Aktifitas Elemen Rantai Pasok Mangga Gedong Gincu
65 pukul 06.00 - 10.00 atau sore pukul 14.00 - 17.00 tergantung cuaca dan
sesuai keperluan. Untuk keperluan ekspor, mangga gedong gincu dipanen pada pagi hari dengan tujuan mangga gedong gincu dapat diangkut ke gudang
eksportir di hari yang sama dengan hari pemanenan. Mangga gedong gincu bisa dipanen saat berusia 3 tahun, namun biasanya buah yang dihasilkan masih
sekitar 2-3 ton per panen. Setelah usianya 5 tahun, buah yang dihasilkan mencapai 4 ton per panen.
Berdasarkan SOP mangga gedong gincu Kabupaten Cirebon Lampiran 13, buah dipanen harus dengan menyisakan tangkai sepanjang 10 cm supaya
tidak terjadi penyebaran getah. Namun, praktik tersebut belum sepenuhnya dijalankan karena masih ada buah yang dipanen dengan tidak menyisakan
tangkai. Panjang tangkai yang disisakan pun bervariasi antara 2-10 cm. Petani menyisakan tangkai hanya pada buah yang dapat dijangkau dengan tangan.
Buah yang tidak terjangkau dengan tangan, dipanen menggunakan alat petik yang disebut ―caduk’ yaitu semacam tongkat yang ujungnya terbuat dari besi
yang dilengkapi jala Gambar 16 . Pemakaian ―caduk‖ mengakibatkan buah
beresiko terkena benturan, getah buah, dan luka yang akan mempengaruhi mutu dan harga jual di tingkat petani. Seyogyanya, tenaga petik menggunakan
tangga segitiga untuk mencapai buah yang letaknya tinggi sehingga dapat menggunakan gunting sebagai alat petik. Pemetikan dengan gunting dapat
memungkinkan tenaga pemetikan mengatur panjang tangkai buah yang disisakan.
a. Alat petik ―caduk‖
b. Pemetikan menggunakan ―caduk‖
Gambar 16. Alat petik ―caduk‖ dan cara petik mangga gedong gincu di
Kecamatan Sedong
66 2. Pengumpulan dan Penampungan Hasil Panen
Saat menunggu proses pemanenan selesai, buah yang sudah dipetik, kemudian dikumpulkan dalam keranjang. Pengumpulan merupakan rangkaian
kegiatan setelah panen sebelum buah mendapat penanganan selanjutnya. Setelah dipetik, mangga dikumpulkan dan tidak boleh terkena sinar matahari
langsung dalam waktu lama supaya buah tetap segar. Kontak sinar matahari secara langsung menyebabkan susut bobot, mempercepat proses metabolisme
respirasi yang akan mempercepat proses pematangan, pelayuan, dan pembusukan. Karenanya, berbagai acuan penanganan pascapanen buah
mangga juga memberikan perhatian cukup besar pada proses penghilangan panas lapang atau panas kebun terutama jika panen dilakukan pada waktu suhu
udara panas untuk menghambat respirasi, menurunkan kepekaan terhadap serangan mikroba, mengurangi kehilangan air, dan memudahkan pemindahan
ke dalam ruang penyimpanan dingin atau sistem transportasi dingin. Pada praktiknya, proses penghilangan panas lapang belum dilakukan di tingkat
petani terutama petani tradisional karena menganggap tahapan tersebut memerlukan fasilitas dan peralatan khusus sehingga menambah biaya produksi.
Sebenarnya, praktik penghilangan panas lapang dapat dilakukan dengan cara sederhana yaitu memasukkan mangga yang telah dipetik ke dalam cooler box
yang diberi media pendingin berupa air dingin yang telah dicampur dengan bongkahan es suhu berkisar 4 - 5
o
C. Penelitian Nurmawanti 2008, menunjukkan bahwa perlakuan penghilangan panas lapang pada mangga
cengkir menggunakan cooler box yang diberi media pendingin berupa air dingin yang telah dicampur dengan bongkahan es, dapat mengurangi persen
susut bobot mangga tersebut daripada mangga tanpa perlakuan pra pendinginan. Susut bobot penyimpanan mangga sampai hari ke enam di suhu
ruang adalah 12,80 pra pendinginan cooler box yang diberi air
dingin+bongkahan es dan 16, 32 tanpa pra pendinginan. Petani KTB Sukamulya mengumpulkan mangga gedong gincu yang telah
dipetik dengan cara meletakkan mangga ke dalam keranjang yang terbuat dari plastik HDPE High Density Polyethylene berkapasitas
20 kg. Tumpukan keranjang ditata maksimal 2 tumpukan dan diletakkan di tempat yang teduh
67 Gambar 17. Praktik yang dilakukan petani KTB Sukamulya tersebut sesuai
dengan SOP mangga gedong gincu Kabupaten Cirebon, yang mengijinkan tumpukan maksimal hanya 8 tumpukan.
