakan salah satu pelabuhan perikanan terbesar di Jawa Tengah. Penyerapan tenaga kerja di sektor
perikanan relatif besar. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Location Quotient LQ tenaga kerja yang lebih dari satu, berarti kebutuhan tenaga kerja di subsektor
perikanan tangkap dapat terpenuhi dan dapat menyumbang tenaga kerja ke sektor perikanan lainnya. Pada tahun 2008, nilai multiplier effect berdasarkan indikator
tenaga kerja Kota Pekalongan adalah 0,24. Hal ini menjelaskan bahwa perubahan satu satuan tenaga kerja subsektor perikanan tangkap akan mempengaruhi
perubahan tenaga kerja sektor lainnya yang berkaitan dengan subsektor perikanan tangkap Kota Pekalongan sebesar 0,24 satuan. Jumlah kesempatan kerja subsektor
perikanan tangkap yang besar di Pekalongan dapat menjadi kekuatan dalam pengembangan subsektor perikanan tangkap dan dapat meningkatkan kontribusi
dari subsektor perikanan tangkap terhadap PDRB Kota Pekalongan.
S2 Sarana dan prasarana cukup lengkap.
Alat penangkapan ikan yang paling dominan di Kota Pekalongan adalah purse seine, sehingga sarana perikanan tangkap seperti kapal motor, motor tempel
dan alat-alat penangkapannya sudah tergolong baik. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata nelayan yang menangkap ikan di perairan yang jauh dari konsentrasi
nelayan atau tempat melabuhkan kapalnya, karena kekuatan kapal yang digunakan mampu melakukan operasi penangkapan ikan di lautan lepas. Prasarana yang
dimiliki Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan tergolong lengkap, seperti halnya terdapat TPI, dermaga, pabrik es dan prasarana lainnya. Fasilitas-fasilitas
penunjang lainnya masih perlu diaktifkan kembali agar penggunaannya pada
kegiatan penangkapan ikan dapat lebih optimal, sehingga akan memberikan pengaruh positif terhadap kualitas dan kuantitas hasil tangkapan nelayan Kota
Pekalongan.
S3 Terdapatnya komoditas hasil tangkapan unggulan.
Beberapa hasil perikanan tangkap di Kota Pekalongan merupakan komoditas unggulan. Adanya komoditas unggulan akan memberikan dampak
positif, yaitu berupa kontribusi yang besar terhadap pendapatan di subsektor perikanan tangkap. Pada kelompok ikan pelagis besar terdapat tongkol sebagai
komoditas unggulan, mempunyai nilai LQ sebesar 20. Pada kelompok pelagis kecil ada empat jenis ikan yang menjadi komoditas unggulan, yaitu selar dengan
nilai LQ sebesar 17, layang dengan nilai LQ sebesar 20, lemuru dengan nilai LQ sebesar 20 dan banyar dengan nilai LQ 20, serta pada kelompok demersal terdapat
bawal hitam yang menjadi komoditas unggulan, dengan nilai LQ sebesar 15.
S4 Kontribusi perikanan tangkap besar terhadap PDRB Kota Pekalongan.
Kontribusi subsektor perikanan tangkap Kota Pekalongan terhadap perekonomian Kota Pekalongan relatif besar. Hal tersebut ditunjukkan pada
persentase kontribusi nilai PDRB subsektor perikanan tangkap dari tahun 2003- 2009 yang mencapai lebih dari setengah dari total nilai presentase perikanan
secara umum. Pada tahun 2003 subsektor perikanan tangkap memberikan kontribusi sebesar 11,74 dari total kontribusi perikanan sebesar 11,75, hingga
pada tahun 2009 perikanan tangkap memberikan kontribusi sebesar 5,91 dari total kontribusi perikanan sebesar 5,98. Pada tahun 2003-2009 nilai LQ
subsektor perikanan tangkap selalu memperoleh nilai lebih dari 1. Pada tahun 2009 nilai LQ mencapai 8,9. Nilai tersebut menyatakan bahwa subsektor
perikanan tangkap merupakan sektor basis di Kota Pekalongan. Koefisien efek pengganda yang tinggi juga mmemberikan kontribusi yang baik bagi PDRB Kota
Pekalongan. Nilai Multiplier effect tertinggi terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar 4,35, artinya setiap peningkatan pendapatan subsektor perikanan tangkap
Kota Pekalongan sebesar Rp1,00, maka dapat meningkatkan pendapatan sektor lainnya yang terkait dengan subsektor perikanan tangkap Kota Pekalongan sebesar
Rp4,35. Hal tersebut dapat memberikan pengaruh bagi besanya kontribusi subsektor perikanan tangkap terhadap PDRB Kota Pekalongan.
