Hasil penjumlahan matriks c dan nilai bobot Hasil perangkingan berdasarkan uji Bayes

e. Hasil perangkingan berdasarkan uji Bayes

Perlakuan Konsentrasi Tepung Ikan Tembang Nilai Bobot 5 10 15 20 Parameter Objektif Kadar Protein 1 2 3 4 5 0,15 Kekerasan 5 4 3 2 1 0,10 Volume Pengembangan 5 4 3 2 1 0,10 Total Mikroba 1 5 4 3 2 0,05 Parameter Subjektif Penampakan 5 4 3 2 1 0,15 Warna 5 4 3 2 1 0,14 Aroma 3 5 4 2 1 0,05 Rasa 3 5 4 2 1 0,10 Tekstur 4 5 3 2 1 0,15 Total Nilai 3,70 4,01 3,17 2,33 1,64 Peringkat 2 1 3 4 5 Lampiran 12. Perhitungan Angka Kecukupan Gizi AKG Data proksimat rengginang komersil Kadar air 9,67 Kadar abu 1,09 Kadar protein 8,44 Kadar lemak 0,20 Kadar karbohidrat 80,60 Berdasarkan total kebutuhan kalori total 2000kkalhari, berikut adalah rinciannya: Karbohidrat : 50-60 dari total kalori Protein : 10-20 dari total kalori Lemak : kurang dari sama dengan 30 dari total kalori Kebutuhan kalori karbohidrat = X 2000kkal = 1000 kkal Kebutuhan karbohidrat perhari = = 250 gramhari Kebutuhan kalori protein = X 2000kkal = 400 kkal Kebutuhan protein perhari = = 100 gramhari Kebutuhan kalori lemak = X 2000kkal = 600 kkal Kebutuhan lemak perhari = = 66,67 gramhari Persentasi AKG untuk rengginang dengan penambahan tepung ikan tembang 5 yang mengacu pada hasil uji proksimat adalah sebagai berikut: AKG karbohidrat = X 100 = 32,24 ∞ 32 AKG protein = X 100 = 8,44 ∞ 8 produk ini menyumbangkan 8 dari 100 gram kebutuhan protein perhari AKG lemak = X 100 = 0,29 ∞ 0 Total energi yang dihasilkan = 4 x 80,60 + 4 x 8,44 + 9 x 0,20 = 381,52 kkal AKG total kalori = x 100 = 19,07 ∞ 19 Data proksimat rengginang terbaik Kadar air 10,82 Kadar abu 3,32 Kadar protein 12,67 Kadar lemak 1,55 Kadar karbohidrat 71,64 Berdasarkan total kebutuhan kalori total 2000kkalhari, berikut adalah rinciannya: Karbohidrat : 50-60 dari total kalori Protein : 10-20 dari total kalori Lemak : kurang dari sama dengan 30 dari total kalori Kebutuhan kalori karbohidrat = X 2000kkal = 1000 kkal Kebutuhan karbohidrat perhari = = 250 gramhari Kebutuhan kalori protein = X 2000kkal = 400 kkal Kebutuhan protein perhari = = 100 gramhari Kebutuhan kalori lemak = X 2000kkal = 600 kkal Kebutuhan lemak perhari = = 66,67 gramhari Persentasi AKG untuk rengginang dengan penambahan tepung ikan tembang 5 yang mengacu pada hasil uji proksimat adalah sebagai berikut: AKG karbohidrat = X 100 = 28,66 ∞ 29 AKG protein = X 100 = 12,67 ∞ 13 produk ini menyumbangkan 13 dari 100 gram kebutuhan protein perhari AKG lemak = X 100 = 2,3248 ∞ 2 Total energi yang dihasilkan = 4 x 71,64 + 4 x 12,67 + 9 x 1,55 = 351,19 kkal AKG total kalori = x 100 = 17,56 ∞ 18 KARAKTERISASI DAN FORMULASI RENGGINANG TEPUNG IKAN TEMBANG Sardinella fimbriata ZEHRA KHALISHI DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 RINGKASAN ZEHRA KHALISHI. C34062740. Karakterisasi dan Formulasi Rengginang Tepung Ikan Tembang Sardinella fimbriata. Dibimbing oleh DJOKO POERNOMO dan PIPIH SUPTIJAH. Ikan tembang sangat berlimpah di lautan, namun memiliki nilai ekonomis yang rendah dikarenakan kurang diminati oleh masyarakat untuk dikonsumsi secara langsung sehingga memerlukan proses lanjutan. Salah satu pemanfaatan dan pengembangan produk hasil perikanan non ekonomis yaitu pembuatan tepung ikan. Pemanfaatan ikan tembang untuk pembuatan tepung ikan dikarenakan pasokan ikan tembang mudah diperoleh tanpa dipengaruhi