Gambar 17. Keranjang pengumpulan mangga gedong gincu petani KTB Sukamulya
Setelah proses pemanenan selesai, buah dalam keranjang pengumpulan dibawa ke gudang penampungan hasil panen dan dilakukan penimbangan.
Petani KTB Sukamulya membawa mangga ke gudang penampungan hasil Gapoktan Samimulya dengan menggunakan kendaraan roda dua atau
kendaraan roda empat. Gapoktan Samimulya telah memiliki gudang penampungan hasil panen yang juga berfungsi sebagai packing house sehingga
selain digunakan untuk menampung hasil panen, juga dapat digunakan untuk aktifitas penanganan pascapanen lainnya berupa, penimbangan, pembersihan,
sortasi, grading, dan pengemasan. Saat ini, Gapoktan Samimulya juga mulai merintis penggunaan packing house Samimulya sebagai tempat pengolahan
mangga menjadi dodol mangga. 3. Pembersihan, Sortasi, dan Pengemasan
Di gudang penampungan hasil, mangga gedong gincu dibersihkan dengan cara dicuci dengan air bersih atau dilap dengan kain halus yang bersih dan
basah untuk membersihkan kotoran, sisa getah yang menempel pada permukaan kulit mangga. Kemudian, mangga dikeringkan dengan cara di
angin-anginkan. Segera setelah pembersihan, mangga mendapat perlakuan sortasi untuk memisahkan mangga gedong gincu yang layak jual dan tidak
layak jual agar diperoleh mangga yang seragam bentuk, warna, ukuran, dan kematangannya. Saat sortasi, buah mangga dipilih dan dipisahkan secara
68 visual, berdasarkan tampilan fisik terhadap buah yang cacat, bergetah,
kerusakan mekanis luka atau tergores saat pemetikan, mangga dapat duduk, warna gincu, dan tingkat kematangan buah. Rata-rata mangga yang rusak di
gudang gapoktan adalah sekitar 10 100 kg dari 1.000 kg. Gapoktan Samimulya hanya melakukan aktifitas sortasi, karena aktfitas pemilahan kelas
mutu grading dilakukan oleh eksportir. Jadi, mangga gedong gincu yang dikirim Gapoktan Samimulya ke gudang eksportir adalah mangga yang sudah
seragam mutunya sesuai standar mutu ekspor, tapi belum diklasifikasikan kelas mutunya grade.
Dalam SOP mangga gedong gincu Kabupaten Cirebon, pelaksanaan sortasi dilakukan dengan tahapan :
a. Memisahkan buah yang baik dengan buah yang tidak baik, kemudian memotong tangkai buah sehingga tersisa sepanjang 2 cm.
b. Memilih buah matang dengan cara memasukkan buah dalam bak penampung berisi air, bila buah tenggelam, artinya buah telah matang 90-
95, sedangkan jika buah melayang artinya buah belum begitu matang 80-85.
c. Mengelompokkan secara terpisah antara buah yang tenggelam dengan buah yang melayang.
d. Meletakan buah hasil sortasi ke dalam keranjang dengan posisi tangkai menghadap ke bawah.
Pada praktiknya, Gapoktan Samimulya tidak sepenuhnya berpedoman pada tahapan sortasi SOP mangga gedong gincu Kabupaten Cirebon karena proses
sortasi dan grading akan dilakukan kembali pihak eksportir di gudang milik eksportir. Berdasarkan dengan standar Codex STAN 184-1993 Lampiran 10
dan SNI 3164:2009 Lampiran 11, panjang tangkai yang buah yang disisakan tidak boleh lebih dari 1 cm.
