Komoditas Unggulan Perikanan Tangkap Kota Pekalongan

perikanan tangkap tahun 2010-2011 berkisar antara Rp44.076.000.000,00 – Rp45.540.000.000,00, sedangkan untuk tahun 2012-2013 berkisar antara Rp35.359.000.000,00 – Rp36.533.000.000,00. Kebutuhan investasi subsektor perikanan tangkap pada Tahun 2008-2013 dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29 Kebutuhan investasi subsektor perikanan tangkap Kota Pekalongan Tahun 2008-2013 juta rupiah Tahun Investasi juta Rp ICOR 3,31 ICOR 3.42 20082009 52.793 54.547 20092010 48.434 50.043 20102011 44.076 45.540 20112012 39.717 41.036 20122013 35.359 36.533 Sumber : Data diolah, 2011. ICOR : Tingkat efisiensi penyerapan investasi I : Investasi subsektor perikanan tangkap Sumber nilai ICOR : Kajian Strategi Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan PKSPL-IPB 2004. Investasi yang dibutuhkan oleh subsektor perikanan tangkap Kota Pekalongan adalah sebagian besar digunakan untuk perbaikan, pengelolaan, serta pengembangan sarana dan prasarana Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. Perbaikan sarana dan prasarana pelabuhan dapat memberikan pemasukan bagi sektor lain seperti sektor industri dalam pengadaan material yang diperlukan untuk perbaikan sarana serta sektor jasa terkait dengan distribusi air bagi penunjang kegiatan di lingkungan pelabuhan.

6.6 Komoditas Unggulan Perikanan Tangkap Kota Pekalongan

Komoditas unggulan dapat ditentukan dengan melakukan perhitungan terhadap volume produksi dari subsektor perikanan tangkap. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan metode Location Quentient LQ. Analisis LQ dalam penentuan hasil tangkapan unggulan yaitu dengan cara membandingkan hasil tangkapan di Provinsi Jawa Tengah dengan hasil tangkapan Kota Pekalongan Lampiran 3 dan 4. Produksi subsektor perikanan tangkap dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu kelompok ikan demersal, kelompok ikan pelagis besar, kelompok ikan pelagis kecil dan kelompok binatang lunak. Ikan atau hasil tangkapan Kota pekalongan yang menjadi objek perhitungan dalam penentuan komoditas unggulan adalah ikan yang paling dominan dan memiliki volume produksi yang relatif tinggi di Kota Pekalongan. Ikan tersebut antara lain: 1 Kelompok ikan demersal adalah manyung Arius sp dan bawal hitam Formio niger; 2 Kelompok ikan pelagis besar adalah tongkol Euthynnus spp dan tenggiri Scomberomerus commersoni; 3 Kelompok ikan pelagis kecil adalah selar Caranx leptolepis, layang Decapterus roselli, tembang Clupea fimbriata, lemuru Clupea longiceps, kembung Rastrelliger; dan 4 Kelompok binatang lunak adalah cumi-cumi Loligo sp. Ikan pelagis besar yang terdapat di Kota Pekalongan dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu tongkol Euthynnus spp dan tenggiri Scomberomerus commersoni. Nilai LQ kelompok ikan pelagis besar Kota Pekalongan tahun 2003-2008 menunjukkan kecenderungan yang meningkat Tabel 30 dan Gambar 22. Nilai LQ ikan tongkol tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar 3,83, sedangkan untuk nilai LQ ikan tenggiri tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 0,61. Gambar 22 Nilai LQ ikan tongkol dan ikan tenggiri Kota Pekalongan 2003-2008 y = 0.2498x + 1.847 y = 0.0311x + 0.3376 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 2003 2004 2005 2006 2007 2008 N il a i L Q Tahun Tongkol Tenggiri Tabel 30 Nilai LQ kelompok ikan di Kota Pekalongan Tahun 2003-2008 No Jenis Ikan Nilai LQ Komoditas Unggulan Kota Pekalongan terhadap Provinsi jawa tengah 2003 2004 2005 2006 2007 2008 LQ LQ LQ LQ LQ LQ 1 Pelagis kecil a. selar 1,70 1,24 1,92 1,17 1,18 0,66 b. layang 1,56 1,83 1,94 2,13 1,97 1,52 c. tembang 0,65 0,64 0,63 0,79 0,87 1,63 d. lemuru 2,31 1,95 2,11 1,86 1,89 2,55 e. kembung 1,11 3,42 4,02 5,15 4,89 6,16 2 Pelagis besar a. Tongkol 2,22 2,40 2,00 3,83 2,05 3,82 b. Tenggiri 0,41 0,42 0,36 0,48 0,40 0,61 3 Demersal a. Manyung 0,04 0,06 0,16 0,41 0,44 0,43 b. Bawal hitam 1,24 0,80 0,79 0,64 0,98 2,10 4 Mollusca cumi-cumi 0,12 0,07 0,25 0,37 0,31 0,39 Sumber : Data diolah 2011. Nilai LQ tiap jenis ikan pelagis kecil bervariasi selama periode tahun 2003-2008. Nilai yang tertinggi untuk ikan pelagis kecil selama periode 2003- 2008 terjadi pada kembung. Ada tiga jenis ikan yang menunjukkan nilai LQ selalu di atas satu, yaitu ikan layang, lemuru dan kembung. Nilai LQ jenis kelompok ikan pelagis kecil lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 30 dan Gambar 23. Gambar 23 Nilai LQ ikan pelagis kecil Kota Pekalongan tahun 2003-2008. 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 2003 2004 2005 2006 2007 2008 N il a i L Q Tahun Selar Layang Baw al Hit am Tem bang Lemuru Banyar Ikan demersal yang termasuk dalam hasil tangkapan dominan di Kota Pekalongan adalah ikan manyung. Pada periode Tahun 2003-2008 ikan manyung tidak pernah memperoleh nilai LQ lebih dari satu. Nilai LQ tertinggi diperoleh pada tahun 2007 sebesar 0,44 dan nilai terendah diperoleh pada tahun 2003 sebesar 0,04. Nilai LQ ikan manyung lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 30 dan Gambar 24. Gambar 24 Nilai LQ ikan demersal ikan manyung Kota Pekalongan tahun 2003-2008. Kelompok Mollusca atau hewan lunak cukup dominan di Kota Pekalongan adalah cumi-cumi Loligo sp. Nilai LQ cumi-cumi pada periode 2003-2008 selalu memiliki nilai LQ di bawah satu. Nilai LQ tertinggi cumi-cumi yaitu pada tahun 2008 sebesar 0,39, sedangkan yang terkecil cumi-cumi pada tahun 2004 sebesar yaitu sebesar 0,07. Nilai LQ cumi-cumi untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 30 dan Gambar 25. Gambar 25 Nilai LQ cumi-cumi Kota Pekalongan Tahun 2003-2008. y = 0.0965x - 0.0807 R² = 0.871 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 2003 2004 2005 2006 2007 2008 N il a i L Q Tahun y = 0.0619x + 0.0359 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 2003 2004 2005 2006 2007 2008 N il a i L Q Tahun Berdasarkan perhitungan nilai LQ, maka dapat ditentukan nilai bobot LQ dan nilai bobot trend. Ketentuan untuk nilai bobot LQ adalah apabila nilai LQ 1 maka diberi bobot 3. Apabila nilai 0,8 LQ 0,99 maka diberi bobot 2 dan apabila nilai LQ 0,8 maka diberi bobot 1. Adapun