Aktifitas Elemen Rantai Pasok Mangga Gedong Gincu

65 pukul 06.00 - 10.00 atau sore pukul 14.00 - 17.00 tergantung cuaca dan sesuai keperluan. Untuk keperluan ekspor, mangga gedong gincu dipanen pada pagi hari dengan tujuan mangga gedong gincu dapat diangkut ke gudang eksportir di hari yang sama dengan hari pemanenan. Mangga gedong gincu bisa dipanen saat berusia 3 tahun, namun biasanya buah yang dihasilkan masih sekitar 2-3 ton per panen. Setelah usianya 5 tahun, buah yang dihasilkan mencapai 4 ton per panen. Berdasarkan SOP mangga gedong gincu Kabupaten Cirebon Lampiran 13, buah dipanen harus dengan menyisakan tangkai sepanjang 10 cm supaya tidak terjadi penyebaran getah. Namun, praktik tersebut belum sepenuhnya dijalankan karena masih ada buah yang dipanen dengan tidak menyisakan tangkai. Panjang tangkai yang disisakan pun bervariasi antara 2-10 cm. Petani menyisakan tangkai hanya pada buah yang dapat dijangkau dengan tangan. Buah yang tidak terjangkau dengan tangan, dipanen menggunakan alat petik yang disebut ―caduk’ yaitu semacam tongkat yang ujungnya terbuat dari besi yang dilengkapi jala Gambar 16 . Pemakaian ―caduk‖ mengakibatkan buah beresiko terkena benturan, getah buah, dan luka yang akan mempengaruhi mutu dan harga jual di tingkat petani. Seyogyanya, tenaga petik menggunakan tangga segitiga untuk mencapai buah yang letaknya tinggi sehingga dapat menggunakan gunting sebagai alat petik. Pemetikan dengan gunting dapat memungkinkan tenaga pemetikan mengatur panjang tangkai buah yang disisakan. a. Alat petik ―caduk‖ b. Pemetikan menggunakan ―caduk‖ Gambar 16. Alat petik ―caduk‖ dan cara petik mangga gedong gincu di Kecamatan Sedong 66 2. Pengumpulan dan Penampungan Hasil Panen Saat menunggu proses pemanenan selesai, buah yang sudah dipetik, kemudian dikumpulkan dalam keranjang. Pengumpulan merupakan rangkaian kegiatan setelah panen sebelum buah mendapat penanganan selanjutnya. Setelah dipetik, mangga dikumpulkan dan tidak boleh terkena sinar matahari langsung dalam waktu lama supaya buah tetap segar. Kontak sinar matahari secara langsung menyebabkan susut bobot, mempercepat proses metabolisme respirasi yang akan mempercepat proses pematangan, pelayuan, dan pembusukan. Karenanya, berbagai acuan penanganan pascapanen buah mangga juga memberikan perhatian cukup besar pada proses penghilangan panas lapang atau panas kebun terutama jika panen dilakukan pada waktu suhu udara panas untuk menghambat respirasi, menurunkan kepekaan terhadap serangan mikroba, mengurangi kehilangan air, dan memudahkan pemindahan ke dalam ruang penyimpanan dingin atau sistem transportasi dingin. Pada praktiknya, proses penghilangan panas lapang belum dilakukan di tingkat petani terutama petani tradisional karena menganggap tahapan tersebut memerlukan fasilitas dan peralatan khusus sehingga menambah biaya produksi. Sebenarnya, praktik penghilangan panas lapang dapat dilakukan dengan cara sederhana yaitu memasukkan mangga yang telah dipetik ke dalam cooler box yang diberi media pendingin berupa air dingin yang telah dicampur dengan bongkahan es suhu berkisar 4 - 5 o C. Penelitian Nurmawanti 2008, menunjukkan bahwa perlakuan penghilangan panas lapang pada mangga cengkir menggunakan cooler box yang diberi media pendingin berupa air dingin yang telah dicampur dengan bongkahan es, dapat mengurangi persen susut bobot mangga tersebut daripada mangga tanpa perlakuan pra pendinginan. Susut bobot penyimpanan