Gapoktan Samimulya melakukan sortasi secara manual berdasarkan : a. Tangkai buah, yaitu tangkai masih hijau, tidak busuk, tidak berpenyakit,
tidak patah, dan tidak mengeluarkan getah. b. Buah, yaitu buah sudah tua tapi belum matang tingkat kematangan
80, keras tidak lunak bila ditekan dengan jari, sehat, bentuk buah normal,
69 permukaan kulit bersih tidak bergetah, tidak ada spot hitam, serta buah
tidak pecah, memar, luka akibat gesekan atau rusak terbakar matahari. Saat sortasi, selain berdasarkan syarat minimum mutu mangga yang diatur
dalam Codex Stand 184-1993 dan atau SNI 3164-2009, gapoktan melakukan pengelompokan mangga gedong gincu menjadi tiga kelompok yaitu :
a. Kelompok I, yaitu mangga yang bentuknya sempurna, warna semburat pada pangkal buah merah merata, berat buah 200- 350 g
b. Kelompok II, yaitu mangga yang bentuknya sempurna warna semburat pada pangkal buah merah merata, berat buah 180 - 200 g.
c. Kelompok III, yaitu mangga yang rusak karena jatuh saat pemanenan, gigitan lalat buah dan serangga pengganggu lainnya, bentuk tidak sempurna
tidak dapat duduk yaitu buah tidak dapat diletakkan dengan posisi berdiri, terlalu besar yaitu 350 g, atau terlalu kecil yaitu 180 g, serta banyak
getah yang tertinggal di kulit buah. Setelah disortir, masing-masing kelompok mangga gedong gincu
tersebut dimasukkan dalam keranjang plastik HDPE kapasitas 20 kg
ukuran 62 x 43 x 25 cm yang dialasi dan ditutup kertas koran, kemudian dilakukan penimbangan. Gapoktan akan mengirim mangga kelompok I ke
gudang eksportir, sedangkan mangga kelompok II dan kelompok III dijual gapoktan untuk pasar supermarket dan lokal.
Jika dilihat berdasarkan SNI 3164-2009 Lampiran 11, sesungguhnya mangga yang digolongkan gapoktan dalam kategori kelompok I dan II adalah
mangga yang termasuk dalam ciri-ciri mangga kelas ―super‖ dengan kode
ukuran 3 bobot 251-350 g untuk kelompok I 200 - 300 g dan kode ukuran 4 bobot 151-250 g untuk kelompok II 180 - 200 g, sedangkan untuk
kelompok III tidak termasuk dalam kelas mutu manapun dalam aturan SNI 3164-2009 dan atau Codex Stand 184-1993. Dalam SOP mangga gedong gincu
Kabupaten Cirebon Lampiran 13, pengkelasan mutu grading kualitas dilakukan berdasarkan beratnya yaitu grade A 450-550 g, grade B
350 - 450 g, dan grade C 250 -350 g. Pada praktiknya, kriteria pengelompokkan kelas mutu yang digunakan oleh gapoktan berdasarkan
kesepakatan antara gapoktan dan eksportir.
70 4. Pengiriman ke gudang eksportir
Gapoktan Samimulya kemudian mengirim mangga gedong gincu ke gudang eksportir menggunakan mobil bak terbuka berkapasitas rata-rata
0,8 - 1,5 ton mangga. Perjalanan dari gudang penampungan hasil milik Gapoktan Samimulya ke gudang eksportir memerlukan waktu kurang lebih 1
jam dengan jarak tempuh 25 km. Biaya tranportasi dari gudang gapoktan ke
gudang eskportir ditanggung oleh pihak eksportir. Pada buah mangga gedong gincu dari gapoktan, eksportir akan memotong 5 dari total penjualan. Jadi,
jika mangga gedong gincu yang dikirim Gapoktan Samimulya ke gudang eksportir adalah sebesar 0,8 ton, maka eksportir menganggap jumlah mangga
yang dikirim adalah 0,75 ton. 5. Sortasi dan grading di gudang eksportir
Setelah mangga gedong gincu sampai di gudang eskportir, mangga dikeluarkan dari keranjang plastik HDPE milik gapoktan untuk dipindahkan ke
keranjang plastik HDPE milik eksportir Gambar 18.