fluktuasi musim dan harganyapun relatif murah. Rengginang adalah kerupuk yang berbentuk bundar, tebal dan gurih yang biasanya dikonsumsi sebagai camilan atau pendamping hidangan utama. Rengginang terbuat dari bahan dasar beras sehingga merupakan produk yang kaya akan karbohidrat. Salah satu cara melengkapi kekurangan gizi makanan dari serelia adalah dengan memberikan protein yang bermutu tinggi. Protein tersebut dapat diperoleh dari penambahan tepung ikan tembang sehingga rengginang dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif produk cemilan yang bergizi. Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan protein pada rengginang, mempelajari proses pembuatan rengginang dengan penambahan tepung ikan tembang, mengetahui konsentrasi tepung ikan tembang terbaik dalam pembuatan rengginang dengan menggunakan uji indeks kinerja dan mengetahui karakteristik rengginang dengan penambahan tepung ikan tembang. Konsentrasi air, garam dan bawang putih ditetapkan berdasarkan hasil trial and eror sebelumnya. Tingkat kesukaan panelis terhadap rengginang tepung ikan tembang menggunakan organoleptik dengan uji hedonik yang dilanjutkan dengan pengambilan keputusan dengan Bayes. Konsentrasi tepung ikan tembang yang digunakan pada penelitian sebesar 0, 5, 10, 15 dan 20. Rancangan percobaan yang digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan konsentrasi tepung ikan tembang terhadap parameter subjektif dan objektif yaitu RAL. Hasil penelitian menunjukan bahwa rengginang dengan penambahan tepung ikan tembang sebanyak 5 merupakan rengginang terbaik dengan pengujian Bayes. Pada rengginang dengan penambahan tepung ikan tembang sebanyak 5 menyumbangkan persentase angka kecukupan gizi AKG karbohidrat, protein dan lemak secara berturut-turut 29, 13 dan 2. Total energi yang disumbangkan 351,19 kkal. Rengginang yang ditambahkan tepung ikan tembang sebanyak 5 dapat mencukupi sebanyak 18 kebutuhan tubuh kalori untuk satu hari berdasarkan kebutuhan 2000 kkalhari untuk orang dewasa dan 13 kebutuhan tubuh akan protein berdasarkan 100 gramhari kebutuhan protein. Dapat disimpulkan bahwa rengginang dengan penambahan tepung ikan tembang sebanyak 5 termasuk dalam kategori pangan berkalori dan asupan protein dalam tubuh manusia terpenuhi dengan baik apabila mengonsumsi rengginang sebanyak 8 keping per hari dengan serving size 100 gram. 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai sumberdaya ikan yang berlimpah, dimana dua pertiga wilayah territorial Indonesia adalah perairan. Perikanan merupakan sektor penting di dalam perolehan devisa untuk pembangunan Indonesia dan penyediaan kesempatan kerja. Disamping itu, ikan juga dipandang mempunyai peranan penting dalam penyediaan protein hewani untuk perbaikan status gizi bangsa Indonesia. Pada tahun 2007, total produksi tangkapan laut, sebesar 57,05 dimanfaatkan dalam bentuk basah sebesar 30,19, bentuk olahan tradisional sebesar 10,90 dan bentuk olahan modern dan olahan lainnya 1,86. Sedangkan dari ekspor tahun 2005 sebesar 857,782 ton, 80 diantaranya didominasi produk olahan modern sedangkan produk olahan tradisional hanya sekitar 6 saja. Apabila dilihat dari tingkat pemanfaatan, terutama untuk ikan non ekonomis belum optimal. Hal ini disebabkan pemanfaatannya masih terbatas dalam bentuk olahan tradisional dan konsumsi segar Departemen Kelautan dan Perikanan 