mangga sampai hari ke enam di suhu ruang adalah 12,80 pra pendinginan cooler box yang diberi air dingin+bongkahan es dan 16, 32 tanpa pra pendinginan. Petani KTB Sukamulya mengumpulkan mangga gedong gincu yang telah dipetik dengan cara meletakkan mangga ke dalam keranjang yang terbuat dari plastik HDPE High Density Polyethylene berkapasitas  20 kg. Tumpukan keranjang ditata maksimal 2 tumpukan dan diletakkan di tempat yang teduh 67 Gambar 17. Praktik yang dilakukan petani KTB Sukamulya tersebut sesuai dengan SOP mangga gedong gincu Kabupaten Cirebon, yang mengijinkan tumpukan maksimal hanya 8 tumpukan. Gambar 17. Keranjang pengumpulan mangga gedong gincu petani KTB Sukamulya Setelah proses pemanenan selesai, buah dalam keranjang pengumpulan dibawa ke gudang penampungan hasil panen dan dilakukan penimbangan. Petani KTB Sukamulya membawa mangga ke gudang penampungan hasil Gapoktan Samimulya dengan menggunakan kendaraan roda dua atau kendaraan roda empat. Gapoktan Samimulya telah memiliki gudang penampungan hasil panen yang juga berfungsi sebagai packing house sehingga selain digunakan untuk menampung hasil panen, juga dapat digunakan untuk aktifitas penanganan pascapanen lainnya berupa, penimbangan, pembersihan, sortasi, grading, dan pengemasan. Saat ini, Gapoktan Samimulya juga mulai merintis penggunaan packing house Samimulya sebagai tempat pengolahan mangga menjadi dodol mangga. 3. Pembersihan, Sortasi, dan Pengemasan Di gudang penampungan hasil, mangga gedong gincu dibersihkan dengan cara dicuci dengan air bersih atau dilap dengan kain halus yang bersih dan basah untuk membersihkan kotoran, sisa getah yang menempel pada permukaan kulit mangga. Kemudian, mangga dikeringkan dengan cara di angin-anginkan. Segera setelah pembersihan, mangga mendapat perlakuan sortasi untuk memisahkan mangga gedong gincu yang layak jual dan tidak layak jual agar diperoleh mangga yang seragam bentuk, warna, ukuran, dan kematangannya. Saat sortasi, buah mangga dipilih dan dipisahkan secara 68 visual, berdasarkan tampilan fisik terhadap buah yang cacat, bergetah, kerusakan mekanis luka atau tergores saat pemetikan, mangga dapat duduk, warna gincu, dan tingkat kematangan buah. Rata-rata mangga yang rusak di gudang gapoktan adalah sekitar 10 100 kg dari 1.000 kg. Gapoktan Samimulya hanya melakukan aktifitas sortasi, karena aktfitas pemilahan kelas mutu grading dilakukan oleh eksportir. Jadi, mangga gedong gincu yang dikirim Gapoktan Samimulya ke gudang eksportir adalah mangga yang sudah seragam mutunya sesuai standar mutu ekspor, tapi belum diklasifikasikan kelas mutunya grade. Dalam SOP mangga gedong gincu Kabupaten Cirebon, pelaksanaan sortasi dilakukan dengan tahapan : a. Memisahkan buah yang baik dengan buah yang tidak baik, kemudian memotong tangkai buah sehingga tersisa sepanjang 2 cm. b. Memilih buah matang dengan cara memasukkan buah dalam bak penampung berisi air, bila buah tenggelam, artinya buah telah matang 90- 95, sedangkan jika buah melayang artinya buah belum begitu matang 80-85. c. Mengelompokkan secara terpisah antara buah yang tenggelam dengan buah yang melayang. d. Meletakan buah hasil sortasi ke dalam keranjang dengan posisi tangkai menghadap ke bawah. Pada praktiknya, Gapoktan Samimulya tidak sepenuhnya berpedoman pada tahapan sortasi SOP mangga gedong gincu Kabupaten Cirebon karena proses sortasi dan grading akan dilakukan kembali pihak eksportir di gudang milik