Gambar 18. Penampungan mangga di gudang eskportir dalam keranjang plastik HDPE
Saat mengeluarkan mangga gedong gincu dari kotak kayu, eksportir melakukan aktifitas sortasi kedua dan aktifitas grading. Aktifitas sortasi
dilakukan untuk memisahkan buah berdasarkan yang rusak cacat, memar, luka mekanis, dan memotong tangkai buah yaitu disisakan sepanjang 1 cm.
Eksportir menganggap perlu melakukan sortasi kembali karena untuk menghindari tercampurnya buah yang rusak akibat tranportasi. Pada musim
panen, mangga yang masuk ke gudang eksportir mengalami kerusakan akibat
71 transportasi yaitu kerusakan mekanis berupa tidak bertangkai sebanyak 2,1-
6,4 , luka memar benturan sebanyak 9,4 – 19,2 , dan luka gesekan
sebanyak 15,2 – 31,9 sehingga, dari total mangga yang masuk ke gudang
eksportir hanya sekitar 29,1 – 50,5 yang bisa diekspor Lampiran1. Pada
off-season di luar musim panen, mangga yang masuk ke gudang eksportir mengalami kerusakan akibat transportasi yaitu kerusakan mekanis berupa tidak
bertangkai sebanyak 1,0- 3,2 , luka memar benturan sebanyak 4,2 – 6,2 ,
dan luka gesekan sebanyak 10,5 – 18,7 sehingga, dari total mangga yang
masuk ke gudang eksportir hanya sekitar 16,2 – 26,5 yang bisa diekspor.
Grading di gudang eksportir dilakukan untuk memperoleh mangga yang seragam ukurannya berdasarkan bobot buah besar, sedang, atau kecil.
Grading mangga gedong gincu dilakukan berdasarkan kriteria yang telah disepakati antara ekportir dengan importir. Mangga Kelompok I dari gapoktan
adalah mangga dengan kriteria umum kelas mutu yang telah disepakati bersama antara eskportir dengan importir. Kriteria mutu ekspor belum tentu
sama antara tiap importir, tergantung tingkat kesukaan konsumen di negara importir. Mangga yang dikelompokkan gapoktan sebagai mangga Kelompok I
adalah mangga yang termasuk dalam ciri-ciri mangga kelas mutu ―super‖ kode
ukuran 3 berdasarkan SNI 3164-2009, atau dengan syarat kelas mutu I kode ukuran A pada Codex Stand 184-1993
Pada penelitian ini, eksportir mangga gedong gincu di Kabupaten Cirebon memilah kembali mangga gedong gincu Kelompok I menjadi tiga
kelompok sesuai dengan bobot buah Tabel 13. Tujuan pemilahan pengelompokan tersebut adalah untuk membedakan harga jual berdasarkan
bobot buah. Proses sortasi dan pengkelasan mutu mangga gedong gincu untuk ekspor dapat dilihat pada Gambar 19.
Tabel 13. Harga Mangga Gedong Gincu di Kabupaten Cirebon Pada Tingkat Eksportir Berdasarkan Bobotnya
Kriteria Harga jual rupiahkg
Bobot 250 g 40.000
Bobot 250 g 30.000
Bobot 200 g 20.000 - 30.000
72
Kelompok I Berat 200 -350 g
Kelompok II Berat 180 - 200 g
Kelompok III Berat 180 atau 350
250 g Harga jual Rp 40.000kg
250 g Harga jual Rp 30.000kg
200 g Harga jual Rp 20.000 - 30.000kg
Gudang gapoktan Gudang eksportir
Mangga gedong gincu yang telah
memenuhi syarat minimum mangga
yang diatur oleh Codex Stand 184-
1993 dan atau SNI 3164-2009
Keterangan : -
Kelompok I setara dengan kelas mutu ― super‖ kode ukuran 3 pada SNI 3164:2009 atau setara dengan kelas mutu I kode ukuran A pada Codex STAN 184-1993
- Kelompok II setara dengan kelas mutu ―super‖ kode ukuran 4 pada SNI 3164:2009
- Kelompok III : di luar kelas mutu berdasarkan SNI 3164:2009 dan atau Codex STAN 184-1993
Gambar 19. Proses sortasi dan pengkelasan mutu mangga gedong gincu pada tingkat eksportir di Kabupaten Cirebon.