2007. Salah satu usaha untuk meningkatkan nilai dan mengoptimalkan pemanfaatan produksi hasil tangkapan laut adalah dengan pengembangan produk bernilai tambah. Namun, produk bernilai tambah yang diproduksi di Indonesia masih dari ikan ekonomis seperti tuna atau udang kaleng, tuna steak, loin dan lain sebagainya yang memiliki nilai jual meski tanpa dilakukan proses lanjutan. Sedangkan apabila ingin merubah nilai jual ikan non ekonomis, maka salah satu cara yang bisa ditempuh untuk pengembangan produk hasil perikanan adalah melalui teknologi produk perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan 2007. Salah satu pemanfaatan teknologi produk perikanan untuk pengembangan produk hasil perikanan non ekonomis yaitu pembuatan tepung ikan dari ikan non ekonomis. Tepung ikan adalah produk yang diperoleh dari penggilingan ikan yang diperoleh dari suatu reduksi bahan mentah menjadi suatu produk yang sebagian besar terdiri dari komponen protein ikan Irianto dan Giyatmi 2002. Tepung ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki kedudukan penting sampai saat ini dimana masih sulit digantikan kedudukannya oleh bahan baku lain apabila ditinjau dari kualitas maupun harganya. Kandungan protein tepung ikan relatif tinggi. Protein tersebut disusun oleh asam-asam amino esensial yang kompleks, diantaranya asam amino lisin dan methionin. Disamping itu juga, mengandung mineral kalsium dan phospor serta vitamin B kompleks, khususnya vitamin B 12 Arifudin 1993 dalam Purnamasari et al. 2006. Salah satu contoh ikan non ekonomis yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber tepung ikan adalah ikan tembang. Ikan tembang berukuran kecil, bersisik dan berduri banyak. Ikan tembang ditangkap oleh para nelayan dalam jumlah besar. Ikan tembang sangat berlimpah di lautan, namun memiliki nilai ekonomis yang rendah dikarenakan kurang diminati oleh masyarakat untuk dikonsumsi secara langsung sehingga memerlukan proses lanjutan. Pemanfaatan ikan tembang untuk pembuatan tepung ikan dikarenakan pasokan ikan tembang mudah diperoleh tanpa dipengaruhi fluktuasi musim dan harganyapun relatif murah sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan tepung ikan. Tepung ikan yang kita kenal saat ini adalah tepung ikan yang berasal dari sisa-sisa pengolahan seperti kepala, jeroan, insang, sisik, sirip dan isi perut yang digunakan untuk pembuatan pakan ikan, sedangkan tepung ikan yang digunakan untuk pangan berasal dari daging dan tulang ikan. Pemanfaatan tepung ikan dalam olahan produk pangan masih sangat sedikit, hal ini dikarenakan sebagian besar pemanfaatan tepung ikan masih dalam bentuk pemberian pakan makanan ternak. Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai penambahan tepung ikan dalam pembuatan produk pangan, yaitu: rengginang. Rengginang adalah kerupuk yang berbentuk bundar, tebal dan gurih serta biasanya dijadikan sebagai camilan atau pendamping hidangan utama di meja makan. Berbeda dengan jenis kerupuk lainnya, rengginang terbuat dari beras ketan yang tidak dihancurkan sehingga setiap butiran beras ketan tampak di kerupuk yang renyah ini. Rengginang terbuat dari bahan dasar beras sehingga merupakan produk yang kaya akan karbohidrat. Salah satu cara melengkapi kekurangan gizi makanan dari serelia adalah dengan memberikan protein yang bermutu tinggi Buckle et al. 1987. Protein tersebut dapat diperoleh dari