eksportir. Berdasarkan dengan standar Codex STAN 184-1993 Lampiran 10 dan SNI 3164:2009 Lampiran 11, panjang tangkai yang buah yang disisakan tidak boleh lebih dari 1 cm. Gapoktan Samimulya melakukan sortasi secara manual berdasarkan : a. Tangkai buah, yaitu tangkai masih hijau, tidak busuk, tidak berpenyakit, tidak patah, dan tidak mengeluarkan getah. b. Buah, yaitu buah sudah tua tapi belum matang tingkat kematangan  80, keras tidak lunak bila ditekan dengan jari, sehat, bentuk buah normal, 69 permukaan kulit bersih tidak bergetah, tidak ada spot hitam, serta buah tidak pecah, memar, luka akibat gesekan atau rusak terbakar matahari. Saat sortasi, selain berdasarkan syarat minimum mutu mangga yang diatur dalam Codex Stand 184-1993 dan atau SNI 3164-2009, gapoktan melakukan pengelompokan mangga gedong gincu menjadi tiga kelompok yaitu : a. Kelompok I, yaitu mangga yang bentuknya sempurna, warna semburat pada pangkal buah merah merata, berat buah 200- 350 g b. Kelompok II, yaitu mangga yang bentuknya sempurna warna semburat pada pangkal buah merah merata, berat buah 180 - 200 g. c. Kelompok III, yaitu mangga yang rusak karena jatuh saat pemanenan, gigitan lalat buah dan serangga pengganggu lainnya, bentuk tidak sempurna tidak dapat duduk yaitu buah tidak dapat diletakkan dengan posisi berdiri, terlalu besar yaitu 350 g, atau terlalu kecil yaitu 180 g, serta banyak getah yang tertinggal di kulit buah. Setelah disortir, masing-masing kelompok mangga gedong gincu tersebut dimasukkan dalam keranjang plastik HDPE kapasitas  20 kg ukuran 62 x 43 x 25 cm yang dialasi dan ditutup kertas koran, kemudian dilakukan penimbangan. Gapoktan akan mengirim mangga kelompok I ke gudang eksportir, sedangkan mangga kelompok II dan kelompok III dijual gapoktan untuk pasar supermarket dan lokal. Jika dilihat berdasarkan SNI 3164-2009 Lampiran 11, sesungguhnya mangga yang digolongkan gapoktan dalam kategori kelompok I dan II adalah mangga yang termasuk dalam ciri-ciri mangga kelas ―super‖ dengan kode ukuran 3 bobot 251-350 g untuk kelompok I 200 - 300 g dan kode ukuran 4 bobot 151-250 g untuk kelompok II 180 - 200 g, sedangkan untuk kelompok III tidak termasuk dalam kelas mutu manapun dalam aturan SNI 3164-2009 dan atau Codex Stand 184-1993. Dalam SOP mangga gedong gincu Kabupaten Cirebon Lampiran 13, pengkelasan mutu grading kualitas dilakukan berdasarkan beratnya yaitu grade A 450-550 g, grade B 350 - 450 g, dan grade C 250 -350 g. Pada praktiknya, kriteria pengelompokkan kelas mutu yang digunakan oleh gapoktan berdasarkan kesepakatan antara gapoktan dan eksportir. 70 4. Pengiriman ke gudang eksportir Gapoktan Samimulya kemudian mengirim mangga gedong gincu ke gudang eksportir menggunakan mobil bak terbuka berkapasitas rata-rata 0,8 - 1,5 ton mangga. Perjalanan dari gudang penampungan hasil milik Gapoktan Samimulya ke gudang eksportir memerlukan waktu kurang lebih 1 jam dengan jarak tempuh  25 km. Biaya tranportasi dari gudang gapoktan ke gudang eskportir ditanggung oleh pihak eksportir. Pada buah mangga gedong gincu dari gapoktan, eksportir akan memotong 5 dari total penjualan. Jadi, jika mangga gedong gincu yang dikirim Gapoktan Samimulya ke gudang eksportir adalah sebesar 0,8 ton, maka eksportir menganggap jumlah mangga yang dikirim adalah 0,75 ton. 5. Sortasi dan grading di gudang eksportir Setelah mangga gedong gincu sampai di gudang eskportir, mangga dikeluarkan dari keranjang plastik HDPE milik