2 Kelemahan Weakness
W1 Kualitas sumberdaya manusia rendah.
Kualitas sumberdaya manusia yang rendah diindikasikan dari banyaknya nelayan di Kota Pekalongan yang berpendidikan hanya tamat SD. Hal tersebut
dikarenakan kurang tepatnya pola pikir masyarakat nelayan yang menganggap bahwa untuk menjadi seorang nelayan tidak memerlukan pendidikan yang tinggi,
melainkan hanya cukup dengan keterampilan dan pengalaman saja. Tingginya biaya untuk melanjutkan pendidikan juga menjadi faktor kendala bagi nelayan
Kota Pekalongan, sehingga mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia menjadi rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia menyebabkan masyarakat
nelayan di Kota Pekalongan melakukan pengelolaan dan penanganan hasil tangkapan masih menggunakan cara-cara yang tradisional, sehingga tidak dapat
meningkatkan nilai ekonomis hasil tangkapan, yang nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga.
W2 Potensi sumberdaya laut rendah.
Produksi perikanan tangkap Kota Pekalongan cukup besar, namun tidak sejalan dengan potensi yang dimiliki Perairan Kota Pekalongan, karena besarnya
capaian produksi Kota Pekalongan sebagian besar didapatkan dari luar wilayah Perairan Kota Pekalongan, seperti daerah Karimunjawa, Laut Cina Selatan,
Perairan Makasar dan perairan daerah timur lainnya. Perairan Kota Pekalongan masih perlu pengelolaan yang lebih baik agar potensi perikanannya dapat
meningkat kembali dan dapat dimanfaatkan secara efektif sehingga dapat lebih menguntungkan.
W3 Regulasi perikanan dari pemerintah berbelit-belit
Sektor perikanan merupakan salah satu sektor di bawah koordinasi pemerintah Kota Pekalongan. Banyak pula instansi terkait yang berperan serta
dalam kemajuan sektor ini. Instansi tersebut terdiri atas Dinas Kelautan dan
Perikanan, syahbandar perikanan, pengelola TPI, KUD Makaryo Mino dan kantor Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. Sampai saat ini koordinasi antara
Pemerintah Kota dengan instansi-insatansi tersebut masih kurang baik, sehingga menyebabkan terjadinya regulasi yang berbeli-belit dalam menangani kegiatan
di subsektor perikanan tangkap Kota Pekalongan. Hal ini menjadikan nelayan Kota Pekalongan malas untuk mengurus segala administrasi yang berkaitan
dengan kegiatan penangkapan ikan. Contohnya, Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Pekalongan memiliki alokasi dana gratis untuk perpanjangan surat atau
dokumen yang berkaitan dengan ijin melakukan operasi penangkapan ikan, namun dana tersebut tidak termanfaatkan dengan maksimal karena masih banyak
nelayan yang belum mengetahui adanya alokasi dana tersebut. Koordinasi dengan pihak swasta atau PERUM yang sebagian besar memegang kepemilikan fasilitas
pelabuhan juga kurang baik. Hal ini terlihat dari terdapatnya beberapa fasilitas pelabuhan yang tidak berfungsi, sehingga banyak nelayan lebih memilih
mendaratkan hasil tangkapnnya ke daerah lain.