Tidak ada aktifitas penyimpanan khusus di gudang eksportir. Mangga gedong gincu yang sudah disortir dan grading serta belum dikemas dalam
kemasan karton, dikumpulkan saja dalam keranjang plastik HDPE yang berventilasi. Mangga gedong gincu yang sudah dikemas dalam kemasan karton
tapi belum segera diekspor, dibiarkan dalam keadaan terbuka, kemudian diamati setiap hari dan dilakukan sortasi ulang untuk memisahkan jika ada
mangga yang mengalami kerusakan atau terlalu matang over ripe. 6. Pelabelan buah, pembungkusan, pengemasan, dan penimbangan
Mangga gedong gincu yang sudah melalui aktifitas sortasi dan grading, kemudian diberi label nama perusahaan eksportir dan diberi pembungkus
sebagai pelapis berupa net foam Gambar 20. Setelah itu, mangga dimasukkan ke dalam kemasan kotak karton Gambar 21 kapasitas 1,5 kg ukuran 24 x 20
x 9 cm, kapasitas 3 kg ukuran 34 x 27 x 9 cm, dan kemasan 10 kg ukuran 47 x 34 x 9 cm.
73
Gambar 20. Mangga gedong gincu untuk ekspor di dalam kemasan
3 kg 1,5 kg
10 kg Gambar 21. Kemasan karton mangga gedong gincu untuk ekspor
Setelah buah dimasukkan ke dalam kotak karton, maka dilakukan aktifitas penimbangan. Untuk karton kapasitas 3 kg, memuat
10 buah mangga gedong gincu dengan bobot
300 g per buah. Jumlah buah per kemasan tergantung permintaan importir.
7. Pelabelan kemasan dan paletizing Setelah melalui aktifitas penimbangan, mangga gedong gincu yang akan
segera dikirim ke luar negeri, kemasannya ditutup dan direkat. Selanjutnya kemasan diberi label nama perusahaan eksportir kemudian kemasan tersebut
disusun di atas papan palet palletizing. 8. Pengiriman ekspor
Pengiriman mangga gedong gincu ke negara tujuan dilakukan menggunakan angkutan udara. Dari gudang eksportir, mangga diangkut dalam
kemasan karton menggunakan mobil bak terbuka kapasitas 1,5 ton dan truk terbuka yang atasnya ditutup terpal kapasitas 4 ton. Pengangkutan dari
gudang eksportir ke bandara memerlukan waktu 5 – 6 jam dengan jarak angkut
350 km.
74 Hubungan antar kegiatan rantai pasok mangga gedong gincu untuk ekspor
dapat dilihat pada Gambar 22.
Panen
Penanganan hasil panen di pemasok
Pasokan ke eksportir Sediaan di gudang
gapoktan
Pengendalian persediaan di tingkat eksportir
Gambar 22. Hubungan antar kegiatan rantai pasok mangga gedong gincu untuk ekspor
Berdasarkan hubungan antar kegiatan rantai pasok mangga gedong gincu untuk ekspor, maka ada tiga fungsi pokok dalam rantai pasok mangga gedong
gincu untuk ekspor yaitu fungsi panen, fungsi penangangan hasil panen, dan fungsi persediaan. Fungsi panen adalah bagian dari sistem manajemen panen
mangga di kebun mangga gedong gincu. Hal yang menjadi perhatian adalah peningkatan produksi dan penerapan cara panen yang sesuai SOP untuk menjaga
mutu panen agar sesuai standar mutu untuk ekspor. Fungsi penanganan hasil panen adalah bagian dari sistem manajemen
mengelola hasil panen sesuai standar mutu ekspor. Hal yang menjadi perhatian dalam pengelolaan hasil panen di tingkat pemasok adalah penerapan teknologi
pascapanen yang sesuai dengan SOP mangga gedong gincu sehingga menjaga mutu panen agar tetap sesuai standar mutu untuk ekspor.
Fungsi persediaan merupakan kebijakan eksportir mengelola persediaannya dan sebagai upaya menjaga tingkat pelayanan kepada konsumen. Hal yang
menjadi perhatian dalam fungsi persediaan adalah penentuan jumlah persediaan minimal di tingkat eksportir dengan mempertimbangkan aspek penurunan mutu
dan terbatasnya umur simpan mangga gedong gincu.