gapoktan untuk dipindahkan ke keranjang plastik HDPE milik eksportir Gambar 18. Gambar 18. Penampungan mangga di gudang eskportir dalam keranjang plastik HDPE Saat mengeluarkan mangga gedong gincu dari kotak kayu, eksportir melakukan aktifitas sortasi kedua dan aktifitas grading. Aktifitas sortasi dilakukan untuk memisahkan buah berdasarkan yang rusak cacat, memar, luka mekanis, dan memotong tangkai buah yaitu disisakan sepanjang 1 cm. Eksportir menganggap perlu melakukan sortasi kembali karena untuk menghindari tercampurnya buah yang rusak akibat tranportasi. Pada musim panen, mangga yang masuk ke gudang eksportir mengalami kerusakan akibat 71 transportasi yaitu kerusakan mekanis berupa tidak bertangkai sebanyak 2,1- 6,4 , luka memar benturan sebanyak 9,4 – 19,2 , dan luka gesekan sebanyak 15,2 – 31,9 sehingga, dari total mangga yang masuk ke gudang eksportir hanya sekitar 29,1 – 50,5 yang bisa diekspor Lampiran1. Pada off-season di luar musim panen, mangga yang masuk ke gudang eksportir mengalami kerusakan akibat transportasi yaitu kerusakan mekanis berupa tidak bertangkai sebanyak 1,0- 3,2 , luka memar benturan sebanyak 4,2 – 6,2 , dan luka gesekan sebanyak 10,5 – 18,7 sehingga, dari total mangga yang masuk ke gudang eksportir hanya sekitar 16,2 – 26,5 yang bisa diekspor. Grading di gudang eksportir dilakukan untuk memperoleh mangga yang seragam ukurannya berdasarkan bobot buah besar, sedang, atau kecil. Grading mangga gedong gincu dilakukan berdasarkan kriteria yang telah disepakati antara ekportir dengan importir. Mangga Kelompok I dari gapoktan adalah mangga dengan kriteria umum kelas mutu yang telah disepakati bersama antara eskportir dengan importir. Kriteria mutu ekspor belum tentu sama antara tiap importir, tergantung tingkat kesukaan konsumen di negara importir. Mangga yang dikelompokkan gapoktan sebagai mangga Kelompok I adalah mangga yang termasuk dalam ciri-ciri mangga kelas mutu ―super‖ kode ukuran 3 berdasarkan SNI 3164-2009, atau dengan syarat kelas mutu I kode ukuran A pada Codex Stand 184-1993 Pada penelitian ini, eksportir mangga gedong gincu di Kabupaten Cirebon memilah kembali mangga gedong gincu Kelompok I menjadi tiga kelompok sesuai dengan bobot buah Tabel 13. Tujuan pemilahan pengelompokan tersebut adalah untuk membedakan harga jual berdasarkan bobot buah. Proses sortasi dan pengkelasan mutu mangga gedong gincu untuk ekspor dapat dilihat pada Gambar 19. Tabel 13. Harga Mangga Gedong Gincu di Kabupaten Cirebon Pada Tingkat Eksportir Berdasarkan Bobotnya Kriteria Harga jual rupiahkg Bobot 250 g 40.000 Bobot 250 g 30.000 Bobot 200 g 20.000 - 30.000 72 Kelompok I Berat 200 -350 g Kelompok II Berat 180 - 200 g Kelompok III Berat 180 atau 350 250 g Harga jual Rp 40.000kg 250 g Harga jual Rp 30.000kg 200 g Harga jual Rp 20.000 - 30.000kg Gudang gapoktan Gudang eksportir Mangga gedong gincu yang telah memenuhi syarat minimum mangga yang diatur oleh Codex Stand 184- 1993 dan atau SNI 3164-2009 Keterangan : - Kelompok I setara dengan kelas mutu ― super‖ kode ukuran 3 pada SNI 3164:2009 atau setara dengan kelas mutu I kode ukuran A pada Codex STAN 184-1993 - Kelompok II setara dengan kelas mutu ―super‖ kode ukuran 4 pada SNI 3164:2009 - Kelompok III : di luar kelas mutu berdasarkan SNI 3164:2009 dan atau Codex STAN 184-1993 Gambar 19. Proses sortasi dan pengkelasan mutu mangga gedong gincu pada tingkat eksportir di Kabupaten Cirebon. Tidak ada aktifitas penyimpanan