W4 Kurangnya pendampingan kepada nelayan.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Pekalongan telah mencanangkan program penyuluhan kepada nelayan. Program tersebut merupakan media
koordinasi antara dinas dengan nelayan yang bertujuan untuk memberi pembekalan kepada nelayan terkait peningkatan kualitas sumberdaya, namun
adanya penyuluhan tersebut belum efektif dalam meningkatkan kualitas sumberdaya nelayan. Kekurangan pemerintah dalam melaksanakan program ini
adalah tidak diadakannya kegiatan pendampingan oleh pemerintah kepada nelayan, sehingga bekal yang didapat di penyuluhan tidak bermanfaat dengan
maksimal.
3 Peluang Opportunity
O1 Jumlah sumberdaya nelayan tinggi.
Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan merupakan pelabuhan perikanan nusantara terbesar di Jawa Tengah. Adanya PPN dan fasilitas-
fasilitasnya sangat menunjang dalam pelaksanaan kegiatan perikanan tangkap.
Perikanan tangkap Kota Pekalongan memiliki peran yang baik bagi daerah karena selain memberikan kontribusi terhadap PDRB yang cukup besar, perikanan
tangkap juga menyerap banyak tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran di Kota Pekalongan. Hal ini dapat menjadi salah satu peluang
dalam pengembangan perikanan tangkap Kota Pekalongan.
O2 Tingkat permintaan dari luar terhadap produk perikanan yang tinggi.
Tingginya pertumbuhan jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran manusia akan arti penting produk perikanan bagi kesehatan dan kecerdasan,
diyakini akan meningkatkan permintaan terhadap produk perikanan di masa mendatang. Tata guna lahan di daratan yang semakin menyempit dikarenakan
pembangunan dan pengembangan kegiatan ekonomi lainnya akan memperkecil penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian. Dengan demikian berkurangnya
lahan produksi menyebabkan pasokan bahan pangan dari sektor pertanian semakin kecil. Produk pertanian menjadi alternatif bagi penyediaan sumber bahan pangan
sebagai pengganti produk pertanian. Tingkat permintaan perikanan dipengaruhi pula oleh pola konsumsi
masyarakat yang mengarah pada pola konsumsi berimbang. Hal tersebut sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan dan pendidikan masyarakat yang
semakin baik. Dengan pola pangan yang berimbang, maka konsumsi protein hewani akan semakin besar, khususnya dari ikan.
O3 Adanya laboratorium pengujian mutu hasil perikanan.
Produksi perikanan tangkap Kota Pekalongan cukup tinggi setiap tahunnya. Hasil tangkapan sebesar 20 dipasarkan di pasar lokal yaitu Kota
Pekalongan, Kabupaten Batang, Tegal dan daerah di sekitar Kota Pekalongan. Sementara 80 lainnya dipasarkan ke daerah Jakarta, Sumatera dan Tujuan
ekspor. Ikan yang dipasarkan berupa ikan olahan, seperti ikan asin dan ikan kaleng. Adanya Laboratorium Pengujian Pengawasan Mutu Hasil Perikanan
sangat menunjang dalam penentuan kualitas ikan, baik segar maupun olahan yang siap atau layak untuk dipasarkan ke luar daerah maupun ekspor.
O4 Terdapat kapal khusus pengangkut ikan.
