ditentukan arahan pembangunan selanjutnya. Analisis LQ digunakan untuk mengetahui besarnya peranan sektor perikanan dalam menunjang pembangunan
wilayah Kota Pekalongan .
Peranan tersebut merupakan kontribusi dari sektor perikanan terhadap pertumbuhan wilayah. Kontribusi perikanan berupa
kemampuan perikanan dalam penyerapan tenaga kerja. Besar kecilnya peranan sektor perikanan dilihat dari perikanan tersebut sebagai sektor basis atau non basis
Kadariah 1985. Budiharsono 2001 menyatakan bahwa metode Location Quotient LQ
merupakan perbandingan antara pangsa relatif pendapatan dan tenaga kerja pada sektor perikanan di tingkat wilayah terhadap pendapatan dan tenaga kerja dari
total wilayah. Metode ini juga membandingkan pangsa relatif pendapatan dan tenaga kerja pada sektor perikanan di tingkat kota terhadap pendapatan dan tenaga
kerja total kota. Hal tersebut secara matematis dinyatakan sebagai berikut:
=
Keterangan : v
i
: Total pendapatan dan tenaga kerja subsektor perikanan tangkap di Kota Pekalongan
v
t
: Total pendapatan dan tenaga kerja sektor perikanan di Kota Pekalongan V
i
: Total pendapatan dan tenaga subsektor perikanan tangkap di Provinsi Jawa Tengah
V
t
: Total pendapatan dan tenaga kerja sektor perikanan di Provinsi Jawa Tengah Kriteria penentuan sektor basis :
Jika LQ 1, maka subsektor perikanan tangkap merupakan sektor non basis Jika LQ 1, maka subsektor perikanan tangkap merupakan sektor basis.
4.6.3 Analisis dampak subsektor perikanan tangkap
Setiap peningkatan yang terjadi pada kegiatan basis akan menimbulkan efek pengganda Multiplier Effect pada perekonomian wilayah secara
keseluruhan Glasson 1977 .
Multiplier Effect jangka pendek dalam hal ini dihitung berdasarkan indikator pendapatan dan dapat dinyatakan dalam rumus :
=
Keterangan : MS
y
: Koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator pendapatan ΔY
: Perubahan pendapatan sektor perikanan Kota Pekalongan ΔY
b
: Perubahan pendapatan subsektor perikanan tangkap Kota Pekalongan Perhitungan Multiplier Effect berdasarkan indikator tenaga kerja
menggunakan rumus :
=
Keterangan : MS
e
: Koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator tenaga kerja ΔE
: Perubahan tenaga kerja sektor perikanan Kota Pekalongan ΔY
e
: Perubahan tenaga kerja subsektor perikanan tangkap Kota Pekalongan
4.6.4 Analisis kebutuhan investasi
Hubungan antara peningkatan unsur investasi terhadap PDRB yang dikenal dengan Incremental Capital Output Ratio ICOR yaitu suatu ukuran yang
menunjukkan besarnya tambahan investasi baru yang diperlukan untuk meningkatkan output sebesar satu unit. Secara teoritis, terdapat beberapa rumus
yang dapat digunakan dalam penghitungan ICOR. Rumus dibawah ini mengasumsikan bahwa investasi yang dilakukan dalam tahun itu langsung dapat
menghasilkan PDBPDRB pada tahun yang bersangkutan. Model matematikanya adalah sebagai berikut :
ICOR =
∆
Keterangan : I
: Besarnya tambahan investasi pada tahun t ICOR : Angka yang menunjukkan besarnya tambahan investasi yang diperlukan
untuk meningkatkan satu unit output pada tahun t ΔY
: Besarnya tambahan output PDB atau PDRB pada tahun t
4.6.5 Analisis komoditas hasil tangkapan unggulan
Penentuan jenis ikan unggulan yang dijadikan prioritas dalam pengembangan perikanan tangkap di Kota Pekalongan dapat diketahui melalui
matrik dari pendekatan Location Quotient LQ. Secara lebih operasional, LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktivitas perikanan tangkap pada
sub wilayah ke-i terhadap persentase aktivitas total terhadap wilayah yang diamati. Model matematikanya adalah sebagai berikut :
=
Keterangan : LQ
: Location Quotient q
i
: produksi ikan jenis ke-i di Kota Pekalongan q
t
: produksi total perikanan tangkap Kota Pekalongan Q
i
: produksi ikan jenis ke-i Provinsi Jawa Tengah Q
t
: prosuksi total perikanan tangkap Provinsi Jawa Tengah Pendekatan adanya pemusatan produksi perikanan tangkap dengan LQ
dibedakan dalam dua kelompok, setiap kelompok masing-masing terdiri atas 3 kriteria dan 2 kriteria. Kelompok pertama dilihat dari nilai perhitungan LQ itu
sendiri, yaitu terpusat LQ 1, mendekati terpusat LQ = 0,80 sampai 0,99 dan tidak terpusat LQ 1. Masing-masing kelompok secara berurutan dibobot
dengan nilai 3, 2 dan 1. Kelompok kedua dilihat dari nilai pertumbuhan LQ, yaitu nilai LQ yang mengalami pertumbuhan positif diberi bobot 3, nilai LQ yang
mengalami pertumbuhan tetap diberi bobot 2, dan untuk nilai LQ yang mengalami pertumbuhan negatif diberi bobot 1. Dari kedua hasil bobot LQ tersebut, nilai
penjumlahan tertinggi merupakan ikan unggulan dan dijadikan prioritas untuk pengembangan produksi perikanan tangkap di Kota Pekalongan.
Data yang digunakan dalam penentuan komoditas unggulan adalah data selama enam tahun yaitu tahun 2003-2008. Penentuan suatu komoditas unggulan
dapat dilakukan setelah mengetahui selang kelas. Selang kelas didapatkan melalui penjumlahan nilai bobot LQ dan pertumbuhan LQ yang memiliki nilai tertinggi
serta menjumlahkan nilai LQ dan nilai pertumbuhan yang memiliki nilai terendah.
Selisih antara kedua nilai tersebut kemudian dibagi tiga. Hasil yang didapatkan adalah merupakan selang yang digunakan dalam penentuan kelas komoditas
unggulan, kelas komoditas netral dan kelas komoditas non unggulan. Skor tertinggi didapatkan sebesar 20 dan skor terendah sebesar 8. Selisih antara kedua
nilai tersebut adalah 12, kemudian dibagi tiga dan hasil yang didapatkan adalah 4. Selang untuk komoditas unggulan adalah 17-20, selang untuk komoditas netral
adalah 13-16 dan selang untuk komoditas non unggulan adalah 8-12.
4.6.6 Analisis strategis pengembangan subsektor perikanan tangkap