khusus di gudang eksportir. Mangga gedong gincu yang sudah disortir dan grading serta belum dikemas dalam kemasan karton, dikumpulkan saja dalam keranjang plastik HDPE yang berventilasi. Mangga gedong gincu yang sudah dikemas dalam kemasan karton tapi belum segera diekspor, dibiarkan dalam keadaan terbuka, kemudian diamati setiap hari dan dilakukan sortasi ulang untuk memisahkan jika ada mangga yang mengalami kerusakan atau terlalu matang over ripe. 6. Pelabelan buah, pembungkusan, pengemasan, dan penimbangan Mangga gedong gincu yang sudah melalui aktifitas sortasi dan grading, kemudian diberi label nama perusahaan eksportir dan diberi pembungkus sebagai pelapis berupa net foam Gambar 20. Setelah itu, mangga dimasukkan ke dalam kemasan kotak karton Gambar 21 kapasitas 1,5 kg ukuran 24 x 20 x 9 cm, kapasitas 3 kg ukuran 34 x 27 x 9 cm, dan kemasan 10 kg ukuran 47 x 34 x 9 cm. 73 Gambar 20. Mangga gedong gincu untuk ekspor di dalam kemasan 3 kg 1,5 kg 10 kg Gambar 21. Kemasan karton mangga gedong gincu untuk ekspor Setelah buah dimasukkan ke dalam kotak karton, maka dilakukan aktifitas penimbangan. Untuk karton kapasitas 3 kg, memuat  10 buah mangga gedong gincu dengan bobot  300 g per buah. Jumlah buah per kemasan tergantung permintaan importir. 7. Pelabelan kemasan dan paletizing Setelah melalui aktifitas penimbangan, mangga gedong gincu yang akan segera dikirim ke luar negeri, kemasannya ditutup dan direkat. Selanjutnya kemasan diberi label nama perusahaan eksportir kemudian kemasan tersebut disusun di atas papan palet palletizing. 8. Pengiriman ekspor Pengiriman mangga gedong gincu ke negara tujuan dilakukan menggunakan angkutan udara. Dari gudang eksportir, mangga diangkut dalam kemasan karton menggunakan mobil bak terbuka kapasitas 1,5 ton dan truk terbuka yang atasnya ditutup terpal kapasitas 4 ton. Pengangkutan dari gudang eksportir ke bandara memerlukan waktu 5 – 6 jam dengan jarak angkut  350 km. 74 Hubungan antar kegiatan rantai pasok mangga gedong gincu untuk ekspor dapat dilihat pada Gambar 22. Panen Penanganan hasil panen di pemasok Pasokan ke eksportir Sediaan di gudang gapoktan Pengendalian persediaan di tingkat eksportir Gambar 22. Hubungan antar kegiatan rantai pasok mangga gedong gincu untuk ekspor Berdasarkan hubungan antar kegiatan rantai pasok mangga gedong gincu untuk ekspor, maka ada tiga fungsi pokok dalam rantai pasok mangga gedong gincu untuk ekspor yaitu fungsi panen, fungsi penangangan hasil panen, dan fungsi persediaan. Fungsi panen adalah bagian dari sistem manajemen panen mangga di kebun mangga gedong gincu. Hal yang menjadi perhatian adalah peningkatan produksi dan penerapan cara panen yang sesuai SOP untuk menjaga mutu panen agar sesuai standar mutu untuk ekspor. Fungsi penanganan hasil panen adalah bagian dari sistem manajemen mengelola hasil panen sesuai standar mutu ekspor. Hal yang menjadi perhatian dalam pengelolaan hasil panen di tingkat pemasok adalah penerapan teknologi pascapanen yang sesuai dengan SOP mangga gedong gincu sehingga menjaga mutu panen agar tetap sesuai standar mutu untuk ekspor. Fungsi persediaan merupakan kebijakan eksportir mengelola persediaannya dan sebagai upaya menjaga tingkat pelayanan kepada konsumen. Hal yang menjadi perhatian dalam fungsi persediaan adalah penentuan jumlah persediaan minimal di tingkat eksportir dengan mempertimbangkan aspek penurunan mutu dan terbatasnya umur simpan mangga gedong gincu.