Adanya kapal khusus pengangkut ikan di suatu pelabuhan sangat prospektif bagi kemajuan perikanan tangkap daerah tersebut. Kapal khusus
pengangkut ikan dapat menjadi solusi alternatif bagi nelayan dalam menjaga dan menangani hasil tangkapan agar tetap segar, sehingga ikan tetap memiliki nilai
ekonomis dan harga jual yang tinggi. Pemerintah Kota Pekalongan mulai tahun 2011 telah mengadakan kapal
khusus pengangkut ikan. Hal ini bertujuan untuk mengatasi masalah dan memfasilitasi nelayan agar tetap mendaratkan hasil tangkapannya ke TPI
Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. Kelebihan diadakannya kapal pengangkut ikan adalah ikan yang didaratkan lebih segar, karena tidak lama
tersimpan di atas kapal. Selain itu jumlah produksi juga akan kembali meningkat, karena nelayan yang biasanya mendaratkan hasil tangkapan di tempat lain akan
kembali mendaratkan hasil tangkapan di Pelabuhan Kota Pekalongan. Adanya program pengadaan kapal khusus belum menunjukkan dampak yang begitu besar,
karena program ini belum berjalan maksimal atau masih perlu perbaikan dan akan terus dilakukan pengembangan. Adanya kapal khusus ini dianggap sangat
propektif bagi pengembangan perikanan tangkap untuk kedepannya.
4 Ancaman Threats
T1 Persaingan pasar dengan daerah lain.
Posisi Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan terletak tidak jauh dari Pusat Pendaratan Ikan Kabupaten Batang. Hal tersebut merupakan salah satu
faktor penyebab terjadinya persaingan pasar. Selain itu kesamaan komoditas yang diproduksi dengan daerah tersebut juga mempengaruhi yaitu akan terjadi
persaingan dalam penjualan komoditas. Hal ini akan menyebabkan turunnya harga jual komoditas tersebut dan akan menjadi ancaman pada perkembangan subsektor
perikanan tangkap Kota Pekalongan.
T2 Harga bahan bakar minyak yang cukup tinggi.
Tingginya harga bahan bakar dapat menjadi hambatan bagi nelayan Kota Pekalongan. Hal ini sangat berpengaruh ketika nelayan akan melakukan operasi
penangkapan ikan. Bahan bakar merupakan suatu bekal yang sangat diperlukan oleh nelayan, karena akan digunakan untuk bahan bakar penggerak mesin kapal
dan juga bahan untuk lampu genset. Semakin tinggi harga bahan bakar, maka modal yang diperlukan dalam operasi penangkapan ikan akan semakin besar. Hal
tersebut sering menjadikan nelayan Kota Pekalongan jadi malas melaut dan memilih untuk berpindah profesi. Artinya tingginya harga Bahan Bakar Minyak
BBM menjadi ancaman bagi pengembangan subsektor perikanan tangkap Kota Pekalongan.
T3 Adanya sindikat penjualan ikan di laut.
Menurunnya sumberdaya ikan di Laut Utara Jawa menyebabkan nelayan Kota Pekalongan memilih daerah penangkapan di daerah makasar dan daerah
timur lainnya. Jauhnya daerah penangkapan maka modal yang diperlukan untuk perbekalan juga semakin tinggi. Setiap melakukan operasi penangkapan ikan,
nelayan memiliki satu tujuan yaitu memperoleh keuntungan. Hal tersebut yang umumnya membuat nelayan melakukan segala cara untuk mencapai keuntungan.
Salah satunya adalah melalui kegiatan penjualan ikan di laut. Nelayan melakukan penjualan di laut biasanya karena adanya tawaran harga yang lebih menarik,
selain itu nelayan tidak perlu melakukan penangan ikan diatas kapal.
T4 Banyak nelayan mendaratkan ikan di tempat lain.
Daerah penangkapan ikan yang jauh dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan adalah salah satu alasan nelayan Pekalongan melakukan pendaratan
di tempat lain. Hal itu dilakukan, karena nelayan ingin menjaga kesegaran ikan agar nilai jualnya tetap tinggi. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan
pendaratan di tempat lain adalah lokasinya dekat dengan daerah penangkapan ikan, nilai jual ikan yang lebih tinggi dan lebih ramainya kegiatan jual beli di
pasar tersebut. Maka diperlukan solusi untuk mengatasi hal tersebut, karena jika tidak
diatasi subsektor
perikanan tangkap
akan terancam
dalam pengembangannya.
6.7.2 Matriks IFE Internal Factor Evaluation