ketentuan untuk nilai bobot trend adalah apabila trend nya mengalami peningkatan, maka diberi bobot 3, apabila trend nya tetap, maka diberi bobot 2 dan apabila trend nya mengalami penurunan, maka diberi bobot 1. Berdasarkan pembobotan nilai LQ, pada periode tahun 2003-2008 Ikan layang, lemuru, tongkol dan kembung setiap tahunnya selalu mendapatkan nilai bobot LQ sama dengan 3. Ikan tenggiri, manyung dan cumi-cumi selalu mendapatlkan nilai bobot LQ sama dengan 1. Nilai LQ yang selalu tetap setiap tahunnya menyebabkan komoditas tersebut mendapatkan nilai bobot trend sama dengan 2. Ikan lainnya memiliki nilai LQ dan nilai bobot trend yang bervariasi antara 1, 2 dan 3, sehingga trend perkembangan nilai LQ tahun 2003-2008 ada yang menurun dan ada yang meningkat. Penilaian bobot LQ dan bobot trend selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 31. Berdasarkan Tabel 31, menunjukkan bahwa ikan yang memiliki nilai bobot total tertinggi dengan total bobot sebesar 20 adalah terdapat empat ikan yaitu layang, lemuru, tongkol dan kembung. Ikan yang memiliki bobot terendah adalah tenggiri, manyung dan cumi-cumi, dengan total bobot sebesar 8. Selang yang digunakan untuk penentuan suatu kelas komoditas, yaitu untuk kelas komoditas unggulan adalah 17-20, untuk kelas komoditas netral adalah 13-16 dan untuk kelas komoditas non unggulan adalah 8-12. kelompok ikan yang menjadi komoditas unggulan adalah selar dengan nilai LQ sebesar 17 serta ikan layang, lemuru, tongkol dan kembung yang memiliki nilai LQ sebesar 20. Tabel 31 Penilaian bobot LQ dan bobot trend kelompok ikan di Kota Pekalongan tahun 2003-2008 No Jenis Ikan Nilai LQ Komoditas Unggulan Kota Pekalongan terhadap Provinsi jawa tengah Nilai Total Komoditas 2003 2004 2005 2006 2007 2008 bobot LQ LQ LQ LQ LQ LQ trend 1 Pelagis kecil a. Selar 3 3 3 3 3 1 1 17 Unggulan b. Layang 3 3 3 3 3 3 2 20 Unggulan c. Tembang 1 1 1 1 2 3 3 12 Non Unggulan d. Lemuru 3 3 3 3 3 3 2 20 Unggulan e. Kembung 3 3 3 3 3 3 2 20 Unggulan 2 Pelagis besar a. Tongkol 3 3 3 3 3 3 2 20 Unggulan b. Tenggiri 1 1 1 1 1 1 2 8 Non Unggulan 3 Demersal a. Manyung 1 1 1 1 1 1 2 8 Non Unggulan b. Bawal hitam 3 3 3 3 3 3 3 15 Netral 4 Mollusca cumi-cumi 1 1 1 1 1 1 2 8 Non Unggulan Sumber : Data diolah 2011. Berdasarkan hasil perhitungan LQ dalam penentuan kelas komoditas hasil tangkapan di Kota Pekalongan, ikan yang menjadi komoditas unggulan adalah kelompok ikan pelagis yaitu selar, layang, lemuru, kembung dan tongkol. Ikan tersebut ditangkap oleh alat tangkap purse seine. Daerah penangkapan ikan yang menjadi tujuan pengoperasian alat tangkap purse seine jauh dari fishing base, yaitu sekitar Laut Jawa hingga Laut Cina Selatan. Hal tersebut menjadi faktor penting dalam penentuan strategi pengembangan perikanan tangkap Kota Pekalongan, yaitu perlu dilakukan peningkatan kualitas sarana dan prasarana pelabuhan, sehingga dapat memberikan kenyamanan pada nelayan dalam melakukan aktifitas dan menjadikan nelayan untuk tetap memilih mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Kota Pekalongan.

6.7 Strategi Pengembangan