V. PEMODELAN SISTEM 5.1. Pendekatan Sistem

5.1.1.Analisis Sistem Kegiatan awal dalam rantai pasok mangga gedong gincu adalah pemanenan. Panen merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman bercocok tanam, tapi merupakan awal dari pekerjaan pascapanen, yaitu melakukaan persiapan untuk penyimpanan dan pemasaran. Pada dasarnya yang dituju pada perlakuan panen adalah mengumpulkan komoditas dari lahan penanaman, pada tingkat kematangan yang tepat, dengan kerusakan yang minimal, dilakukan secepat mungkin dan dengan biaya yang ―rendah‖. Kriteria mangga gedong gincu yang siap panen petik adalah lekukan ujung buah rata atau hampir hilang, pori-pori merata dan berwarna coklat, lapisan lilin mulai menebal pada permukaan buah, cabang tangkai buah telah kering 65, buah berbunyi nyaring bila disentil, dan bentuk buah padat. Buah mangga gedong gincu untuk ekspor dipetik pada tingkat kematangan 80-85 100-120 hsbm yaitu saat bagian atas ujung buah berwarna hijau tua dengan pangkal buah berwarna merah. Pada kondisi tersebut, umur simpan mangga pada suhu ruang tanpa teknologi penyimpanan dingin adalah 6 hari. Pemanenan dilakukan pada pagi hari hingga menjelang siang. Setelah dipanen, buah dikumpulkan di packing house yang dimiliki gapoktan untuk dilakukan sortasi dan grading. Pada hari yang sama, buah langsung dikirim ke gudang eksportir menggunakan mobil bak terbuka. Pasokan mangga gedong gincu bersumber dari kebun petani mangga gedong gincu di Kabupaten Cirebon. Pada penelitian ini, pasokan buah mangga gedong gincu untuk ekspor, diperoleh eksportir sebagian besar dari kebun gapoktan di kecamatan Sedong Lor kabupaten Cirebon yang telah menerapkan GAPSOP. Antara eksportir dan gapoktan sudah mempunyai perjanjian bahwa gapoktan sanggup untuk memenuhi permintaan buah mangga gedong gincu dari eksportir selama satu kali periode musim panen. Artinya, gapoktan berkewajiban memenuhi semua permintaan eksportir terhadap mangga gedong gincu dengan kualitas ekspor. Konsekuensinya, jika pasokan dari kebun gapoktan tidak dapat memenuhi jumlah permintaan eksportir, gapoktan akan mencari mangga di kebun petani 76 lainnya yang tergabung dalam Kelompok Tani Buah KTB yang sudah menerapkan GAPSOP. Eksportir akan membayar jumlah pesanan sebesar total jumlah mangga per pesanan dikurangi 5 dari total jumlah mangga per pesanan dikalikan harga beli mangga per kg. Jadi, jika jumlah mangga yang dikirim gapoktan ke gudang eksportir sebanyak 1000 kg, maka eksportir akan membayar mangga tersebut sebesar 995 kg. Biaya transportasi mangga gedong gincu ditanggung oleh pihak eksportir. Mangga diangkut dengan mobil bak terbuka yang dapat memuat 20 peti berkapasitas 40 kg mangga per peti. Buah yang telah dipanen, dibersihkan, dan disortir oleh gapoktan, kemudian langsung diantar ke gudang eksportir di hari yang sama dengan hari pemetikan. Di gudang eksportir, buah yang datang langsung disortir kembali dan dikemas dalam kemasan karton kapasitas 3 kg; 1,5 kg; atau 10 kg tergantung pesanan importir untuk dikirim pada malam hari ke negara tujuan ekspor dengan menggunakan transportasi udara. Jika buah masih tersisa di gudang eksportir karena persediaan melebihi jumlah yang dikirim ke konsumen, maka buah akan dikirim kembali pada periode pengiriman pesanan berikutnya sepanjang buah masih memenuhi kriteria mutu ekspor seperti yang disepakati antara eksportir dengan masing-masing importir. Jika sudah tidak memenuhi kriteria mutu ekspor, buah akan dijual ke pasar domestik dengan harga jual pasar domestik. Karena itu, diperlukan pengendalian persediaan di gudang eksportir. Ciri khas persediaan untuk produk perishable adalah produk tidak dapat disimpan selamanya dalam persediaan. Khusus untuk buah segar, sistem persediaannya, dibatasi umur simpan yang sangat pendek. Buah mangga gedong gincu merupakan buah tropis dengan pola respirasi klimakterik. Sesaat setelah panen, respirasi dan transpirasi buah akan terus berlangsung pada sepanjang rantai pasoknya. Semakin tinggi respirasi, maka semakin cepat buah menjadi rusak karena kehilangan kesegarannya freshness yang ditandai dengan semakin melunaknya daging buah dan meningkatnya susut bobot. Salah satu faktor yang paling signifikan terhadap kecepatan respirasi adalah suhu ruang penyimpanan. Respirasi buah akan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya suhu di ruang penyimpanan buah. Karena itu, pemakaian manajemen suhu penyimpanan dingin menjadi penting dalam teknologi pascapanen buah segar untuk 77 memperpanjang umur simpan buah segar. Pada penelitian ini, ekportir hanya menyimpan persediannya pada suhu ruang. Proses transpirasi menyebabkan buah kehilangan air sehingga buah mengalami susut bobot yang menyebabkan susut bahan sehingga merupakan kehilangan rupiah dalam sistem persediaan buah segar. Masalah penurunan mutu buah segar dalam sistem persediaan buah segar, akan berkaitan dengan jumlah buah yang dapat dikirim ke konsumen sesuai standar mutu yang diinginkan konsumen. Hal tersebut berdampak langsung pada performa persediaan sehingga diperlukan perencanan persediaan yang memperhatikan umur simpan buah.

5.1.2. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan diperlukan untuk mendapatkan model yang dapat mengakomodir setiap kebutuhan di sepanjang sistem persediaan mangga gedong gincu di tingkat eskportir. Identifikasi hal-hal yang berkaitan dengan sistem persediannya menjadi langkah awal yang penting. Sistem persediaan buah mangga gedong gincu di tingkat eksportir melibatkan gapoktan dan eskportir. Gapoktan adalah gabungan kelompok tani yang dalam hal ini adalah kelompok tani buah mangga . Gapoktan memerlukan informasi tentang jumlah buah mangga gedong gincu yang dibutuhkan eskportir sehingga dapat mengatur pasokan mangga gedong gincu di gapoktan. Sumber pasokan buah mangga gedong gincu akan ditambah dari pihak luar gapoktan sesuai dengan perjanjian. Di tingkat eksportir, diperlukan informasi tentang jumlah persediaan optimum dengan memperhatikan umur simpan mangga gedong gincu, jumlah permintaan ekspor mangga gedong gincu, umur simpan, dan komponen biaya yang mempengaruhi biaya total persediaan buah mangga gedong gincu. Eksportir adalah pengambil keputusan terhadap jumlah yang harus dipesan ke gapoktan dalam kegiatan sistem persediaan mangga gedong gincu. Mengetahui jumlah persediaan optimum membantu pihak eksportir menentukan jumlah yang harus dipesan ke gapoktan sehingga tidak terjadi penumpukan persediaan di gudang eksportir yang dapat menyebabkan kerugian karena buah memiliki umur simpan terbatas. Pelaku, fungsi pelaku, dan kebutuhan tiap pelaku yang terlibat 78 dalam rantai pasok mangga gedong gincu di tingkat eksportir dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Pelaku, Fungsi Pelaku, dan Kebutuhan Tiap Pelaku Yang Terlibat Dalam Rantai Pasok Mangga Gedong Gincu di Tingkat Eksportir No. Pelaku Fungsi pelaku Kebutuhan 1. Petani KTB Pemasok untuk gapoktan Informasi jumlah pesanan 2. Gapoktan a. Pemasok untuk eksportir b. Gudang penampungan hasil sementara sebelum mangga dikirim ke eksportir Informasi jumlah pesanan dari eksportir 3. Eksportir Gudang persediaan sebelum mangga dikirim ke importir a. Jumlah persediaan optimum berdasarkan umur simpan mangga pada berbagai suhu penyimpanan b. Jumlah permintaan ekspor c. Komponen biaya yang mempengaruhi dalam total biaya persediaan dengan mempertimbangkan freshness dan umur simpan mangga gedong gincu

5.1.3. Identifikasi Sistem

Persediaan dipandang sebagai suatu sistem yang mempunyai elemen-elemen yang saling berkaitan. Sebagai kumpulan elemen, sistem diidentifikasi untuk memfokuskan pemodelan. Model persediaan berperan sebagai penunjang keputusan pengendalian persediaan maupun pemenuhan permintaan. Meskipun ada dua jenis persediaan yaitu di tingkat gapoktan dan di tingkat eksportir, tetapi persediaan di tingkat gapoktan hanya berfungsi sebagai fasilitas pengumpulan sementara yang siap dikirim ke gudang eksportir. Model persediaan di tingkat eksportir, difokuskan pada jumlah pemesanan optimum. 79 Faktor-faktor yang dapat diidentifikasi dalam pemodelan sistem persediaan adalah variabel keputusan, kendala constraint, serta tujuan objective model. Dalam model sistem persediaan mangga gedong gincu untuk ekspor, variabel keputusannya adalah jumlah persediaan optimum dengan mempertimbangkan penurunan mutu dan aspek kesegaran freshness buah mangga gedong gincu dalam sistem persediaan. Faktor mutu menjadi fokus perhatian karena berperan penting dalam sistem persediaan mangga gedong gincu. Aspek penurunan mutu akan diakomodir dalam model sehingga kompleksitas dari situasi tidak tereduksi. Fungsi tujuan objective model sistem persediaan yang dikembangkan adalah minimasi total biayaTotal Cost TC yang terdiri dari komponen biaya simpan, biaya pesan, biaya penurunan mutu, dan biaya susut bobot. Model perlu ditunjang oleh informasi yang diolah dari data masa lalu yang diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam perencanaan dan penentuan kebijakan sistem persediaan mangga gedong gincu untuk eskpor. Informasi yang diperlukan yaitu prakiraan permintaan ekspor mangga gedong gincu dan umur simpan mangga gedong gincu baik di suhu ruang tanpa teknologi pascapanen, maupun umur simpan di suhu dingin dengan teknologi pascapanen. Informasi tersebut dialirkan ke model persediaan yang dikembangkan.

5.2. Model Prakiraan Permintaan Ekspor Mangga Gedong Gincu

Mangga gedong gincu di gudang eksportir akan dikirimkan ke importir. Gudang eksportir berfungsi sebagai fasilitas penyimpanan sebelum dikirim ke pelanggan di luar negeri. Data yang digunakan dalam pemodelan prakiraan permintaan ekspor mangga gedong gincu didasarkan data masa lalu jumlah pengiriman dari eksportir ke importir. Asumsi yang digunakan dalam hal ini adalah jumlah mangga gedong gincu yang dikirim pada masa lalu merupakan jumlah mangga yang berhasil di jual. Prakiraan permintaan dibutuhkan sebagai bagian dari kegiatan perencanaan persediaan mangga gedong gincu di tingkat eksportir. Data masa lalu yang digunakan adalah penjualan selama musim panen dari tahun 2005 sampai dengan 2010 atau sebanyak 18 periode. Langkah awal dalam pemodelan ini adalah mempelajari pola data masa lalu tersebut dengan